Setelah hidup dengan suami yang suka memukulinya selama bertahun-tahun, Freya 'dijual' karena suaminya telah jatuh hati pada wanita lain. Dia hanya bisa pasrah saat pelelangan berlangsung, sampai akhirnya... "Satu juta Yuan!" Semua mata tertuju pada pria bertudung yang menawar dengan harga ribuan kali lebih mahal. Siapa pria itu dan kisah seperti apa yang menanti mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossywiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk
Cukup lama aku merenungkan hal itu hingga suara Albert kembali menginterupsi ku.
"Kenapa Freya?", tanya Albert kepadaku.
"Saya.. hanya saja saya berpikir, apakah benar saya boleh menikmati semua ini?", jawabku sambil tertunduk memainkan jemariku.
Karena ini bukanlah mimpi, ini sungguh nyata. Semakin kesini, semakin lama aku menjadi semakin egois dan berharap tidak akan melepaskan ini semua.
Kalau boleh, dan walau hanya untuk sebentar saja..
Aku juga ingin bahagia.
"Kamu pantas mendapatkannya Freya! Kamu adalah orang yang sangat berharga, jadi kamu pantas mendapatkan nya!", ucap Albert terasa seperti embun penyejuk yang menghampiri hatiku.
"Bagaimana bisa anda menganggap saya sebagai orang yang begitu berharga? Apa karena rupa saya? Atau karena iba? Atau apakah karena rasa tanggung jawab?", tanyaku sambil menunduk dan tersenyum kecut. Aku berusaha berbicara dengan tenang walau ada gemuruh di dadaku.
"Ternyata kamu sedang memikirkan hal itu ya?", Albert berbicara sambil menyangkutkan anak rambut ke telingaku.
"Iya, saya mencintai kecantikan anda juga.. tapi, Tidak hanya itu. Saya merasakan simpati dan tanggung jawab yang begitu besar kepada anda, tapi bukan hanya itu juga!", lanjut Albert sambil tersenyum begitu lembut dan terasa tulus.
"Kalau begitu kenapa?", tanya ku makin penasaran dengan alasan Albert.
Albert tersenyum sambil berjalan menuju air mancur di tengah taman itu.
"Saya memahami kehangatan kamu Freya, Saya juga tahu betapa manisnya hatimu! Lalu yang paling penting dari itu semua adalah, karena saya mencintai mu!", jawab Albert sambil menghadap padaku yang sekarang berdiri di belakangnya.
"Itu.. alasan anda? Mencintai saya itu sebuah alasan?", bagaimana mungkin dia bisa memberi alasan seperti itu?
Albert tertawa mendengar perkataan ku.
"Yah.. kita bisa menyebutkan apa saja jika membutuhkan alasan untuk mencintai sesuatu! Tetapi alasan apapun itu tidak akan pernah bisa menjelaskan isi hati! Aku mencintai kamu karena kamu adalah Freya! Itulah alasan kenapa kamu begitu berharga untukku!", ucap Albert lalu mengecup tanganku.
"Cinta..", ucapku yang bahkan bisa disebut dengan gumaman.
"Ya betul, itu adalah cinta!", jawab Albert masih dengan senyum tulusnya.
Aku ingin percaya meskipun itu bohong. Aku sudah sangat lama tidak mendengar hal seperti itu. Sudah lama sekali sejak aku mendengar bahwa seseorang mencintai ku. Tanpa syarat, tanpa memandang masa lalu ku.
Kenapa yang di katakan dan yang di lakukan orang ini terasa begitu hangat?
Kenapa aku begitu percaya kepadanya?
Kenapa aku.. merasa seperti ingin menangis?
Albert kembali memelukku untuk menenangkan aku yang entah sejak kapan bisa menangis di pelukannya.
Albert terus memelukku sambil mengucapkan kata - kata hangat yang membuat aku tenang.
Setelah aku selesai menangis, kami duduk - duduk di gazebo kecil yang berada di samping air mancur tengah taman ini.
"Apa mungkin ada sebuah tempat yang ingin anda kunjungi sebelum pernikahan kita?", Albert bertanya kepadaku dengan mengulas senyum manis andalannya.
"Saya pikir anda akan merasa bosan jika terus menerus berada di rumah, mari kita sejenak keluar mencari angin!", lanjut Albert.
Tempat yang ingin aku kunjungi ya..
Ahh benar ..
