NovelToon NovelToon
Forbidden Love

Forbidden Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:430
Nilai: 5
Nama Author: Fallenzio

seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

Keesokan harinya, setelah kejadian kemarin, Nabillah tidak membalas pesan-pesan Delvin. Hal itu membuat Delvin gelisah dan takut jika Nabillah benar-benar membencinya.

"AAAAAAA!!!" teriak Delvin, melepaskan emosinya yang meluap. Ia merasa frustrasi dan mulai membenci dirinya sendiri jika benar Nabillah tidak ingin lagi berhubungan dengannya.

Novi, adik Delvin, mendengar suara teriakan itu dari kamarnya. Dengan ragu, ia menghampiri Delvin.

“Bang, are you okay?” tanya Novi hati-hati, melihat tatapan tajam di mata kakaknya.

Delvin menatap Novi dengan tajam, membuat gadis itu semakin gugup. Namun, tak ingin menakutinya lebih jauh, Delvin menghela napas panjang lalu mengangguk.

“Abang nggak apa-apa. Cuma masalah kerjaan aja, Dek,” ucap Delvin mencoba tenang. Ia tak mau menyakiti hati adiknya.

Novi mengangguk kecil mendengar jawaban itu, lalu berkata, “Oh iya, Bang. Nanti aku ikut ke tempat terapi, ya. Jadi, Abang bawa mobil.”

Delvin mengangguk lagi tanpa berkata apa-apa. Novi kemudian meninggalkan kakaknya untuk bersiap-siap, sementara Delvin kembali tenggelam dalam pikirannya yang kalut.

Setelah merenungkan pikirannya sendiri, Delvin bergegas bersiap-siap karena mendengar suara teriakan Mama Ey dari bawah.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di tempat terapi. Delvin terus berdoa, berharap agar Nabillah bersedia berbicara dengannya.

Seperti biasa, mereka harus menunggu giliran di ruang tunggu sebelum memulai sesi terapi. Delvin sengaja duduk sendiri di bangku belakang sambil mengamati sekeliling, mencoba mencari kekasihnya. Namun, ia tidak melihat Nabillah sama sekali.

"Pita," panggil Delvin saat melihat Pita yang berada tidak jauh darinya.

"Bang Delvin?" gumam Pita, lalu menghampiri Delvin yang berdiri dengan jaket kuningnya.

"Ada apa, Bang?" tanya Pita ketika sudah berada di hadapan Delvin.

"Nabillah ke mana, ya?" tanya Delvin, membuat Pita mengerutkan alis, tampak bingung.

"Nabillah nggak masuk, Bang. Dia sakit. Emang dia nggak ngabarin, Bang?" balas Pita.

Delvin hanya menggelengkan kepala, wajahnya tampak khawatir. Reaksi itu membuat Pita merasa sedikit canggung.

"Oh, mungkin Nabillah lupa ngabarin abang," ucap Pita mencoba menenangkan.

Delvin mengangguk pelan, kemudian berpamitan dan pergi meninggalkan Pita untuk langsung menuju rumah Nabillah.

Melihat Delvin yang pergi, Pita tersenyum bahagia, meski di dalam hatinya ada sedikit rasa iri.

Delvin segera mengendarai mobilnya. Ia sedikit kesal, bertanya-tanya mengapa kali ini harus menggunakan mobil.

Beberapa menit kemudian, Delvin tiba di depan rumah Nabillah. Ia menghela napas sejenak, lalu mengetuk pintu rumah tersebut.

Pintu dibuka oleh seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Nabillah, tetapi terlihat sedikit tomboy dan memakai kacamata.

"Iya, siapa ya?" tanya gadis itu.

"Saya Delvin, ingin menjenguk Nabillah," jawab Delvin sopan.

"Oh, teman Kak Nabillah ya? Masuk dulu saja, Kak," ujar gadis itu sambil mempersilakan Delvin masuk.

Delvin tersenyum dan melangkah masuk ke dalam rumah Nabillah. Entah mengapa, kali ini ia merasa deg-degan untuk bertemu dengan kekasihnya.

"Delvin?" panggil seorang wanita yang ternyata adalah ibu Nabillah. Delvin langsung menoleh ke arah suara tersebut.

Delvin tersenyum, lalu menghampiri ibu Nabillah yang kini sudah tidak menggunakan kursi roda. Ia segera bersalaman dengan wanita itu.

"Ibu, apa kabar?" tanya Delvin ramah.

Ibu Nabillah tersenyum hangat. "Alhamdulillah, Ibu baik, Nak. Kamu sendiri bagaimana?" tanyanya balik.

"Delvin juga baik, Bu," jawabnya sopan.

"Oh iya, Bu, ini Delvin bawakan beberapa jenis buah untuk Nabillah," lanjut Delvin sambil menyerahkan bungkusan berisi buah-buahan.

"Terima kasih, Nak," ucap Ibu Nabillah sambil menerima pemberian itu.

"Sama-sama, Bu. Ayah di mana, Bu?" tanya Delvin kemudian.

"Ayah Nabillah belum pulang, Nak," jawabnya.

