Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
POV author
Di dalam kamar, Loly terus memikirkan sikap Nathan. Apakah dia marah? Malu? Atau benci karena ia sudah lancang masuk kamarnya dan membaca buku agendanya? Membuat Loly bingung.
Pukul 01.25 mata Loly mulai terasa berat, mengantuk. Ia menarik selimut dan tidur.
.
.
Setelah adzan subuh, Loly mengetuk pintu kamar Nathan. Biasanya jam empat Nathan sudah duduk di mushola keluarga, tapi tadi saat ke mushola masih kosong, Nathan nggak ada di sana. Apa mungkin Nathan belum bangun? Pikirnya. Loly memutuskan masuk ke dalam rumah menuju kamar Nathan.
"Nat.. Nathan bangun.. udah adzan, Nat... Nathan..." Ia menghela napas, tidak ada jawaban dari dalam. Jangan-jangan Nathan beneran marah. Pikirnya. Loly semakin kalut jika benar Nathan marah padanya.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
"Nathan.. bangun, Nat..."
"Loly, kamu lagi ngapain, Nak?" Suara Bunda Fifia membuat Loly menoleh.
"Nathan tumben belum bangun, Bund. Biasanya dari jam empat udah di mushola" Loly memandang Bunda Fifia yang sudah mengenakan mukena.
"Oohh... Nathan udah berangkat jam tiga tadi."
"Apa? Katanya jam lima berangkatnya. Kok gak bilang aku sih." Loly menatap pintu kamar Nathan. Ada rasa nyeri di dadanya.
"Sudah jangan dipikirin. Yuk sholat dulu!" Ucap Ayah Fari.
Loly berjalan gontai mengekor di belakang Ayah Fari dan Bunda Fifia.
'Nathan, kenapa gak bangunin aku? Biasanya kalau mau kemana-mana suka pamit dulu sebelum berangkat.' ucap Loly dalam hati.
Loly menoleh ke pintu kamar Nathan lagi, berharap laki-laki itu belum berangkat, keluar kamar sambil teriak. "Tungguin wooyy!"
Nihil! Nathan benar-benar sudah berangkat.
.
.
.
Usai sholat subuh, Loly bergegas kembali ke kamar. Membuka mukena, melipat dan menyimpannya di atas nakas. Meraih handphone, menekan kontak yang ia beri nama *Nathan brewok* lalu meneleponnya.
Ditelepon via WA Cuma ‘Menghubungi.’ Kemudian Loly beralih coba telepon biasa. Sama, tidak aktif juga.
Akhirnya Loly memilih ketik pesan melalui WhatsApp.
[ Nathan ]
Send.
Ceklis satu. Loly mengetik pesan kembali.
[ Nathan, kenapa gak bangunin aku kalo kamu berangkat jam 3? Apa kamu marah? ]
Send. Tetap ceklis satu.
Loly meletakkan handphone di atas ranjang, beranjak menuju dapur membantu Bunda Fifia memasak.
"Eehh, pagi-pagi kok mukanya kelihatan bete banget. Semalam mimpi buruk yaa?" Bunda Fifia bertanya ketika Loly mengambil wortel dan pisau di dekat Bunda Fifia.
"Enggak kok, Bund." Sahutnya pelan seraya mengupas wortel. Bunda Fifia menghela napas.
"Kesel sama Nathan?"
"Iyaa. Aneh aja! Biasanya 'kan Nathan kalau kemana-mana bilang dulu sama Loly. Ini enggak, Bund. Tadi di WA juga gak aktif nomornya." Ucap Loly dengan bibir mengerucut.
"Mungkin Nathan lagi sibuk. Atau mungkin lagi di pesawat, handphone nya jadi gak diaktifin. Oohh iyaa, semalam kamu sama Nathan pulang jam berapa?" Bunda Fifia mengalihkan pembicaraan. Loly tetap fokus mengiris wortel.
"Jam 11 an, Bund."
"Kalian kemana emangnya? Gak mungkin 'kan kalo cuma makan bakso aja." Loly menganggukkan kepalanya. Menyimpan irisan wortel ke dalam wadah. Lalu mengambil beberapa butir kentang, sepertinya Bunda Fifia ingin memasak sop daging untuk menu sarapan pagi ini.
"Iyaa, Bund. Nathan ngajakin Loly ke atas bukit. Bukitnya gak terlalu jauh sih dari tempat bakso. Bunda tau gak? Tempatnya indaaah banget. Loly seneng!"
Bunda Fifia tersenyum menanggapi cerita putrinya.
"Terus Nathan cerita apa lagi?"
"Banyak, Bund. Nathan bilang hari ini mau keluar kota. Cabang perusahaan lagi ada masalah. Pas Loly tanya jam berapa berangkatnya, Nathan bilang jam lima subuh. Eehh, gak taunya malah jam tiga. Nyebelin!" Loly memotong kentang dengan pisau sangat kuat. Melampiaskan rasa kesalnya pada Nathan.
"Terus Nathan bilang apalagi?"
Loly diam berpikir sejenak.
"Biasa Bund, ngasih pesan. Katanya, Loly nggak boleh diantar keluar sama temen cowok. Kalo pergi harus pake ojol atau grab. Terus yaa, Bun..." Loly menghentikan memotong kentang, beralih menatap Bunda Fifia. Begitu juga Bunda Fifia menghadap Loly.
"Loly 'kan bilang, nyuruh Nathan jangan merokok atau kurangi merokoknya. Eehh, masa' Nathan langsung matiin rokok yang masih dihisap. Nah terus, rokok yang masih ada di dalam bungkusnya Nathan buang ke jurang. Loly sampe kaget lihat sikap Nathan kayak gitu. Nathan bilang, dia mau berhenti merokok."
Kedua mata Bunda Fifia berbinar mendengar cerita putrinya.
"Serius, Nak?" tanya Bunda Fifia memastikan. Loly mengangguk mantap.
"Berarti Loly hebat bisa bikin Nathan berhenti ngerokok. Bunda dari dulu ngelarang, tapi nggak pernah diturutin." Wajah Bunda Fifia berubah masam. Loly merangkul pinggang Bunda Fifia, menyandarkan kepala pada pundaknya.
"Loly enggak mau Nathan sakit. Nathan harus sehat. Harus semangat. Iya 'kan Bund?" Loly melepaskan rangkulan. Bunda Fifia menatap mata Loly lekat.
"Iya, Sayang... makasih. Semoga saja doa-doa Loly dikabulkan oleh Allah swt. Bunda nggak mau kehilangan satu laki-laki yang sangat Bunda sayangi."
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya