Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Full Shopping
Setelah mengetahui bahwa Grey sudah menikah, setiap hari ia selalu diejek oleh kedua sahabatnya dan diperas. Seperti sekarang, mereka sedang berada di mall, sibuk memilih tas bermerek edisi terbatas.
"Ka, bagusan ini apa ini?" tanya Kiera, memegang tas berwarna hitam dan biru dengan model yang sama.
"Kalo kata gue, yang item aja netral," ucap Alka, sibuk mencari tas yang cocok untuk dirinya.
Sementara itu, Grey duduk di sofa dengan wajah mengantuk, menunggu kedua sahabatnya yang sibuk memilih tas. Ia merasa kesal karena harus menunggu mereka berdua.
"Om, om, kenapa juga lo harus ngomong ke Kiera kalo kita nikah? Liat sekarang kelakuan mereka, pengen gue agghhh... gemes deh!" kata Grey, mengeluh tentang kelakuan kedua sahabatnya.
Kiera dan Alka tidak menyadari bahwa Grey sedang mengeluh tentang mereka. Mereka terus sibuk memilih tas, tanpa memperhatikan Grey yang sedang mengantuk dan kesal.
"Grey, Grey! Bangun! Kami sudah selesai memilih tas!" teriak Kiera, membuat Grey terbangun dari tidurnya.
Grey membuka mata dan melihat Kiera dan Alka yang sedang tersenyum. "Apa lagi?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit kesal.
"Kami ingin membeli tas ini, tapi kami tidak punya uang cukup," kata Alka, dengan nada yang manja.
Grey menghela nafas dan mengambil dompetnya. "Berapa harganya?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit sabar.
"Rp 300 juta" jawab Kiera, dengan nada yang santai.
Grey menghela nafas dan memberikan card kepada Kiera. "Ambil saja, tapi jangan minta lagi, ya?"
Kiera dan Alka tersenyum dan berterima kasih kepada Grey. Mereka berdua kemudian berjalan ke kasir untuk membayar tas yang mereka pilih.
Sementara itu, Grey duduk di sofa, merasa kesal karena harus membayar tas yang mahal untuk kedua sahabatnya. Ia merasa bahwa mereka berdua terlalu memanfaatkan dirinya.
"Grey, Grey! Kita udah selesai!" teriak Kiera, membuat Grey terbangun dari lamunannya.
Grey melihat Kiera dan Alka yang sedang tersenyum. "Apa lagi?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit kesal.
"Kita mau makan di restoran yang baru buka di lantai atas," kata Alka, dengan nada yang manja.
Grey menghela nafas dan berdiri dari sofa. "Baiklah, ayo pergi makan," kata Grey, dengan nada yang sedikit sabar.
Mereka bertiga kemudian berjalan ke restoran yang baru buka di lantai atas. Grey masih merasa kesal karena harus membayar tas yang mahal untuk kedua sahabatnya, dan sekarang mereka juga ingin makan di restoran yang mungkin juga mahal.
Saat mereka tiba di restoran, Grey melihat menu yang sangat mahal. Ia merasa bahwa kedua sahabatnya benar-benar memanfaatkan dirinya.
"Apa yang kalian ingin makan?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit kesal.
"Gue mau pesen steak," jawab Kiera, dengan nada yang santai.
"Kalo gue mau sushi," kata Alka, dengan nada yang manja.
Grey menghela nafas dan memesan makanan untuk mereka bertiga. Ia merasa bahwa ia harus lebih tegas dalam menghadapi kedua sahabatnya, agar mereka tidak terus-menerus memanfaatkan dirinya.
Setelah makan, Grey memanggil pelayan untuk membayar biaya makanan. "Berapa totalnya?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit sabar.
Pelayan kemudian menjawab, "5,3 juta, sir."
Grey menarik nafas panjang sambil memberikan cardnya kepada pelayan.
"Buahahaha, makasih banyak lho, beb!" ucap Alka, memeluk Grey dari belakang. Kini mereka sudah berjalan menuju parkiran bawah tanah.
