NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:980
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Suara pekikan Marlin benar-benar keras menggema di seluruh rumah itu, hingga ketukan kembali terdengar dan seseorang memanggilnya.

“Marlin, kau sedang apa teriak seperti itu, hah? Cepat keluar dan bersiaplah. Sarapan hampir siap,” seru wanita di luar.

“I... Iya.... Iya, Bu,” sahut Marlin yang masih tergagap.

Dia kembali memandangi dirinya di cermin. Tangannya menjulur meraih wajahnya, dan mulai meraba kepalanya tersebut.

Dia mencoba berpaling ke kanan dan kiri, meringis, dan bahkan melihat lubang hidungnya, seolah memastikan bahwa itu adalah dirinya.

“Sejak kapan rambutku keriting begini? Ini lebih mirip mie. Dan gigiku... Ah... Kenapa tiba-tiba ada pagar besi di sini? Tinggal ditambah kaca mata tebal, sudah sangat sempurna sekali menjadi si culun dalam cerita,” gumamnya sembari terus menelusuri wajahnya.

Marlin pun lalu berjalan gontai keluar kamarnya, dan mendapati sang ibu benar-benar ada di sana sedang membuatkannya sarapan.

“Bu, sejak kapan ibu datang?” tanya Marlin seraya menghampiri sang ibu di dapur.

Namun bukannya dijawab, dia justru mendapatkan serangan sendok sayur di kepala.

Peletak!

“Aawwww....,” pekik Marlin.

“Ada apa denganmu? Pagi-pagi sudah aneh. Apa kau lupa kalau ibu tinggal di sini sejak lama, hah?” sahut Ibu Marlin kesal.

“Tidak mungkin, Bu. Jelas-jelas aku ingat kalau aku pindah ke kota sendirian. Aku...,” oceh Marlin.

“Sudah cukup. Ini sudah sangat siang dan kau harus segera berangkat untuk wawancara di La' Grande Inc. Mengerti?” sela Ibu Marlin.

“What?!” pekik Marlin.

Dia terkejut bukan main mendengar nama perusahaan tersebut.

“Tu... Tunggu dulu, Bu. Apa kata Ibu tadi? La' Grande?” tanya Marlin memastikan.

“Kau juga kaget bukan? Jarang ada lulusan sekolah menengah seperti mu lolos seleksi awal. Jadi, bergegaslah karena ini kesempatan yang sangat langka,” tutur Ibu Marlin

...🐟🐟🐟🐟🐟

...

“ Ini gila. Aku pasti bermimpi” gumamnya.

Dia tengah berdiri memandangi sebuah gedung pencakar langit dengan logo mahkota Julius Caesar yang sangat besar di atasnya.

“Ehm... permisi, Nona. Apa benar ini La’ Grande? Perusahaan desain interior terbesar di Metropolis?” tanya Marlin memastikan.

Namun, bukannya langsung mendapatkan jawaban, dia justru mendapatkan tatapan aneh dari wanita yang ia tanyai.

Marlin pun sontak ikut memandangi dirinya, dan menatap orang itu kembali dengan kebingungan.

“Semua orang tahu logo di atas gedung itu,” ucapnya kemudian.

Dia pun berjalan begitu saja meninggalkan marlin, sambil menggumamkan sesuatu.

“Dasar orang aneh” ucapnya.

Marlin pun seketika terkesiap mendengar hal tersebut. Dia kembali mengeluhkan penampilannya yang berubah sangat drastis hingga nyaris tak terlihat seperti dirinya.

“Ada apa denganku? Penampilan ini benar-benar membuatku terlihat sangat aneh,” keluhnya.

Dengan kesal dan enggan, Marlin pun kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gedung.

Rasa penasarannya membuat gadis itu melanjutkan untuk mengikuti wawancara, sambil melihat kondisi di dalam sana. Meskipun sebenarnya dia masih bisa menerima keadaannya saat ini.

Saat memasuki lobi, dia dibuat begitu takjub dengan interior di dalam gedung itu.

“Benar-benar sempurna. Ini persis seperti yang ku tulis di ceritaku,” gumam Marlin.

