Vanila Fedora, gadis berusia 27 tahun itu tiba-tiba di culik oleh kedua orang tuanya yang dulu sudah menelantarkan dirinya. Wanita itu dipaksa menikah dengan mantan suami kakaknya demi anak kecil yang bernama Baby Fiona Barnett. Vanila juga di paksa oleh Calvin Barnett pria yang akan menjadi suaminya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi penerus keluarga Barnett. Seperti apa kehidupan rumah tangga Vanila dan Calvin ? Yuk kepoin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Goodbye
Vanila berjalan menuruni anak tangga sambil menguap, ia sangat lapar karena semalam wanita itu menangis hingga larut pagi. Beberapa pelayan menyapa dirinya saat berjalan menuju meja makan, hal itu sangat asing baginya karena ia sudah sangat lama tidak tinggal di kediaman kedua orang tuannya.
Vanila adalah gadis cantik berusia 27 tahun, wanita single itu hidup bertiga dengan neneknya di daerah bandung, dan satu orang pelayan yang bernama Bik Surti yang selama ini menemani nenek dan dirinya.
“Vanila, mana suamimu?” Tanya Mami Citra saat melihat Vanila berjalan sendirian.
Vanila mengangkat pundaknya acuh, sambil menatap hidangan yang tersaji di atas meja.
“Tidak tau.” Jawabnya singkat, ia lalu duduk di kursi yang jaraknya lebih jauh dari sang Mami.
“Vanila, yang benar saja. Di mana Calvin? Kenapa dia tidak turun bersamamu?” Tanya Mami Citra lagi dengan perasaan yang mulai tak tenang.
“Aku gak tau Mam, dari semalam juga aku udah gak liat batang hidungnya.” Jawab Vanila, ia pun akhirnya menatap ke arah Maminya karena kesal.
Mami Citra berdecak kesal. “Kalau begitu nanti kamu urus Baby, Mami ada urusan.” Ucap Citra dengan buru-buru ia menyambar tas yang ada di sampingnya dan bergegas pergi, Mami Citra curiga jika Calvin menemui Bella.
Sementara Vanila tidak peduli, dia sibuk mengisi piringnya dengan berbagai hidangan yang ada di depan matanya karena perutnya sangat lapar.
Tak lama kemudian Baby dan pengasuhnya datang, mereka berjalan sambil berpegangan tangan. Dari jauh Baby sudah tersenyum saat melihat keberadaan Vanila yang sedang duduk di meja makan, ucapan Neneknya benar jika Mommy nya pasti ikut sarapan dengannya.
“Mommy.” Panggil Baby dengan senyum merekahnya, tubuh Vanila tiba-tiba menegang. Ia lupa jika sekarang diirnya sudah menjadi seorang ibu.
“Oh ya ampun, aku masih perawan tapi udah punya putri cantik berusia Lima tahun.” Guamam Vanila dengan wajah sendunya melihat Baby, namun ia pun tersenyum saat melihat pipi cubby anak itu.
“Baby mau sarapan?” Tanya Vanila, gadis kecil itu pun mengangguk.
“Iya Baby lapel. Baby senang Mommy ikut salapan. Baby kila Mommy pelgi kalna semalam Baby gak liat Mommy.” Ucap Baby dengan wajah sedihnya.
Entah mengapa hati terasa hangat, ia sangat senang saat melihat orang lain yang bukan keluarganya menanti kehadiran dirinya berbeda dengan kedua orang tuanya yang tak peduli di mana dirinya.
Vanila pun mengusap-usap lembut rambut kepala Baby. “Kalau begitu nanti malam tidur bersamaku, Mau?” Tanya Vanila, Baby tersenyum senang sambil mengangguk.
“Tentu saja mau, Baby mau tidul sama Mommy sama Daddy juga.” Ucap Baby. Vanila pun mengangguk, Ya dengan begitu ia pun tidak harus tidur berdua dengan Kakak ipar yang sudab menjadi suaminya itu.
Kening Vanila mengerut saat pengasuh Baby hendak menyuapi Baby makan.
“Mba, Baby masih di suapi?” Tanya Vanila.
“Iya Nyonya, Non Baby sudah biasa saya suapi.” Ucap Mba lastri pengasukmh Baby sejak anak itu lahir. “Nenek Citra menyuruh saya untuk menyuapi Non Baby.” Ucap Mba lastri, sementara Baby hanya diam menatap Mommy nya itu.
“Baby sayang, Baby bisa makan sendiri?” Tanya Vanila dengan nada lembutnya.
Baby menggelengkan kepalanya. “Baby gak bisa makan sendili.” Jawabnya jujur karena ia sudah terbiasa di suami Mbaknya.