"Oh iya, Nak, kenalkan, ini Delvin, kekasih kakakmu," ujar Ibu Nabillah sambil menoleh ke arah gadis tadi. "Dan Delvin, ini Hani, adik kandung Nabillah."

Hani, yang mendengar perkenalan tersebut, tampak terkejut. Ia baru menyadari bahwa lelaki tampan di hadapannya adalah kekasih kakaknya.

"Kak, maaf tadi aku malah bilang Kakak cuma teman Kak Nabillah," ujar Hani dengan nada tak enak hati.

Delvin tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Dek," balasnya.

"Kalau begitu, Hani, antar Delvin ke kamar kakakmu," ujar Ibu Nabillah kepada Hani.

Hani mengangguk dan segera mempersilakan Delvin untuk mengikutinya. Delvin pun berjalan di belakang Hani, menuju kamar Nabillah seperti yang diarahkan oleh ibu Nabillah.

Hani mengangguk dan segera mempersilakan Delvin untuk mengikutinya. Delvin pun berjalan di belakang Hani menuju kamar Nabillah, seperti yang diarahkan oleh ibu Nabillah.

Sesampainya di sana, Hani membuka pintu kamar Nabillah dan melihat Nabillah yang sedang tertidur lemah di tempat tidur.

"tunggu di luar dulu ya, Kak," ucap Hani sambil menoleh ke Delvin karena di dalam sana Nabillah lagi tidak memakai hijab nya.

Delvin mengangguk dan menunggu di luar kamar seperti yang diminta. Setelah beberapa saat, Hani pun memanggil Delvin untuk masuk.

"Silakan masuk, Kak," kata Hani, kemudian meninggalkan mereka berdua, tampaknya tidak ingin menyaksikan momen romantis di antara mereka.

"Kak Delvin," panggil Nabillah dengan suara serak saat menyadari kehadiran Delvin.

Delvin segera menghampiri Nabillah dan duduk di samping tempat tidurnya. Ia menatap Nabillah yang terbaring lemah, hatinya terasa tidak nyaman melihat wajah dan bibir Nabillah yang tampak pucat.

Dengan penuh perhatian, Delvin meletakkan tangannya di dahi Nabillah dan merasakan suhu tubuhnya yang panas.

"Maafkan aku, Bill," ucap Delvin lirih, penuh penyesalan.

Nabillah tidak langsung menjawab perkataan Delvin. Ia berusaha untuk bangun meskipun kepalanya terasa sangat pusing.

Melihat Nabillah ingin duduk, Delvin langsung membantu kekasihnya itu untuk bangkit.

"Aku mohon, jangan membenci aku, Bill," ucap Delvin dengan penuh harap, melihat Nabillah menahan pandangannya ke arah dirinya.

"Aku tidak tahu maksud kamu apa, Kak, tapi aku mohon sama kamu, dengan kejadian kemarin dan semua yang terjadi di antara kita, jangan pernah meninggalkan aku, Kak," ucap Nabillah dengan suara lembut.

Delvin mengangguk cepat. Ia mengerti apa yang dimaksud Nabillah.

"Aku janji, sayang, aku tidak akan meninggalkan kamu dalam keadaan apapun," jawab Delvin penuh keyakinan.

Nabillah hanya tersenyum dan kemudian merentangkan tangannya, meminta Delvin untuk memeluknya.

Delvin tentu saja tidak menolak. Ia segera memeluk tubuh Nabillah yang terasa panas dan mengecup kepala Nabillah dengan penuh kasih sayang.

Nabillah melepaskan pelukannya dan memejamkan matanya saat Delvin terus-menerus mengecup kepalanya dengan penuh perhatian.

"Kakak tahu dari mana aku sakit?" tanya Nabillah.

"Dari teman kerjamu. Aku panik, sayang, kamu tidak membalas pesan ku sejak kemarin," jawab Delvin.

"Maafkan aku, Kak. Waktu itu aku marah padamu," ucap Nabillah, menyesal.

Delvin mengangguk, mengerti, karena memang ia tahu itu adalah kesalahannya.

"Tak apa, memang aku yang salah, sayang," jawab Delvin lembut.

"Terus, Kakak, ninggalin Mama Kakak lagi ke tempat terapi?" tanya Nabillah, sedikit tersenyum.

Delvin terkekeh kecil, lalu mengangguk.

"Yasudah, Kakak, balik lagi ke tempat terapi-nya," ujar Nabillah dengan nada yang sedikit memerintah.

"Kamu ngusir aku, sayang?" tanya Delvin, sedikit heran.

Nabillah mengangguk bercanda, membuat Delvin terlihat tidak suka. Namun, Nabillah hanya terkekeh melihat reaksinya.

"Kamu balik dulu ke sana, nanti ke sini lagi. Kasihan Mama kamu, sayang," ucap Nabillah dengan nada lembut.

Saat Nabillah berbicara dengan nada seperti itu, Delvin merasa tidak bisa menolak perintahnya. Akhirnya, Delvin kembali ke tempat terapi untuk menunggu Mama-nya.

TBC...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!