Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Menuju Ujung Dunia Magic
“Apa semuanya sudah siap ?” tanya Vlora menunggu Gibela dan yang lainnya di depan gerbang gedung pod.
“Sudah Ketua,” jawab salah satu anggotanya.
“Kemana yang lainnya ?” tanya Raja Artha setibanya disana.
“Sebentar lagi juga datang.”
“Yang Mulia yakin pergi sendirian tanpa pengawal ?”
“Aku seorang Raja Bukan anak manja yang harus diikuti kemana saja.”
“Bukan begitu maksudku, jika Anda pergi bagaimana dengan kerajaan kegelapan ?”
“Dikerajaan masih ada seorang Jendral yang cerdas dan juga panglima yang hebat, mereka pasti bisa mengurus kerajaan selama aku pergi.”
“Yang Mulia Anda melupakan pedang Anda,” Panglima Fira menyodorkan pedangnya.
“Kenapa aku bisa melupakannya.”
“Sepertinya Yang Mulia sangat bersemangat sampai-sampai meninggalkan barang berharganya,” sela Vlora.
Ketika Raja Artha hendak menjawabnya, Gibela dan yang lainnya datang.
“Maaf kami terlambat,” ucap Yeni.
“Terlambat sedikit bukanlah masalah,” jawab Vlora.
“Nona Gi …” Panglima Fira memanggilnya sambil memberi hormat.
“Bagaimana kabarnya Panglima Fira ?”
“Baik terima kasih Nona, senang rasanya melihat Anda kembali. Nona maaf atas kejadian sebelumnya saya telah lalai dan tidak bisa menjaga kendali emosi saya waktu itu.”
“Semuanya sudah berlalu tidak masalah bagiku lagipula waktu itu kamu dalam kendali orang lain seseorang memberitahuku,” melirik Raja Artha.
“Pilihan Yang Mulia memang luar biasa,” Panglima Fira tersenyum melihat kearah Raja Artha.
“Kenapa dengan mereka berdua melihatku begitu ?”
“Kalau begitu saya pamit semoga perjalannya lancar,” tambahnya.
“Okey persiapannya sudah lengkap selanjutnya kita akan berkendara sampai perbatasan gunung kematian.”
“Empat kereta kuda ? lalu siapa yang akan membawa perbekalan sebanyak itu ?” tanya Yeni.
“Kan ada Boy manusia terkuat,” jawab Clara menaiki kereta kuda.
“Ohh benar juga,” menaiki kereta kuda yang sama bersama Clara.
“Gi kamu gak naik ?” Clara melihat Gibela yang tidak ikut naik.
“Kalian satu kereta dengan Lara saja, kudaku perlu ditunggangi.”
“Naik kuda ?” Clara merasa heran, Gibela tersenyum lalu bersiul memanggil kuda putih kesayangannya.
“Bentar sejak kapan Gibela mahir naik kuda ?” mereka belum pernah melihat Gibela menunggangi kuda.
“Jangankan kamu aku juga baru tau,” ucap Yeni.
“Wuh keren betul nih Ketua kita,” Boy mengacungkan kedua jempol tangannya.
“Mau aku temani ?” tawar Raja Artha.
“Tidak biar aku saja,” keduanya saling menatap memperebutkan.
“Tada pemenangnya adalah Quoka hahaha,” disaat mereka bertengkar Quoka lebih dulu naik di kudanya Gibela.
“Sudahlah percuma kalian berseteru tidak akan ada hasilnya juga,” ucap Rayhan dari dalam kereta kuda yang berbeda dengan Clara.
“Benarkah ?” menatap tajam Rayhan.
“Terserah kalian deh,” kembali duduk.
“Kemana dia ? Ehh Yoon mau naik gak ?”
“Heyy dia lebih tua darimu tau,” Yeni sengaja turun hanya untuk memukul Boy.
Siyoonpun tertawa kecil melihatnya lalu naik kereta kuda yang sama dengan Rayhan dan Boy.
“Dia jadi ikut gak sih ?”
“Aku akan mencarinya !” Vlora hendak pergi terdengar suara langkah kaki kuda mendekat.