“Tapi Baby mau belajar makan sendiri gak? Baby sudah umur Lima tahun, Baby harus mulai belajar makan dengan tangan Baby sendiri ya, Nak. Biar Mommy yang ajarin kamu, Baby mau?” Tanya Vanila dengan hati-hati, bukan karena Vanila sudah menjadi ibunya dan dia bebas menyuruh anaknya. Tapi Vanila tidak mau jika Baby tidak bisa melakukan apapun tanpa tangannya sendiri, karena ia tahu bagaimana kerasnya dunia ini.
Vanila mulai berkaca-kaca mengingat dulu di umurnya Baby ia sedang bersusah payah memakan nasi tanpa ada yang mengajarinya, dan memberi dirinya contoh karena kedua orang tuannya yang sibuk mengurus Kakaknya.
Dulu tidak ada satu pelayanpun yang seperti Mba lastri yang mau mengurus dirinya seperti mebgurus Baby, karena para pelayan pun mengacuhkan dirinya karena tau jika kedua orang tuannya tidak perduli kepadanya.
“Baby mau belajar makan sama Mommy.” Ucap Baby akhirnya membuat Vanila yang hendak menangis akhrinya tersenyum.
Vanila mengangguk sambil tersenyum ia berusaha menahan tangisnya.
“Baby pegang sendoknya seperti ini.” Ucap Vanila sambil memberi contoh dengan sendok miliknya. “Lalu ambil nasi dan lauknya perlahan seperti ini, lalu angkat dan makan.” Ucap Vanila sambil melahap makanannya, sementara Baby saat hendak melahap makanan yang ada di sendoknya, sebagian makananya malah terjatuh lagi ke atas piring.
“Tidak apa-apa, Nak. Kamu pintar, coba lakukan lagi seperti yang Mommy suruh dengan perlahan, Baby pasti bisa.” Ucap Vanila ia berusaha membuat anak cantik itu kembali bersemangat.
“Baik Mommy.” Ucap Baby dengan paruh, sebisa mungkin Baby bersikap baik dan mematuhi ucap Baby agar Vanila menyukai dirinya dan tidak membenci dirinya seperti Bella membenci dirinya. Baby sangat takut jika dia tidak bisa makan sendiri lalu Vanila akan meninggalkan dirinya dan membenci dirinya.
Vanila hanya terkekeh pelan, ia tau betul jika Baby berusaha dengan keras. “Tidak apa-apa, kalau hari ini gagal. Nanti Baby belajar lagi saat makan, kita belajar pelan-pelan saja.” Ucap Vanila sambil menyodorkan nasi yang ada di sendoknya. “Aaa buka mulutmu.” Lanjutnya, Vanila sendiri ikut membuka mulutnya.
Baby pun melahap habis makanan yang ada di sendok Mommy nya itu.
Semenatar di RumahSakit Internasional, Calvin duduk di samping Bella yang sedang meatap kosong ke arah jendela. Pria itu dengan sabar menyuapi Bella yang tidak menghiraukan kehadirannya.
Calvin tersenyum namun juga menangis, ia senang karena Bella mau ia suapi, namun ia juga sedih karena Calvin berniat tidak menemuinya lagi setelah ini.
“Bell, Maafkan aku.” Lirih Calvin sambil menatap piring yang ia pegang, Calvin mengaduk-aduk nasi itu dengan perasaan yang nyeri. “Demi Baby, aku menikah dengan adikmu. Demi Baby juga aku tidak akan menemuimu lagi.” Lanjutnya karena ia kini sudah menjadi suami dari wanita lain, ia juga harus menghargai perasaan istri barunya walau sejujurnya ia belum tau seperti apa hubungan mereka kedepannya.
Bella dengan pikirannya yang kosong hanya diam sambil mengunyah makananya dengan tubuh yang terlihat lemah, lingkar mata hitamnya dan bibir pucatny. Matanya menatap lurus ke arah lain.
“Axio…” lirih Bella, ia hanya mengingat mantan suaminya dulu.
Calvin pun menghela nafasnya dengan pasrah, sesakit ini mencintai seorang wanita pikir Calvin sambil meremat kuat piring yang di pegangnya dengan dada yang terasa sangat nyeri karena harus kembali terluka dengan sikap istri yang sudah menjadi mantan istrinya.
Kali ini dia benar-benar akan meninggalkan Bella dengan memulai hidupnya yang baru, Ya kehidupannya yang baru bersama Vanila dan juga Baby.
“Calvin!” Panggil Mami Citra dengan terburu-buru ia masuk ke dalam kamar inap anaknya. “Sudah Mami bilang lupakan Bella, kamu harus fokus pada anak dan istrimu yang sekarang. Mulai sekarang Mami melarangmu bertemu dengan Bella.” Tegas Mami Citra dengan mebggebu-gebu karena ia ingin melihat cucunya bahagia.
Calvin hanya mengangguk kecil, ia lalu menatap Bella dengan sendu. “Selamat tinggal.” Gumam Calvin dalam hatinya.
.
To be continued…
ga bertele tele..
q suka thooor..