NovelToon NovelToon
Mafia Jatuh Cinta Dengan Gadis Barbar

Mafia Jatuh Cinta Dengan Gadis Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lince.T

seorang gadis "bar-bar" dengan sikap blak-blakan dan keberanian yang menantang siapa saja, tak pernah peduli pada siapa pun—termasuk seorang pria berbahaya seperti Rafael.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lince.T, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jalan baru

Langit sore yang cerah di pelabuhan tua menjadi saksi atas perpisahan yang berat. Rafael berdiri di samping mobil hitamnya, tatapannya tak lepas dari kapal besar yang sedang bersandar di dermaga. Di depannya, Liana berdiri dengan tas ransel di punggungnya, wajahnya bercampur antara kebingungan dan tekad.

“Kau benar-benar yakin ini yang kau mau?” Rafael bertanya dengan nada pelan, tetapi jelas ada kekhawatiran dalam suaranya.

Liana mengangguk, meskipun matanya tak berani menatap Rafael. “Aku harus mencoba sesuatu yang baru, Raf. Aku tidak bisa terus berada di tempat yang sama dan merasa stagnan. Aku butuh ini, untuk diriku sendiri.”

Dia memahami apa yang dia maksud, tetapi itu tidak membuatnya lebih mudah untuk menerima keputusan Liana. Selama ini, ia terbiasa memiliki Liana di sisinya—sebagai sekutu, sebagai teman, dan mungkin lebih dari itu. Namun, ia tahu gadis itu bukan tipe yang bisa terikat pada satu tempat terlalu lama.

“Aku mengerti,” Rafael akhirnya berkata, meskipun berat. “Tapi itu tidak berarti aku setuju.”

Liana tersenyum tipis, lalu berjalan mendekat. “Rafael, kau sudah memberiku begitu banyak. Kau memberiku keberanian untuk melawan rasa takutku, memberiku tempat ketika aku merasa tersesat. Tapi sekarang, aku harus menemukan jalanku sendiri.”

“Jadi, ini perpisahan?”

“Bukan perpisahan,” Liana menggeleng, kali ini tatapannya menembus mata Rafael. “Hanya jeda. Kita belum selesai, Rafael. Ini bukan akhir cerita kita.”

Rafael terdiam. Kata-kata Liana menusuknya, tetapi ada kejujuran di dalamnya yang tidak bisa dia abaikan. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak emosinya.

“Kalau begitu, janji padaku satu hal,” katanya

akhirnya.

“Apa?”

“Kembali padaku, ketika kau sudah menemukan apa yang kau cari.”

Liana tersenyum, kali ini lebih hangat. “Tentu saja. Aku bukan tipe yang meninggalkan sesuatu tanpa alasan.”

Angin sore berembus, menerbangkan helai rambut Liana yang terurai. Mereka saling bertukar pandang untuk beberapa saat sebelum Liana akhirnya melangkah mundur.

“Rafael, jaga dirimu. Dunia di luar sana mungkin sudah berubah, tapi ingat, ada banyak hal baik yang menunggumu,” ucap Liana sebelum berbalik dan berjalan menuju dermaga.

Rafael hanya bisa memandangi punggungnya yang perlahan menjauh. Perasaannya campur aduk, antara lega karena Liana mengejar mimpinya dan cemas karena ia tidak tahu kapan mereka akan bertemu lagi.

Setelah kapal itu perlahan meninggalkan dermaga, Rafael kembali masuk ke mobilnya. Tangannya meremas setir erat, seakan menahan emosi yang siap meledak. Namun, dia tidak membiarkan dirinya tenggelam terlalu lama.

“Aku akan menunggumu, Liana,” gumamnya pada dirinya sendiri. “Apa pun yang terjadi.”

Di sisi lain, Liana berdiri di dek kapal, menatap bayangan kota yang perlahan menjauh. Perasaannya bercampur aduk, tetapi ia tahu bahwa perjalanan ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan.

Dia memegang kalung kecil yang tergantung di lehernya—hadiah terakhir dari Rafael. Benda itu menjadi pengingat akan perjalanan mereka sejauh ini, dan harapan bahwa jalan mereka akan kembali bertemu di masa depan.

Dengan senyuman tipis, Liana memandang ke cakrawala, siap menghadapi apa pun yang menantinya di depan.

