Dalam waktu dekat, umat manusia telah mengembangkan teknologi canggih yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan antar bintang. Misi perurkan dengan harapan menemukan planet yang layak huni. Namun, saat kru tiba setelah bertahun-tahun dalam cryosleep, mereka menemukan sinyal misterius dari peradaban asing, mengubah misi eksplorasi ini menjadi perjuangan bertahan hidup dan penemuan besar yang bisa mengubah nasib umat manusia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Ramadhan Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Bab 13: Konsekuensi dari Keputusan
Cahaya memancar di sekitar mereka, mengubah seluruh ruang menjadi panorama warna-warni yang berkilauan. Elena dan kru merasakan energi yang mengalir di udara, menggetarkan seluruh tubuh mereka. Seolah-olah mereka ditarik ke dalam suatu dimensi baru, sebuah tempat di mana hukum fisika yang mereka kenal tidak berlaku. Elena menggenggam tangan Samuel dan Kara, merasakan detak jantung mereka berdegup kencang.
Ketika cahaya mereda, mereka menemukan diri mereka berada di suatu lokasi yang sangat berbeda. Mereka kini berdiri di tengah-tengah lanskap yang tidak bisa mereka pahami. Di depan mereka terbentang padang luas dengan vegetasi aneh yang berkilau, tampak hidup dengan warna-warna cerah yang tidak ada di bumi. Pohon-pohon dengan batang berbentuk spiral menjulang tinggi, sementara tanaman merambat berkilau dengan cahaya seperti neon.
“Apa ini?” tanya Kara, memandang ke sekeliling dengan tatapan terpesona sekaligus takut.
“Saya tidak tahu,” jawab Samuel, menatap tanah yang bergetar lembut di bawah kakinya. “Tapi sepertinya kita berada di dimensi lain. Ini bukan planet kita.”
Elena mengamati dengan seksama. “Kalau begitu, tempat ini pasti menjadi semacam jendela ke dunia lain. Kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang ada di sini.”
Mark memeriksa perangkatnya, berharap menemukan informasi. Namun, layarnya kembali menampilkan simbol-simbol yang tidak bisa dimengerti. “Tidak ada sinyal di sini. Semua sistem kita tidak berfungsi.”
Saat mereka mulai melangkah lebih jauh ke dalam dunia aneh ini, mereka merasakan sesuatu—seperti bisikan lembut yang melayang di udara, menggoda rasa ingin tahu mereka. Seolah-olah alam di sekitar mereka berbicara dalam bahasa yang hanya bisa dipahami oleh jiwa mereka.
Tiba-tiba, sekelompok makhluk muncul dari balik pepohonan. Mereka tampak seperti humanoid, tetapi memiliki fitur yang berbeda dari manusia—kulit mereka bersinar, dengan pola geometris yang bergerak di permukaannya. Mata mereka besar dan cerah, berkilau dengan kebijaksanaan yang tak terhingga.
Elena merasa jantungnya berdegup cepat. Dia tahu mereka sedang berhadapan dengan penghuni dimensi ini.
“Selamat datang, pengembara,” salah satu makhluk itu berkata, suaranya mengalir seperti air yang mengalir lembut. “Kami telah menunggu kedatangan kalian.”
“Siapa kalian?” tanya Elena, berusaha menahan ketegangan di suaranya. “Kami berasal dari Bumi dan kami sedang mencari kebenaran tentang peradaban yang hilang.”
Makhluk itu mengangguk, seolah memahami maksudnya. “Kami adalah penjaga keseimbangan antara dimensi. Kami melihat perjalanan kalian dan telah menyaksikan keputusan yang kalian buat. Kalian telah memilih untuk mencari tahu.”
Mark menegakkan punggungnya. “Ya, dan kami ingin tahu apa yang terjadi pada peradaban itu. Apa yang bisa kalian ajarkan kepada kami?”
Makhluk itu tersenyum, tetapi senyumnya tampak penuh keprihatinan. “Kalian tidak memahami konsekuensi dari keputusan kalian. Kebenaran adalah beban, dan tidak semua yang kalian temukan akan membawa harapan.”
Elena menggelengkan kepala. “Kami sudah mendengar itu sebelumnya. Tapi kami tidak bisa mundur. Kami harus melanjutkan.”
“Jika itu yang kalian inginkan,” kata makhluk itu, “maka kalian harus siap menghadapi kenyataan. Kalian akan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat dan merasakan apa yang tidak seharusnya dirasakan.”
Sebelum mereka bisa menjawab, makhluk itu mengangkat tangannya, dan tanah di depan mereka mulai bergetar. Sebuah portal terbuka di tanah, mengeluarkan cahaya yang sama dengan bola energi di ruang sebelumnya. Dari dalam portal, suara-suara aneh bergema, menceritakan kisah-kisah yang terperangkap dalam dimensi ini.