“Aku tidak mungkin membiarkan Gibela sendirian membawa kuda,” Raja Artha menunggangi kuda berwarna coklat.
“Clara kamu tau baru kali ini aku menyukai Qouka, lihatlah matanya itu seakan mau bilang dasar lelaki modus,” tertawa kecil.
“Sepertinya sebentar lagi Qouka bisa akur sama kamu Yen,” membalasnya.
“Guru lihatlah murid kesayanganmu itu sangat gagah menunggangi kuda putih pantas saja kamu selalu memujinya,” Dion melihat keberangkatan mereka melalui jendela kamar.
Merekapun memulai perjalannya menuju ujung Dunia Magis. Berita tentang Guru Hayeo yang sakit akibat terkena racun dari penyusup telah sampai ke seluruh Negeri Dunia Magis, ketika rombongan Gibela berjalan melewati perumahan warga banyak diantaranya yang berkomentar. Gibela menutup mata dan telinganya tidak ingin memperdulikan mereka, yang dia perduli kan hanya ke kesembuhan Gurunya.
“Siapa wanita yang menunggangi kuda putih itu ? dia cantik sekali ...” seorang remaja perempuan terpana melihat Gibela.
“Aku dengar salah satu murid kebanggaannya akan pergi mencari buku suci emas yang sudah lama hilang.”
“Lihat pria itu sangat gagah dan tampan,” puji gadis-gadis yang sedang mencuci pakaian.
“Yen ?”
“Iya kenapa ?”
“Wajah Gibela kan tertutup tapi dia dipuji cantik sedangkan Raja Artha dipuji tampan karena terlihat jelas wajahnya kenapa bisa seperti itu ?”
“Meski wajahnya tertutup bukan berarti kecantikannya tidak terlihat itu tandanya dia memang cantik dari segi apapun.”
“Bukan hanya wajah yang cantik tapi hatinya juga baik,” tambah Vlora.
“Itulah Gibela aduh ….” keretanya berhenti mendadak membuat mereka bertiga kehilangan keseimbangan sampai terpentok.
“Ini kenapa lagi ?” ucap Clara mengusap kepalanya.
“Keretanya masuk lumpur kalian keluar dulu !” suara Gibela sambil turun dari kuda.
“Kamu juga boleh turun Qouka,” mengelus Qouka dengan lembut.
“Kenapa berhenti perjalannnya masih panjang bukan ?” tanya Boy menghampiri.
“Lubangnya cukup besar, kita harus mendorongnya keluar !” Rayhan mengecek roda kereta kuda yang dinaiki Clara, Vlora dan Yeni.
“Sepertinya kemarin turun hujan ke daerah ini dan membuat jalannya berlumpur,” sahut Yeni.
“Kenapa kusir tidak memilih jalan malah membuat kereta kuda kita terjebak di lumpur,” terdengar suara Clara kesal karena kusir tidak hati-hati dalam memilih jalan yang dilewati.
“Maafkan saya Nona,” kusir itu merasa bersalah.
“Sudahlah Clara jangan mempersulit dia,” tegur Rayhan.
“Serahkan masalah ini padaku,” Boy sangat percaya diri lalu mendorong kereta kudanya.
“Baru pemanasan,” kereta kudanya tidak bergerak sedikitpun.
“Ada apa denganmu Boy ?” tanya Clara.
“Aku juga gak tau kenapa kekuatanku tidak berfungsi.”
Gibela memperhatikan Qouka yang melihat kesemak-semak sambil mengeram seakan ada sesuatu dibalik sana. Gibelapun pergi untuk mengeceknya, Gibela melihat tanduk dari balik semak-semak itu dan membuat dia semakin penasaran.
“Loh Gibela mau kemana ?” Clara mengikutinya dari belakang.
“Kemarilah aku tidak akan menyakitimu,” Gibela perlahan mendekati seekor rusa jantan.
“Gi ….” Clara terpaku melihat Gibela mengelus-elus rusa itu.
“Hati-hati Gi rusa itu mungkin bisa menyerang mu !”