Liana berdiri di dek kapal, membiarkan angin laut yang asin menerpa wajahnya. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan semburat jingga dan merah yang melukis langit. Perasaan berat bercampur harapan memenuhi dadanya. Perpisahan dengan Rafael memang sulit, tetapi ada sesuatu yang memanggilnya untuk melangkah lebih jauh, sesuatu yang belum bisa dia definisikan.

Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Seorang awak kapal berhenti di dekatnya, menawarkan segelas teh hangat.

"Terima kasih," ucap Liana sambil mengambil gelas itu.

"Perjalanan jauh, ya?" tanya pria itu dengan senyuman ramah.

Liana mengangguk pelan. "Ya, dan mungkin ini pertama kalinya aku pergi tanpa tahu pasti ke mana tujuanku."

Pria itu tertawa kecil. "Kadang-kadang, perjalanan tanpa rencana adalah yang paling menarik. Kau akan menemukan sesuatu yang tidak kau duga."

Liana tersenyum kecil, meskipun pikirannya masih dipenuhi bayangan Rafael. Pria itu benar. Dia harus melepaskan keraguannya dan menikmati perjalanan ini—untuk dirinya sendiri.

Sementara itu, di sisi lain kota, Rafael duduk di ruang kerjanya. Cahaya lampu temaram menerangi ruangan, tetapi pikirannya tak kunjung tenang. Di atas mejanya, ada sebuah surat pendek yang ditinggalkan Liana sebelum pergi.

"Rafael, jangan pernah ragu untuk bermimpi, meski kau sudah hidup dalam dunia yang penuh bayangan. Aku yakin kau bisa lebih dari sekadar pewaris mafia. Sampai kita bertemu lagi."

Tangannya mengusap tulisan itu perlahan, seolah ingin merasakan keberadaan Liana melalui kata-katanya. Rafael menyesap secangkir espresso yang mulai dingin. Liana benar, dia tidak bisa terus hidup dalam bayangan keluarganya. Dia harus mencari jalan sendiri, sebagaimana Liana sedang melakukan hal yang sama.

“Clara,” panggil Rafael tiba-tiba.

Clara, yang duduk di sofa dekat jendela, menoleh. “Ada apa?”

“Aku ingin mulai merombak semuanya. Sistem, bisnis, bahkan tujuan keluarga ini,” katanya dengan nada tegas.

Clara mengerutkan kening, tetapi ada secercah kebanggaan di matanya. “Kau yakin? Itu langkah besar, Rafael. Banyak musuh yang akan mencoba menghentikanmu.”

“Aku tahu,” jawabnya singkat. “Tapi aku tidak bisa membiarkan warisan ini terus menjadi lingkaran kebencian. Jika aku ingin Liana bangga padaku, aku harus melakukan hal yang benar.”

Clara tersenyum tipis. “Kalau begitu, aku ada di sisimu. Katakan saja apa yang kau butuhkan.”

Keputusan Rafael semakin mantap. Dia menyalakan laptopnya dan mulai menyusun rencana besar untuk masa depan keluarganya.

Di atas kapal, malam semakin larut. Liana duduk di ruang makan kecil, mencatat rencana perjalanan di buku catatannya. Meski ia tidak tahu ke mana arah hidupnya akan membawanya, ia tahu bahwa ini adalah awal baru yang penting.

Dalam hatinya, ada keyakinan bahwa Rafael juga akan baik-baik saja. Dia memejamkan mata sejenak, membayangkan wajah pria itu.

“Rafael, jangan menyerah,” gumamnya pelan.

Perjalanan mereka mungkin terpisah untuk sementara, tetapi baik Rafael maupun Liana tahu bahwa jalan mereka akan kembali bertemu. Yang mereka butuhkan sekarang adalah waktu—waktu untuk menemukan diri mereka sendiri dan membangun masa depan yang lebih baik.

Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, kapal terus melaju, membawa Liana menuju bab baru dalam hidupnya. Di kota yang mulai tenang, Rafael tetap bekerja keras untuk menciptakan perubahan. Keduanya melangkah dengan harapan yang sama: untuk menemukan kebahagiaan yang sejati.Liana menghela napas panjang, berharap segala yang mereka inginkan tercapai.Semoga perjalanan ini membawa mereka pada tujuan yang lebih baik.

Dengan keyakinan, Liana melangkah maju, menatap masa depan yang cerah.

Perjalanan ini penuh tantangan, tetapi Liana tahu bahwa di baliknya, ada kesempatan baru yang menanti untuk ditemukan.

1
Nur Icha
kenapa di ulang "si
Maya Sukma
yeah
Maya Sukma
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!