“Elena!” Samuel menarik perhatiannya. “Apa kita harus masuk ke sana?”
Elena menatap portal itu, merasakan dorongan kuat dari dalam dirinya. “Ya, kita harus pergi ke sana. Ini mungkin satu-satunya cara untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.”
Mereka melangkah maju, memasuki portal yang bersinar itu. Dalam sekejap, mereka merasakan tarikan yang kuat, seolah-olah seluruh dunia di sekitar mereka runtuh. Ketika cahaya memudar, mereka mendapati diri mereka berada di dalam ruangan besar yang dipenuhi hologram-hologram berputar.
Hologram-hologram itu menunjukkan berbagai momen dalam sejarah peradaban yang hilang—momen-momen ketika mereka mencapai puncak pencapaian teknologi, diikuti oleh saat-saat kelam ketika semuanya mulai runtuh. Mereka melihat bagaimana para ilmuwan bersikeras membuka portal ke dimensi lain, mencoba menjelajahi realitas yang belum pernah dijelajahi. Namun, semakin dalam mereka menjelajahi, semakin banyak masalah yang muncul. Dimensi lain itu tidak hanya kosong—ia dipenuhi oleh makhluk yang tak terduga dan kekuatan yang tak terukur.
“Elena, lihat!” seru Kara, menunjuk ke salah satu hologram yang menunjukkan sebuah makhluk menyeramkan dengan wajah berapi-api dan tentakel yang menjulur. “Itu… itu terlihat menakutkan.”
“Makhluk itu adalah salah satu dari banyak entitas yang terjebak di antara dimensi,” kata makhluk penjaga yang muncul di samping mereka. “Mereka adalah hasil dari kekacauan yang ditimbulkan oleh peradaban itu. Ketika mereka membuka portal, mereka tidak hanya mengakses dunia baru—mereka juga membangkitkan kegelapan yang tidak bisa mereka kendalikan.”
Elena merasakan ketakutan yang mendalam. “Apakah itu berarti kita juga berisiko membuka pintu yang sama?”
Makhluk itu mengangguk. “Ya. Ketika kalian melangkah lebih jauh, kalian harus ingat bahwa pengetahuan datang dengan harga. Jika kalian melanjutkan, kalian akan menghadapi tantangan yang lebih besar daripada yang bisa kalian bayangkan.”
Samuel menggigit bibirnya, merasa tertekan oleh kata-kata itu. “Apa yang harus kita lakukan? Apakah ada cara untuk menghindari nasib yang sama?”
“Belajarlah dari kesalahan mereka,” jawab makhluk itu. “Tetaplah bersatu. Kekuatan kalian terletak pada kerja sama dan kepercayaan satu sama lain. Jangan biarkan ambisi mengaburkan tujuan kalian.”
Elena menatap rekan-rekannya, dan dia bisa melihat keraguan di wajah mereka. Namun, dia juga melihat tekad. “Kita harus melakukan ini. Kita tidak bisa mundur. Jika kita tidak melanjutkan, kita akan selamanya terjebak dalam ketidakpastian.”
Dengan perasaan campur aduk, mereka semua melangkah lebih jauh ke dalam ruangan hologram. Momen-momen tragis peradaban yang hilang terus berputar di sekitar mereka, menciptakan jalinan kisah yang saling terkait—pelajaran berharga yang mengajarkan mereka tentang kebijaksanaan, kehati-hatian, dan harga dari pengetahuan.
Mark menyentuh hologram yang menunjukkan ilmuwan di lab mereka, menciptakan mesin yang mengubah realitas. “Kita bisa belajar dari mereka,” katanya. “Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah mereka.”
“Ya, dan kita tidak boleh terjebak dalam keserakahan,” tambah Kara. “Kita harus tetap berpegang pada tujuan kita yang sebenarnya.”
Elena mengangguk, merasa kekuatan baru dalam diri mereka. “Kami akan menggunakan pengetahuan ini untuk membangun masa depan yang lebih baik—bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk semua yang akan datang setelah kita.”
Mereka semua saling menggenggam tangan, bersatu dalam keputusan mereka. Saat itu, hologram-hologram di sekitar mereka mulai memudar, dan portal baru muncul di hadapan mereka, bersinar dengan harapan.
Satu per satu, mereka melangkah maju, memasuki portal itu dengan harapan dan ketakutan yang bercampur. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, dan tantangan yang lebih besar menanti di depan. Tapi bersama-sama, mereka bertekad untuk mengatasi apa pun yang datang, demi masa depan yang lebih baik.