“Jangan khawatir dia tidak akan melukaiku sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu,” Gibela merasakan kalau rusa itu gelisah.
“Mau kemana dia ?”
“Ayo kita ikuti dia Cla,” Gibela berjalan lebih dulu.
Walaupun Clara merasa ragu tapi dia tidak mungkin membiarkan Gibela pergi sendirian jadi diapun terpaksa mengikutinya.
“Astaga anak rusa itu dalam bahaya,” Clara spontan melihat anak rusa didalam lumpur dan hampir tenggelam.
“Pegang ini,” Gibela melemparkan tali pada Clara sedangkan sisi satunya diikat di tubuhnya.
“Tarik Cla !” pinta Gibela setelah berhasil menggapai anak rusa itu.
“Eeehhh …” Clara kewalahan menahan beban Gibela dan anak rusa itu.
Untungnya Rusa jantan ikut membantu Clara menarik talinya hingga Gibela dan anak rusa berhasil keluar dari lumpur.
“Syukurlah anak rusa ini tidak apa-apa,” ucap Clara bernapas lega.
“Pergilah ke Ayahmu !” ucap Gibela ke anak rusa yang diselamatkannya itu.
“Sepertinya kamu harus ganti baju Gi,” baju Gibela dipenuhi lumpur.
“Tidak masalah yang penting anak rusa itu selamat.”
“Kebaikanmu akan kami ingat, terima kasih sudah menolong anakku.”
“Yang bicara barusan ?” Clara kaget mendengar seekor rusa dapat berbicara.
“Namaku Rusaka maaf sudah mengganggu perjalananmu.”
“Jadi kamu sengaja membuat kereta kuda kami masuk lumpur,” tanya Gibela dan Rusaka menjawabnya dengan anggukan.
“Jangan jangan yang membuat Boy tidak bisa menggunakan kekuatannya karena ulahmu juga,” Clara mencoba menebak.
“Maaf soal itu,” rusa itu membungkuk.
“Tidak masalah aku mengerti,” Gibela tersenyum berbeda dengan Clara berekspresi bingung.
“Gibela Clara kalian dimana ?” teman-temannya mencari mereka berdua yang tiba-tiba menghilang.
“Sepertinya kami harus pergi.”
“Jaga diri kalian !”
“Gibela oh ternyata kalian ada disini,” Yeni menghampirinya.
“Pakaianmu ?”
“Oh itu …” sebelum Gibela menjelaskan Vlora melihat lumpur di depan mereka dan membuatnya mengerti mungkin Gibela tanpa sengaja terpeleset saat mencari sesuatu untuk mengeluarkan kereta kudanya.
“Ayo ganti pakaianmu dulu,” Vlora meraih tangan Gibela.
“Oh iya bagaimana kereta kudanya ?” tanya Clara.
“Boy sudah mengatasinya,” jawab Yeni.
“Hari mulai gelap sebaiknya kita bergegas mencari tempat aman untuk bermalam,” ucap Siyoon.
“Gua itu sepertinya aman,” Gibela menunjuk Gua yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.
“Untungnya mereka sudah menyiapkan baju cadangan,” Vlora mengeluarkan baju berwarna kream.
Setelah Gibela mengganti pakaiannya mereka melanjutkan perjalannan ke gua yang ditunjuk Gibela tadi.
“Simpan dimana ?” setibanya di gua Boy dan dua orang kusir langsung mencari kayu bakar.
“Aku sudah mengeceknya kita aman bermalam disini,” Rayhan keluar dari gua.
“Apa yang sedang kamu lakukan ?” tanya Raja Artha melihat Boy menggesek-gesek kayu.
“Setauku orang jaman dulu kalau buat api tuh seperti ini,” menggosok semakin cepat.
“Kamu salah Boy harusnya pakai ini,” Rayhan mengambil dua batu lalu mencontohkannya.
“Berikan padaku !” Boy berulang kali mencoba tapi percikan dari batu itu tidak berhasil mengeluarkan api.
“Sekali lagi Boy jangan menyerah,” Rayhan tidak kuat menahan tawanya.
“Berhasil,” Boy kegirangan.
