"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh
Keesokannya, Helena bangun terlebih dahulu. Mengerjapkan matanya berulang kali, saat sinaran matahari masuk menyentuh sekitaran wajahnya dengan terang, tubuhnya menggeliat, merasakan sakit dan beban berat yang menimpa badannya.
Helena terdiam sejenak, mencerna kejadian yang menimpanya semalam. Matanya melotot tajam saat mengingat bagaimana semalam Damian mengga*linya dengan paksa, walau tidak ada kekerasan di dapatkannya.
Helena mendorong paksa tubuh besar Damian yang masih tertidur nyenyak sambil memeluk erat pinggangnya, "Br*ngsek! " maki Helena dengan suara keras.
Damian menggeliat badannya merasakan goncangan keras di rasakannya, Damian perlahan-lahan membuka matanya dan pemandangan pertama di lihatnya adalah wajah Helena yang terlihat memerah.
Memerah bukan karena tersipu malu, tetapi kemarahan besar.
"Helena? Kamu sudah bangun? " Damian bangkit dari tidurnya, menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Laki-laki itu terlihat biasa saja, bahkan ada raut berseri-seri di wajahnya.
"Kembalikan d*rah k*perawanan ku. " ujar Helena tiba-tiba.
Damian mengerutkan alisnya bingung, mengembalikan bagaimana, maksudnya? "Bagaimana caranya? Jangan aneh-aneh, Helena. Kita sepasang suami-istri, melakukan kegiatan semalam adalah hal biasa. "
"Tapi pernikahan kita tidak seperti pasangan suami-istri pada umumnya, ini seharusnya tidak terjadi. " Helena terlihat frustasi, belum lagi seluruh badannya remuk redam. Bergerak sedikit saja rasanya seperti seluruh tulangnya patah.
Damian terdiam sejenak, menatap lambat wajah cantik Helena, dia mengambil satu tangan Helena untuk dia genggam erat. "Aku ingin memperbaiki hubungan pernikahan kita, Helena. "
Helena terdiam kaku di tempatnya, mendengar ucapan Damian barusan, mengerjapkan matanya berulang kali, dengan wajah cengoh nya.
"Aku baru sadar bahwa ternyata aku memiliki rasa pada mu, Helena. Melihat sikap kamu yang acuh dan terlihat tidak menyukai ku lagi, membuat perasaan hampa yang aku rasakan beberapa hari ini. " ujar Damian sungguh-sungguh, dia menatap lekat wajah Helena yang terdiam bingung ingin menanggapi seperti apa, "Ini mungkin terlihat mendadak, dan kamu juga merasa tidak percaya dengan yang aku katakan barusan. Tapi yang harus kamu ketahui, aku benar-benar menyukai kamu Helena, mendengar kamu yang terus mengatakan ingin bercerai membuat aku merasa uring-uringan dan ketakutan, aku takut kehilangan dan berpisah dengan kamu, Helena. "
Helena masih terdiam, bingung ingin merespon apa, ini sangat mendadak dan tidak terpikirkan sama sekali oleh dirinya. Ini seperti sebuah mimpi, Damian menyatakan perasaannya pada Helena? Walau hanya menyatakan perasaan menyukai bukan mencintai, tapi tetap saja! Itu berarti Damian memiliki rasa padanya!
Jadi, Helena harus bagaimana ini? Helena bingung!
Melihat keterdiaman Helena, Damian memakluminya. Sikapnya dulu yang sangat dingin dan acuh kepada Helena, membuat wanita itu pasti merasa tidak percaya akan pernyataan sukanya pada Helena.
"Tidak perlu sampai berpikir keras begitu, yang harus kamu ketahui bahwa aku benar-benar menyukai kamu, aku akan tunjukkan kesungguhan aku padamu, " ujar Damian menggebu-gebu. "Ayo, aku bantu gendong kamu ke kamar mandi. " Damian menggendong Helena ala bridal style dengan tubuh tel*njang Helena yang di tutupi selimut putih.
Helena bersemu malu saat merasakan bahwa bagian bawah Damian tidak tertutup apapun, dia memalingkan wajahnya kesembarangan arah asal tidak menatap wajah Damian yang begitu menawan di lihatnya dari posisi bawahnya ini.
"Mau aku bantu mandi sekalian? Kita bisa mandi bersama di sini, " ujar Damian menggoda Helena yang di dudukinya di atas wastafel kamar mandi, sedangkan dirinya sibuk mengisi air hangat ke dalam bathub.
"Jangan macam-macam! "
"Macam-macam bagaimana? Bahkan kita sudah melakukan hal lebih semalam. " Damian menaik turunkan alisnya menggoda Helena yang wajahnya memerah malu bercampur kesal.