Tatapannya terus mengedar, mengelilingi setiap sudut area tersebut.

Hingga seseorang memberi pengumuman, bahwa peserta wawancara perusahaan harus segera menuju ke tempat tes.

Nampak beberapa orang dengan mengenakan setelan jas maupun blazer hitam dengan kemeja putih di dalamnya, berjalan menuju ke arah yang sama.

Semua nampak duduk mengantri di depan ruang tes. Raut wajah tegang dan penuh harap terlihat jelas dari masing-masing kandidat.

Kecuali Marlin. Dia ingat betul siapa manajer personalia di La’ Grande, dan itu membuatnya justru sangat antusias dan penasaran.

“Jika benar ada orang itu di dalam sana, fix, aku benar-benar sedang bermimpi dan harus segera bangun,” gumamnya.

Tak lama, nomor tes Marlin disebut. Gadis itu kemudian masuk dengan beberapa kandidat lain yang juga disebut.

Marlin kebetulan masuk di urutan terakhir, dan itu bisa membuatnya bisa melihat orang-orang yang ada di dalam sana diam-diam.

Ada sekitar lima orang penanya, dan satu orang pemandu wawancara. Namun, tatapan Marlin terhenti pada salah satu pewawancara yang mengenakan kemeja merah maroon tanpa dasi, lengan yang digulung sedikit keatas, dengan gaya rambut menyamping dan sedikit ber-layer pirang.

Apa mungkin itu Daanish? Batin Marlin saat melihat sosok yang terasa familier dipikirannya.

Dia yang tak fokus dengan jalannya pun, tak sengaja membentur punggung kandidat lain yang berhenti tiba-tiba di depannya, dan membuat dia sedikit terpental mundur sembari mengaduh kaget.

“Aduh,”keluhnya sembari mengusap hidungnya yang sedikit terasa nyeri.

Sontak semua orang pun menoleh ke arah gadis yang membuat gadis tersebut.

“Nomor tiga puluh tiga, ada apa ribut-ribut?” tanya pemandu wawancara.

Marlin yang tersadar dari pikirannya pun seketika berdiri sejajar dengan kandidat lain dan berusaha menjelaskan.

“Maafkan saya. Saya sedikit gugup hingga tak memperhatikan jalan,” ucap Marlin mencoba sealami mungkin.

Semuanya pun kembali diam dan satu persatu kandidat ditanya mengenai motivasi dan juga keunggulan apa yang mereka miliki untuk kemajuan perusahaan.

Saat para kandidat menjawab satu persatu, Marlin nampak berpikir keras akan alasan apa yang bisa dia buat agar bisa melewati tahap tersebut.

Namun rupanya, gerak gerik Marlin diperhatikan seseorang dari seberang sana.

Hingga tibalah giliran gadis itu menjawab.

“Nomor tiga puluh tiga, silakan perkenalkan dirimu, dan berilah jawaban mu sendiri,” seru si pemandu wawancara.

Marlin terlebih dulu membetulkan posisi dan juga blazer hitamnya. Sebuah tarikan nafas diambilnya sebelum memulai gilirannya.

“Terimakasih atas kesempatan yang sudah diberikan kepada saya. Perkenalkan nama saya Marlin Yang. Pendidikan saya seperti yang sudah tertera di sana, hanya lulusan sekolah menengah atas dan mengambil kursus desain serta jahit. Motivasi Sa...,” ucap Marlin penuh percaya diri.

“Hanya lulusan sekolah menengah dan pendidikan informal, tapi kau berani mendaftar kemari, bersaing dengan lulusan terbaik universitas? Apa ini tidak terlalu merendahkan kami sebagai perusahaan besar?” tanya seorang pewawancara.

Marlin nampak tersenyum dan menatap ke arah pemandu.

“Bolehkah saya ambil sesuatu dari dalam tas?” tanya gadis itu.

“Maaf, tapi Anda tidak diperbolehkan menyerahkan dokumen tambahan saat tes berlangsung,” ucap si pemandu.

“Tenang saja. Ini bukan dokumen tambahan, tapi jawaban atas pertanyaan tadi,” jawab Marlin tegas.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!