“Gi kenapa kamu disini ?” suara Yeni terdengar sampai ketempat para pria yang berkumpul membuat api.
“Tidak ada,” Gibela segera menyembunyikan tangannya.
“Ada yang aneh tapi ya sudah lah,” Boy sempat merasa curiga.
“Apa sudah selesai ?” Vlora datang membawa daging ayam untuk dipanggang.
“Silahkan nona apinya sudah siap.”
Rayhan dan Siyoon membantu Vlora menyiapkan makan malam, sebelum melanjutkan perjalanan mereka perlu mengisi daya. Mereka berkumpul mendengarkan penjelasan Vlora tentang gunung kematian, seperti apa perjalannnya, hal apa yang dia temui sebelumnya, dan tantangan apa yang perlu mereka lewati nanti.
“Mereka hanya bisa mengantar kita sampai sini,” Vlora turun dari kereta kuda.
“Berapa hari untuk bisa sampai ke ujung dunia magis ?” tanya Rayhan.
“Dilihat dari peta saja sudah ketebak membutuhkan waktu yang lama,” sela Rayhan.
“Apa tidak ada jalan pintas supaya cepat sampai ?” tanya Clara.
“Tidak ada ini adalah jalan satu-satunya menuju ujung dunia magis,” jawab Vlora.
“Tolong jaga Waishi !” Gibela menyerahkan kudanya.
“Tentu nona kami akan menjaganya dengan baik.”
“Gi kapan kamu punya kuda ?”
“Aku sudah memberitahumu sebelumnya.”
“Hah kapan ?” Yeni mencoba mengingatnya kembali.
“Ingat klien kita yang dari Amerika saat itu aku mengatakannya tentang Waishi padamu.”
“Benar kah ? aku tidak ingat ohh iya iya he he waktu itu aku sedang memakai earphone Bluetooth.”
“Apa dia juga tidak bisa ikut ?” tanya Boy menunjuk Qouka.
“Qouka binatang legenda yang memiliki kekuatan tidak seperti Waishi.”
“Artinya siapapun atau mahkluk apapun bisa masuk asalkan dia memiliki kekuatan ?”
“Benar selain itu Qouka bisa menjaga tuannya dengan sangat baik,” jawab Vlora.
“Binatang kecil ini menjaga Gibela,” ucap Raja Artha meremehkannya dan membuat Qouka marah menggeram.
“Hyung rasanya aneh bukan didunia kita mana ada hewan beginian, bentuknya seperti harimau putih kecil yang imut tapi aslinya diluar pemikiran kita,” bisik Boy.
“Jika ada pasti dia menjadi incaran para pemburu diseluruh dunia,” Rayhan menyelanya.
“Untuk diambil kulitnya ?”
“Mereka pasti memanfaatkannya dan memperlakukannya dengan buruk,” jawab Siyoon.
“Jika harimau itu milikmu apa yang ingin kamu lakukan ?” obrolan mereka masih berlanjut sambil bisik-bisik.
“Aku bakalan nyuruh tuh harimau memakan semua hater.”
“Wah Hyung kejam tapi aku setuju hahaahahh …” mereka bertiga tertawa.
“Kalian asik sekali mengobrol membicarakan apa ?” Clara ikut nimbrung.
“Tidak ada,” mereka bertiga langsung bubar.
“Nampaknya mereka sangat akrab.”
“Karena mereka berasal dari dunia yang sama,” sahut Vlora.
“Menurutmu apa mungkin seseorang bisa bersama walaupun dunia mereka berbeda ?” sorot mata Raja Artha tertuju pada Gibela.
“Soal itu aku gak yakin.”
“Jadi kapan kita bisa berangkat ?”
“Ehh BTW jalannya bener kesini ?” Boy merasa ragu.
“Astaga tempatnya mirip di film horror,” Clara menelan ludahnya sendiri.
“Boy apa kamu yakin bisa membawanya ?” Gibela khawatir melihat Boy yang membawa banyak barang.
“Tentu saja,” memimpin jalan.
“Kenapa berhenti ?”
“Nona Vlora silahkan memimpin jalan,” senyum malu-malu.
