John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Warna Baru
John tiba-tiba teringat sesuatu, dokumen yang diserahkan oleh orang kepercayaannya. Ia bergegas beranjak dari tempatnya berbaring dan mengambil dokumen di atas nakas, membuka dokumen itu dan membacanya. Sudah berkali-kali ia menelusuri informasi tentang Nadira, mencoba memahami siapa gadis ini sebenarnya. Namun, satu hal yang selalu janggal adalah bagian yang tak pernah bisa ia temukan, yaitu nama ayah Nadira.
“Tidak ada nama ayah. Benarkah dia...?” gumam John, berusaha menyingkirkan berbagai dugaan yang berkecamuk di pikirannya.
Ia menghela napas panjang, lalu berusaha menenangkan diri. “Mungkin... mungkin dia memang anak di luar nikah,” pikirnya. Hal itu terasa masuk akal, kenapa nama sang ayah diabaikan dalam dokumen-dokumennya? Mungkinkah Nadira hidup tanpa mengetahui siapa ayahnya?
John menutup dokumen itu dan memijat pelipisnya. “Kalau benar, itu bisa menjelaskan banyak hal… kenapa dia selalu tampak begitu tertutup soal keluarganya, kenapa dia terlihat seperti menyimpan kesedihan yang mendalam," gumamnya.
Namun, sejenak kemudian, perasaan bersalah menyusup di hatinya. “Apa ini alasan aku tak tega bersikap keras padanya? Karena aku merasa kasihan, karena aku ingin melindunginya?”
Ia kembali membuka dokumen ditangannya dan memandang ke arah foto Nadira yang ada di dalam dokumen, sebuah potret sederhana di mana gadis itu tampak tersenyum polos. “Nadira… kalau pun benar kau hidup tanpa sosok seorang ayah, aku tak akan memandangmu berbeda. Tapi… aku hanya ingin tahu, siapa yang begitu tega membiarkanmu sendirian?”
Rasa iba bercampur keinginan untuk melindungi gadis itu semakin menguat dalam hatinya, namun di sisi lain, ia juga diliputi keraguan. “Jika semua ini benar, apa aku siap terikat dengan seseorang yang menyimpan banyak rahasia, masa lalu yang tak pernah ia ungkapkan?”
***
Pagi menjelang, dan Nadira terbangun di jam yang sama seperti biasanya, meskipun tanpa alarm. Suasana di sekitar terasa tenang. Nadira terdiam sejenak, mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa hari baru telah dimulai. Namun, tiba-tiba sebuah ingatan muncul di benaknya, membuatnya terkejut sejenak.
"Apa Om John menggendongku semalam? gumamnya dalam hati.
Mengingat kejadian semalam, Nadira merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ia ingat betul bagaimana semalam ia terjaga hingga larut malam mengerjakan tugas di ruang tamu, berharap John akan segera pulang dan menemui dirinya. Namun, ia tidak ingat kapan tepatnya ia tertidur. Yang ia ingat, begitu terlelap, ia merasa ada yang mengangkat tubuhnya dan sekarang ia terbangun di kamarnya.
Seulas senyum malu muncul di wajah Nadira, dan wajahnya yang semula cerah kini bersemu merah. ia merasa yakin, John menggendongnya ke kamar. Binar mata Nadira berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Ada kebahagiaan yang sulit disembunyikan, meskipun ia berusaha keras untuk tampak tenang.
"Apakah Om John benar-benar peduli padaku?" pikirnya lagi, matanya kembali menerawang.
Dia tahu, mungkin John tidak akan pernah mengakui itu secara langsung. Tapi setiap tindakan kecil pria itu, seperti saat menggendongnya ke kamar, membuat hatinya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar hubungan biasa antara mereka. Kejutan-kejutan kecil seperti ini adalah hal yang tak pernah ia harapkan, namun justru membuatnya merasa istimewa.
***
Hari demi hari terus berganti. Sejak malam Nadira mabuk, Nadira tak lagi bersikap kikuk seperti sebelumnya. Pagi-pagi, ia sudah sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sesekali John melewati dapur dalam perjalanan ke ruang kerja, dan Nadira langsung tersenyum riang, menyapanya dengan nada yang ceria, "Om mau kopi atau teh pagi ini?"