"Itu karena kamu yang memaksa. " Helena membuang wajahnya ke samping sambil melipat kedua tangannya di atas dada.
"Aku cemburu, kalau kamu masih berdekatan dengan laki-laki lain apalagi dengan Arthur, aku akan melakukan lagi sampai tiga hari berturut-turut. "
"Dasar m*sum! Kamu seperti laki-laki yang kurang bel*ian."
"Aku memang tidak pernah di b*lai oleh wanita manapun, ini kali pertamanya aku melakukannya, aku cukup senang bisa melakukannya bersama kamu, ini juga pengalaman pertama kamu, kan? "
"Ini pengalaman pertama kamu? " kaget Helena tidak percaya.
"Ya, apa kamu mendeskripsikan diri aku seperti laki-laki yang suka masuk l*bang mana saja? Aku tidak sekotor itu, keluarga ku menganut 'No Married, No S*x'." ucap Damian menjelaskan.
"Tapi, kenapa kamu tidak melakukan 'itu' dulu? Bukannya kita berdua sudah menikah? " tanya Helena dengan bingung, matanya mengerjapkan beberapa kali sebelum berpaling saat melihat Damian menegakkan tubuhnya saat air di dalam bathub sudah terisi penuh.
Ingat, bahwa Damian tidak mengenakan apapun di badannya. Helena bisa lihat dengan jelas, 'sesuatu' yang memasukinya semalam!
Damian menghembuskan nafasnya, dia mendekati Helena yang kepalanya berpaling darinya. "Dulu, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku tidak mencintai kamu, prinsip hidupku, aku akan melakukannya pada wanita yang aku sukai, dan sekarang, kamu lah wanita yang aku cintai itu. "
Helena tersipu melihat tatapan dalam Damian layangkan pada, belum lagi tangannya dicium Damian tanpa memutuskan padangan darinya. Dia reflek mengalunkan kedua tangannya di leher Damian, saat laki-laki itu menggendongnya dan di turunkan kedalam bathub yang sudah terisi air hangat dan sabun aromatik nya.
"Jangan di lepas. " Helena menahan tangan Damian yang hendak melepaskan lilitan selimut yang masih di tubuhnya.
"Kenapa? Kamu malu? Bahkan kita semalam sudah melakukan hal lebih dari sekedar melepaskan selimut ini dari tubuh kamu. " ujar Damian kembali menggoda Helena, "Apa kita mandi bersama saja? Sepertinya bathub ini muat bila aku ikut masuk ke dalam, hitung-hitung mempersingkat waktu. "
"Keluar, Damian. Dan stop menggoda ku seperti itu. "
Damian terkekeh geli, senang menggoda Helena hingga wanita itu tersipu malu dan kesal.
"Yasudah, aku mandi di kamar sebelah saja, nanti aku datang membawa baju dan salep untuk kamu. " Damian menepuk lembut pucuk kepala Helena, dan segera bangkit dari posisinya yang tengah berjongkok di depan Helena.
"Salep untuk apa? " tanya Helena bingung.
"Untuk kamu, kejadian semalam pasti bagian inti kamu terasa sakit dan kebas. "
Helena terdiam sebelum tersadar sepenuhnya, dia tiba-tiba saja menggerakkan pahanya dan itu terasa sangat sakit sekali.
"Yasudah, sana keluar. " usir Helena, dia menyipratkan air ke arah Damian.
"Aku janji akan datang cepat ke sini, kamu kalau ada kesusahan tinggal berteriak nama ku saja. " ujar Damian sebelum membalikkan badannya, keluar dari kamar mandi. Dia akan ke kamar sebelah untuk membersihkan diri dengan cepat, sebelum itu Damian terlebih dahulu memakai celana pendeknya dan mengambil handuk.
Helena menghembuskan nafas saat Damian sudah pergi, jantungnya sedari tadi terus berdetak kencang saat Damian terus berada di dekatnya.
"Tadi? Damian bilang, dia suka pada ku? Apa ini mimpi? " Helena menepuk kedua pipinya sedikit kuat, hingga ringisan sakit keluar dari mulutnya, "Bukan mimpi ternyata. "
"Lalu, ini bagaimana jadinya? " gumam Helena dengan suara lirih, niatnya saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali. Helena berjanji akan menghapus rasa cintanya pada Damian yang berakhir sia-sia dulu, namun sekarang?
Helena, bingung. Ada yang ingin memberikannya solusi?
•
•
•
Damian udah menyatakan rasa sukanya nih sama Helena, menurut kalian apa Helena membuka kembali hatinya untuk Damian atau tidak?
Jangan lupa vote, komen dan bintang limanya ya. selamat membaca, baybay🥰🥰🥰🥰
semangat 💪💪💪