“Hahaha dasar main jalan duluan aja sih.”
“Suara apa itu ?” Boy berlari kebelakang.
“Jadi cowo ko penakut amat sih itu kan cuma kelinci,” ledek Yeni.
“Belum juga tiba di perbatasan udah takut duluan,” Rayhan menghela nafas.
“Batu hitam ini sangat besar,” Siyoon maju menyentuhnya.
“Batu itu adalah tanda perbatasan antara dunia magis menuju dunia ujung magis melalui gunung kematian.”
“Dari yang aku dengar jika seseorang sudah melewati batu ini dia tidak akan kembali,” ucap Raja Artha.
“Kompasnya tidak bekerja,” Rayhan melihat jarum kompas yang terus berputar.
“Semua alat elektronik tidak akan berfungsi di gunung kematian ini.”
“Pasti orang-orang yang memasukinya sering kali tersesat karena tidak tau jalan yang sebenarnya.”
“Kecuali orang yang berhasil lolos,” sahut Raja Artha.
“Seperti Vlora ?” tanya Yeni.
“Benar.”
“Teman-teman perhatikan langkah kalian !” Gibela mengetahui jalur jalan yang mereka lewati tidak rata.
“Vlora bagaimana kamu bisa melewatinya waktu itu ?” sambil berjalan Yeni mengajaknya mengobrol.
“Aku juga tidak tau yang pasti saat itu aku tidak memiliki rasa takut sedikitpun dan terus berjalan.”
“Kita harus saling melindungi jangan sampai meninggalkan satu sama lain,” Gibela merasakan bahaya yang semakin kuat.
“Kita harus selamat demi Guru,” terdengar semangat Boy.
“Jalannya menanjak …” Boy berhenti sebentar.
“Hahaha makanya jangan so deh.”
“Apa kita bisa istirahat dulu sebentar ?”
“Jangan sembarangan memegang tumbuhan disini,” Vlora mencegah Yeni yang hendak berpegangan pada pohon kecil didekatnya.
“Oh maaf,” sebelum Yeni mendapatkan penjelasan Boy berteriak menyemangati teman-temannya.
“Semangat semangat yo semangat !!!”
“Ngapain tuh anak ?”
“Entahlah …” napas mereka sudah ngos-ngosan.
“Akhirnya sampai juga diatas,” ucap Clara.
Ketika semua orang istirahat sejenak setelah melewati jalan menanjak Boy tidak sengaja menginjak tanaman berwarna ungu. Gibela merasakan tanaman itu bergerak, dengan sigap Gibela menarik Boy menjauh dari sana. Tanaman itu berubah menjadi akar hidup, Boy masih tidak menyangka dirinya hampir di lilit oleh tanaman itu.
“Semuanya kita sudah sampai di rintangan pertama tanaman hidup. Semua tanaman di tempat ini bisa bergerak bahkan menyerang mangsanya tanpa ampun. Mereka bisa berbentuk tanaman apapun entah itu pohon, bunga, akar dan lain sebagainya,” Vlora menjelaskan.
“Bunga itu bertaring bisa-bisa tubuh manusia di koyak habis olehnya ?”
“Teman-teman berkumpul !!” aba-aba Gibela.
“Mereka semakin banyak,” Siyoon mengeluarkan pedang kristal.
“Tidak kakiku ….” teriak Yeni, Rayhan yang berada di dekatnya membantu menarik Yeni lalu Raja Artha mengeluarkan pedang api miliknya untuk menebas akar pohon hidup itu.
“Semuanya waspada !!”
Qouka mengeram melihat semua tanaman yang mendekati mereka. Tiba-tiba ‘deg’ jantung Gibela seakan terhenti dia memegang kuat dadanya, penglihatannya menjadi kabur, dan kakinya menjadi lemah.
“Gibela,” Siyoon menangkap Gibela karena kehilangan kesadaran.
“Gibela ???” semua orang panik melihat Gibela.
“Bawa dia ketempat aman aku akan melindungi kalian !“ Raja Artha maju menghadang tanaman yang menyerang Gibela dan Siyoon.