"Saya ingin pergi ke panti asuhan kasih bunda!", jawabku.
Bukan apa - apa, aku hanya teringat akan panti asuhan tempatku bekerja dulu.
Bukan tanpa alasan juga aku memilih berkunjung ke panti asuhan itu, aku hanya ingin mendengar kabar tentang anak itu.
Apakah sekarang dia sudah sehat dan bisa kembali bermain dengan yang lainnya lagi?
Aku bisa membayangkan dia tertawa lepas seperti sebelum dia cerianya.
"Apakah kamu pernah tinggal di sana?", tanya Albert kepadaku.
"iya", jawabku sambil mengangguk.
Aku sadar akan sesuatu, tanpa adanya masa lalu, maka masa depan pun tidak akan ada.
Aku sudah menerima semua masa lalu pahitku. Aku berusaha tidak mendendam akan semua itu.
Meskipun ada masa lalu yang ingin aku hapus, Aku pikir aku sekarang harus melihat kedalam masa lalu itu dengan benar.
Kalau aku ingin mencintai orang lain dengan benar.
'Aku ingin tahu caranya..'
Aku ingin menggali penyebab yang membuat ku tidak bisa percaya pada orang lain.
'Aku ingin tahu Orang - orang yang berkata bahwa mereka ingin membantuku, Di masa lalu benar - benar tulus atau tidak!', kata ku dalam hati.
Aku berpikir bahwa aku harus berhadapan langsung dengan itu, agar ke depannya aku bisa lebih baik.
.
Ah
Hah
Hah
Hosh hosh
Mimpi buruk lagi. Aku terbangun lagi malam ini karena mimpi yang akhir - akhir ini sudah tidak mengganggu ku, kini datang lagi.
Keadaan malam ini sangat sunyi. Kenapa aku harus bermimpi itu lagi?
Aku makan dengan enak dan tidur dengan nyaman. Aku bisa tidur nyaman Tanpa bermimpi seakan aku mati, untuk beberapa waktu Karena di tempat ini tidak ada apapun yang mengancam.
'Padahal keadaan tubuhku sudah membaik, Jai mimpi buruk ini..'
Aku akan lebih takut saat malam tiba. Itu karena Andreas lebih sering membuatku sengsara saat malam hari. Ketimbang saat siang hari sejak aku menikah dengannya. Bagiku, saat terkurung Dan harus menjahit saat siang jauh lebih baik dari pada saat malam.
"Aku tidak butuh wanita bodoh dan kotor seperti mu! Kamu harusnya bersyukur dan berterimakasih padaku yang mau menerimamu!", Ucap Andreas ketika memberi alasan atas penindasan ya padaku saat itu.
Awalnya aku merasa bahwa itu hanya omong kosong. Jadi, aku melawan dan marah padanya. Tapi, setiap kali aku melakukan hal itu, yang kudapat hanya pukulan dan kata - kata yang lebih buruk lagi.
Itu membuatku traumatik pada malam hari yang gelap dan sunyi.
Aku takut akan kembali lagi pada hal - hal itu.
'Karena hal itu, malam ini terasa seram. Aku takut kalau dia akan menelanku kalau aku hanya sendirian', ucapku dalam hati.
Aku berusaha memejamkan mataku kembali. Namun tetap saja tidak bisa.
Perasaan yang menggumpal, perasaan yang tidak nyaman dan sesak, perasaan ini yang dirasakan saat merasa frustasi.
Aku bangun dan keluar dari dalam kamarku. Berusaha mencari udara segar agar perasaanku lebih membaik. Sebenarnya aku sudah merasakan kedamaian di dalam kediaman ini. Aku lebih merasa bebas dan tidak lagi terkurung.
Aku lebih mudah mengekspresikan diriku. Bisa tertawa lepas seperti dahulu. Aku sudah merasa mendapatkan kembali hidupku.
Di kediaman ini, tidak ada satupun tempat yang di larang untukku. Aku bisa menjelajah kediaman yang begitu besar dan pergi ke taman yang begitu luas, atau berjalan ke tepian hutan di sisi lain taman.
Kalau mau aku juga bisa pergi keluar, aku bebas melakukan apapun yang ku inginkan.
Kecuali satu tempat.
'Kecuali ruangan itu!', ucapku yang sudah berdiri di hadapan pintu ruangan yang di larang masuk oleh siapapun.