"Apa! Aku! Kau gila Ya! Aku hanya menghias calon pengantin. Bukan menghias diriku sendiri lalu menikah dengan kakakmu," ucap Nara seakan tak percaya.
"Aku mohon Ra. Tolong bantu aku, keluargaku akan malu. Kamu sahabat terbaikku kan! Menikahlah dengan kakakku!" pinta Chelsea dengan air mata menetes membuat yang melihatnya iba.
Anara putri berprofesi sebagai perias pengantin biasa. Ia sangat bahagia dan antusias ketika di minta untuk terlibat dalam acara pernikahan kakak sahabatnya dengan seorang model cantik ternama.
Merias seorang model cantik terkenal di pernikahannya, sungguh kesempatan emas yang tak akan mungkin dia sia-siakan, karena itu mampu membuat namanya dalam karier meriasnya ikut melambung. Job meriasnya akan semakin banyak. Itu fikirnya.
Namun siapa sangka di hari H karena sesuatu calon pengantin wanita tidak bisa meneruskan pernikahan yg membuat pernikahan terancam batal.
Demi menolong keluarga sahabatnya dari malu, Di hari itu Si culun pun mendadak menikah dengan kakak sahabatnya. Pemuda yang anti padanya, bahkan tidak pernah ingat siapa namanya.
Bagaimana Nara menjalin pernikahannya dengan pemuda dingin dan jutek seorang presdir ternama Milan Kalingga ...
Dapatkah Milan menerima Nara Si culun sebagai istrinya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syakira Sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pulang
Malam telah menyambut. Di rumah Kalingga mereka sedang berkumpul menikmati makan malam bersama. Ini juga merupakan makan malam perpisahan mereka karena mama Erika akan ke Paris.
“Besok mama berangkat ke paris, kalian baik-baik ya di rumah,” tutur mama Erika.
“Iya, Ma.” Jawab mereka kompak.
“Mama ngak lama kan?” tanya Chelsea.
“Mama belum tahu, bisa saja tante kalian nyuruh mama tinggal lama,” jawab mama Erika.
“Jangan lama-lama,” ucap Chelsea bak anak kecil.
Arah pandang perempuan paruh baya ini tertuju pada Nara.
“Nanti mama bawakan oleh-oleh yang banyak untuk Nara.”
“Terima kasih Ma,” balas Nara dengan senyum terkembang.
Duh, senangnya akan mendapatkan oleh-oleh dari Paris.
Mereka pun kembali melanjutkan makan malam dengan tenang.
Makan malam telah berakhir, kini Nara dan Milan telah berada di dalam kamar.
Milan duduk di ranjang, menyandarkan punggungnya pada puncak tempat tidur sembari memangku laptop. Sebelum tidur dia akan mengecek beberapa pekerjaan.
Nara baru saja keluar dari ruang wardrope, sekarang melangkah menuju cermin rias. Sudah sejak tadi ia melangkah ke sana kemari bak setrikaan.
Manik mata Milan terus mengarah pada Nara sejak tadi sibuk grasak-grusuk, entah apa yang sedang ia lakukan. Milan yang melihatnya mulai kesal karena membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
“Culun apa yang kau lakukan! Kau membuatku pusing,” sembur pemuda galak ini.
Nara menghentikan kegiatannya menatap ke arah Milan.
“Oh ini kak, aku sedang mengemas barang-barangku,” sahut Nara memasukkan peralatan make up ke dalam tas.
“Memangnya kenapa?” Milan mengening.
“Besok mama akan pergi ke Paris, jadi untuk beberapa hari aku juga tidak akan menginap di rumah ini,” jelas Nara dengan senyum semringah.
“Memangnya kau mau ke mana?” tanya Milan tak mengerti.
“Pulang,” jawabnya singkat.
Yes Nara bak mendapatkan kebebasan.
Akhirnya dia bisa pulang ke rumah, karena alasan Nara tinggal di rumah Milan hanya untuk menyenangkan mama Erika.
“Pulang,” ulang Milan tak bersemangat.
Mendengar kata pulang seketika Milan terbungkam.
“Iya, aku akan kembali lagi, jika mama sudah kembali,” terang Nara.
“Baguslah, kalau perlu kau tidak usah kembali,” ucap Milan dengan ketus membuang pandangannya.
Nara hanya membalasnya dengan cengiran lalu kembali membereskan barang-barangnya.
Milan kembali menekuri laptopnya mencoba tak menghiraukan Nara yang masih mengemas barangnya. Akan tetapi kini ia tak bisa konsentrasi, suasana hatinya seketika rusak. Entah mengapa ada perasaan sedih merayap dalam hatinya.
*****
Bandara.
Matahari telah naik, kini mereka telah berada di bandara, untuk mengantarkan kepergian mama Erika.
“Mama pergi dulu,” kata mama Erika.
“Hati-hati Ma,” ucap Nara memberi pelukan untuk mama mertuanya.
“Iya, sayang kamu juga baik-baik ya, di sini,” balas mama Erika mengusap punggung Nara.
“Ingat mama jangan lama-lama,” sela Chelsea ikut memeluk mamanya manja, manik matanya berkaca-kaca.
“Iya. Ih manja banget sih,” kata mama Erika.
Pelukan terlepas kini mama Erika beralih pada Milan.
“Lan, jaga mereka baik-baik. Terutama mantu mama.” Mama Erika memeluk Milan.
“Mama tenang saja, mama baik-baik di sana,” ujar pemuda tampan ini.
Setelah melakukan perpisahan kini mama Erika telah berangkat. kini tinggal mereka bertiga.
“Sea, aku sudah bisa pulangkan, ke rumahku,” ucap Nara dengan senyum terkembang.
“Tapi, nanti kalau mama datang, kau kembali lagi ke rumah,” pesan Chelsea.
“Iya bawel,” balasnya.
“Kak Milan. Nara pulang ya,” pamit Nara.
“Emm.” Milan menjawab dengan deheman membuang pandangannya, tak ingin raut wajah tak relanya terbaca oleh si culun.
*****
Bintang bertabur menghiasi langit malam. Milan baru saja pulang ke rumah setelah seharian berkutat dengan segudang pekerjaan yang menumpuk sebagai presdir Maxkal.
Menyeret langkah kaki pemuda ini berjalan tak semangat masuk ke dalam kamar.
Pemuda ini menarik napas berat saat menatap kamar kosong, semakin tak bersemangat saat netra matanya menatap ke arah sofa di tempat gadis kaca mata itu tertidur selama ini.
Milan menghempas tubuh lelahnya ke sofa. Teringat banyak kenangannya bersama Nara di dalam kamar ini. Bagaimana dia menindasnya semua itu terkenang.
“Kenapa aku merasa kamar ini sepi,” ujar Milan memutar pandangan menatap pada suasana kamar.
Ada perasaan kosong dalam hatinya setelah kepergian Nara.
nguras emosi
Alhamdulillah
harusnya nunggu dijemput dari jerman biar kelihatan kesungguhan Milan
dan harusnya Nara nyuruh Milan ngejar Zeline
kenapa gak dijodohin aja Vino dgn Nana Thor
kemabilah Nara setelah sukses dan Nana pulih total dari oplas wajahnya dan kau punya modal utk buka usaha agar hinaan padamu berkurang dan bisa mengembalikan uang Vino yg kalian pakai