“Cepat bantu dia !” teriak Vlora.
“Pergi ke gerbang itu sekarang !” tambahnya menebas akar tumbuhan yang hendak menyentuh Raja Artha.
“Bagaimana denganmu ?” Rayhan tidak ingin meninggalkan Vlora sendiran.
“Jangan pedulikan aku pergilah ! aku akan segera menyusul.”
“Aku tidak mungkin meninggalkanmu,” Rayhan membantunya.
“Gi bangun !” Yeni mengecek denyut nadi di tangan Gibela.
“Kenapa kamu diam Yen ? jangan buat kami takut,” Clara mencoba membangunkan Gibela dari sisi lain.
“Denyut nadinya lemah,” Gibela perlahan tersadar kembali.
“Syukurlah …”
“Dimana Rayhan dan Vlora ?” semua orang ada namun Gibela tidak melihat mereka berdua.
“Vloraaaa !!!” terdengar teriakan Rayhan. Tanpa ragu Gibela langsung bangun menyelamatkan Rayhan dan Vlora.
“Ahh ….” Vlora merintih merasakan sakit di lengan.
Dengan sekali sentuhan Gibela bisa menyembuhkan lengan Vlora yang terluka akibat gigitan bunga tadi. Dibalik rasa khawatir dan takut mereka kebingungan melihat Gibela yang tadi tiba-tiba kehilangan kesadaran bahkan nadinya sampai lemah tapi sekarang dia sepertinya jauh lebih kuat.
“Sudah cukup memandangiku sebaiknya kita lanjutkan perjalannya !” sadar teman-temannya melihat dirinya.
“Ya ampun barusan itu kita hampir saja mati,” Clara masih shok dengan kejadian tadi.
“Tapi untungnya kita masih hidup ayo !” Yeni menariknya segera berjalan.
“Selanjutnya kemana ?” tanya Siyoon melihat 3 jalan persimpangan didepan.
“Sepertinya kekiri.”
“Menurutku mungkin tengah,” sela Boy.
“Tidak pasti kanan,” Yeni bagitu yakin mengatakannya.
Ternyata tebakan Yeni benar Vlora berjalan menuju jalan sebelah kanan.
“Sejak masuk gunung kematian aku tidak pernah melihat sinar matahari.”
“Sinar matahari tidak bisa memasuki gunung ini,” jawab Vlora sambil berjalan.
“Pantas saja udaranya dingin,” Clara menggosok-gosok tangannya supaya hangat.
“Astaga kenapa disini dingin sekali seperti di kutub utara saja,” ucap Boy.
Siyoon melepaskan jaket miliknya lalu di berikan pada Gibela tanpa disadari yang lainnya.
“Ini akan menghangatkanmu.”
“Lalu bagaimana tanaman-tanaman ini mendapatkan nutrisi untuk tumbuh ?”
“Tumbuhan disini tidak seperti tumbuhan di tempat kita jadi tidak memerlukan sinar matahari.”
“Lara apa ….” sebelum pertanyaan Gibela selesai, Yeni berteriak ‘Ulaarrrr’.
“Dimana ada ular ?” tanya Boy celingak-celinguk mencari ular yang dimaksud Yeni.
“Di di sana,” Yeni menunjuk ke barang bawaan Boy.
“Astaga,” Boy segera melepaskan semua barang bawaannya.
“Hati-hati jangan sampai terkena gigitannya !” Vlora memperingatkan teman-temannya.
“Gi apa kamu sepemikiran denganku ?” Yeni mendekati Gibela mengingat ular itu mirip dengan ular yang menyerang mereka di curug.
“Hemn ….”
“Bagaimana mungkin ?” Raja Artha tidak percaya pedang miliknya tidak dapat menyentuh ular itu.
“Gays ularnya bertambah banyak,” Clara mundur melihat ular yang keluar dari pepohonan dan bebatuan.
“Jika tebakanku benar ular ini hanya bisa di bunuh menggunakan benda yang diberikan sihir,” Gibela mengeluarkan pedang sihir miliknya.
“Kamu mengetahuinya ?” Vlora heran bagaimana bisa seseorang yang belum melewati gunung kematian bisa mengetahui hal itu.