"Hoohhh, suami lo royal banget, ngasih cardnya buat teraktir kita," ucap Kiera, dengan nada yang santai.
"Lo pada bener-bener dah," ucap Grey, menyalakan mobilnya.
Mobil BMW hitam kemudian berjalan keluar dari parkiran bawah tanah, meninggalkan mall yang mewah dan mahal itu.
"Lunas yeee, gue udah beliin kalian tas sama traktir makan. Udah tutup rapat mulut lo berdua, jangan sampai orang di sekolah tau kalo gue udah married," kata Grey, dengan nada yang sedikit serius.
Kiera dan Alka saling menatap, kemudian tersenyum. "Siap, siap, kita enggak bakalan ngomong apa-apa," kata Kiera, dengan nada yang santai.
"Janji, ya?" tanya Grey, dengan nada yang sedikit serius.
"Janji, Grey," jawab Alka, dengan nada yang manja.
Grey menghela nafas, merasa bahwa ia harus lebih berhati-hati dalam menjaga rahasia pernikahannya. Ia tidak ingin orang-orang di sekolah mengetahui bahwa ia sudah menikah.
Saat sedang menatap jalan, Kiera melihat hotel yang bertuliskan Oyo, ia teringat akan sesuatu. "Grey, Grey, gue mau nanya," ucapnya dengan sedikit serius.
"Apaan?" tanya Grey, dengan nada yang santai.
"Lo udah b.e.r.c.o.c.o.k.t.a.n.a.m. belum?" tanya Kiera, dengan nada yang penasaran.
Grey meremas setir mobil, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Kiera. "Kepo banget," ucapnya, dengan nada yang sedikit kesal.
"Kepo lah kita sebagai wanita harus saling berbagi," tambah Alka, dengan nada yang santai.
"Hooh, biar ntar kalo kita berdua nikah ada pengalaman gitu," tambah Kiera.
"Belum," ucap Grey, dengan nada yang singkat.
"Afffaa!" teriak mereka berdua, terkejut dengan jawaban Grey. Mereka berdua tidak percaya bahwa Grey belum pernah melakukan hal itu, terutama karena ia sudah menikah.
"Benar-benar belum?" tanya Kiera, dengan nada yang penasaran.
Grey mengangguk, sebagai jawaban dari pertanyaan mereka. "Benar, belum," ucapnya, dengan nada yang singkat.
Kiera dan Alka saling menatap, kemudian tersenyum. Mereka berdua sepertinya sangat penasaran dengan kehidupan pribadi Grey, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka mengetahui semua rahasia Grey.
"Kok bisa nikah 7 bulan belum ena-ena?" tanya Alka, dengan nada yang penasaran.
Grey hendak menabok wajah Alka yang duduk di sampingnya dengan es cream yang ada di tangannya, tetapi ia urungkan karena sayang es creamnya.
"Ya bisa kenapa enggak?" jawab Grey, dengan nada yang santai.
"Jangan-jangan pak Tian selingkuh makanya dia enggak pernah minta sama lo," ceplos Kiera.
"Heh, mulutnya!" ucap Alka, memperingati Kiera.
"Tapi bener juga sih, kok bisa cowo normal tahan liat cewe sepulen elo, hah?" tambah Alka, dengan nada yang penasaran.
"Jangan-jangan Gay lagi," ucap Kiera.
"Omongan yang baik-baik aja napa, lo pada keknya pengen gue jadiin musuh aja," ucap Grey, dengan nada yang sedikit kesal.
"Eee, jangan nanti ATM berjalan kita enggak ada, wkwk," canda Kiera, mencoba menghilangkan ketegangan dan membuat suasana menjadi lebih santai.
"Tapi serius, Grey, dari apa yang gue liat di video, keknya nikmat banget, masa lo enggak mau nyoba?" tanya Alka, dengan nada yang penasaran dan sedikit menggoda. "Gue kalo jadi lo, tiap hari dah main kuda-kudaan, gue yakin stamina suami lo enggak diragukan lagi," tambah Alka, sedikit berlebihan.
semangat
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