“Kita pernah diserang ular jenis ini sebelumnya,” Rayhan memutar membuat angin puting beliung menghempaskan ular-ular itu.
“Boy bambu runcingnya !” Boy langsung peka dengan perintah Gibela mengeluarkan bambu runcing yang dibawanya.
“Tidak Gi biar aku saja,” Rayhan mengambil alih bambu untuk diisi sihir.
“Boy Cla tangkap ini,” melempar bambu runcing yang sudah diisi sihir.
“Aku dengar kamu juga bisa mengisi benda dengan sihir ?” melemparkan bambu runcing yang belum diisi sihir.
“Terima kasih,” Vlora menangkapnya.
“Berikan pedangmu !” mengisi sihir di pedang api milik Raja Artha.
“Pedangmu sudah ku isi dengan sihir,” tanpa disadari Rayhan berlari untuk mengisi sihir pedang milik Siyoon.
“Di belakangmu,” Siyoon menghancurkan 3 ular dibelakang Gibela.
“Biasanya Gibela bisa mendengar apapun yang mendekati dirinya kenapa kali ini berbeda?”suara hati Yeni melihat kearah Gibela.
“Yeni tetap fokus !” Boy memotong ular yang menghampiri Yeni dari depan.
“Aku tau kamu mengkhawatirkan Gibela dan ingin tau apa yang terjadi padanya. Sekarang kita harus fokus jika tidak mau mati disini.”
“Indra pendengaranku menghilang,” Gibela berhenti di tengah-tengah ribuan ular yang mendekat.
“Tetap dibelakangku,” Siyoon menyadari perkataan Gibela.
“Kita tidak mungkin mengalahkan ular-ular itu semakin kita melawan kekuatan kita semakin berkurang.”
“Kamu benar Yang Mulia, semakin banyak menghancurkan ular-ular itu semakin banyak pula ular itu bertambah.”
“Selanjutnya apa ?”
“Kita harus pergi ke gerbang kedua,” Vlora menjawab pertanyaan Rayhan.
“Dimana letaknya aku tidak melihat gapura disekitaran sini.”
“Gerbang kedua berbentuk lingkaran hitam.”
“Disana itu dia,” Clara menujuknya.
“Cepat lari menuju lingkaran hitam itu,” Vlora berlari lebih dulu.
“Apa kamu yakin ini benar ?”
“Tidak,” mendorong Boy.
“Ahhhhhh …..”
“Ayoo !!” Rayhan dan Clara menyusul.
“Yang Mulia ayo pergi !” Vlora membantu Raja Artha.
Siyoon menarik tangan Gibela lalu pergi bersama menyusul yang lainnya.
“Aku kira ular macam ini sudah punah dihabisi Gibela waktu itu,” ucap Boy.
“Bagaimana sekarang apa kamu bisa mendengar ku ?” Gibela mengangguk sebagai tanda iya.
“Indah sekali …” Clara terpesona melihat pemandangan didepannya.
“Apa kita sudah sampai ?” ucap Yeni.
“Kalian berdua sadarlah ini hanya ilusi,” Vlora menarik tangan Clara dan Yeni yang berjalan maju.
“Apa ilusiiii ???” semuanya melihat pemandangannya seperti asli.
“Innniiiii …” Clara menelan ludah.
“Astaga apa lagi ?” Boy ikut terkejut.
“Apa tulang ini tulang manusia ?”
“Sepertinya begitu,” jawab Raja Artha menyentuh tulang belulang yang berserakan.
Dikala semuanya memperhatikan sekitarnya Siyoon hanya memperhatikan Gibela.
“Jika kalian tidak ingin bernasib sama maka bergegaslah !” Vlora menaiki batu besar disamping kanannya.
Legenda Buku Suci Emas begitu fenomenal tapi sebagian orang tidak percaya akan keberadaannya. Hanya orang-orang tertentu yang percaya bahkan sampai mencarinya, seperti tengkorak yang berserakan disana merupakan orang yang menginginkan kekuasaan dengan cara cepat melalui Buku Suci Emas.