John, yang biasanya dingin, hanya mengangguk singkat sambil menggumamkan pilihannya. Namun, Nadira tampak tak peduli dengan jawaban singkatnya. Setiap pagi ia mulai menyiapkan kopi kesukaan John dan bahkan menambahkan sedikit gula sesuai permintaan yang pernah ia dengar sekali saja dari John.
Di lain waktu, saat John duduk di ruang tamu sambil membaca laporan, Nadira dengan percaya diri mendekat dan duduk di sofa sebelahnya, tanpa berkata apa-apa. Kadang-kadang ia akan mulai bercerita tentang hal-hal sepele yang ia alami hari itu, tentang pengalamannya di kafe, atau di kampus. Walaupun John hanya mendengarkan sambil sesekali memberi anggukan singkat, Nadira tetap bercerita, tampak nyaman berada di dekatnya.
Tak jarang Nadira menunjukkan perhatian kecil padanya. Suatu sore, saat John pulang dengan wajah letih, Nadira langsung menghampiri John yang duduk di sofa. "Om terlihat capek sekali. Biar aku pijat agar bisa sedikit rileks," katanya lembut.
Meskipun John awalnya hendak menolak, tapi pijatan Nadira yang terasa nyaman membuatnya menyerah. Ia hanya diam, membiarkan Nadira memijat bahunya, merasakan pegal di bahunya berkurang. "Gadis ini pintar juga memijat," batin John tanpa sadar memuji Nadira.
Meski John tetap mempertahankan jarak dengan sikap datarnya, namun sikap hangat, keterbukaan dan perhatian Nadira membuat hatinya terasa hangat, meski ia enggan mengakuinya.
John tetap menjaga dinding tak kasatmata di antara mereka, seolah berusaha mencegah dirinya dari perasaan yang lebih dalam. Meski begitu, kehadiran Nadira setiap hari tak bisa ia tolak, gadis itu, dengan caranya yang polos dan penuh semangat, membawa warna baru ke dalam kehidupannya yang dulu terasa sepi.
John berdiri di depan jendela, menatap ke arah luar dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tangannya menyelip di saku, namun pandangannya kosong. Pikirannya penuh oleh sosok Nadira yang semakin hari semakin lekat di sisinya. Gadis itu, yang dulunya tampak pemalu, kini menjadi lebih ceria, terbuka, dan penuh perhatian.
“Apa yang dia lakukan padaku?” gumamnya lirih, hampir tak terdengar. Ia menghela napas pelan, tersenyum tipis, menggelengkan kepala, seolah menertawakan dirinya sendiri. “Aku sudah bertekad untuk menjaga jarak... Lalu kenapa setiap kali dia tersenyum, hatiku justru ingin lebih dekat?”
John menarik napas panjang, tetapi hanya perasaan frustrasi yang ia rasakan. Dilema itu mengguncang hatinya, sisi yang rasional terus berkata bahwa ia harus menjauh, harus menjaga jarak, namun bagian lain dari dirinya merasa terperangkap dalam kehangatan yang Nadira bawa. Bayangan akan kehilangan gadis itu, meski hanya sesaat, membuatnya tak tenang.
“Aku harus... lebih kuat dari ini,” pikirnya. “Aku tidak boleh terlalu jauh terlibat... Tapi, kenapa rasanya begitu sulit?”
Sekilas ingatannya kembali ke pagi tadi, saat Nadira dengan santai menyiapkan sarapan sambil mengobrol riang, atau ketika ia menawarkan memijat bahunya dengan senyum tulus yang membuat John merasa nyaman. Momen-momen sederhana seperti itu membuatnya tak rela jika gadis itu pergi.
John menghela napas berat dan menundukkan kepala, mengusap wajahnya yang terlihat letih. “Apa yang sebenarnya aku inginkan? Jauh darinya... atau lebih dekat?”
Namun, ia tahu jawabannya. Di dalam hatinya, John tak ingin kehilangan kehangatan itu, kehangatan yang perlahan menghapus kesepian yang selama ini ia simpan rapat-rapat.
"Apa yang akan terjadi pada kami nanti dengan hubungan seperti ini?" gumamnya lirih dengan perasaan tak menentu.
...🍁💦🍁...
To be continued
beno Sandra dan sasa merasa ketar-ketir takut nadira mengambil haknya dan beno Sandra dan sasa jatuh jatuh miskin....
mampus org suruhan beno dihajar sampai babak belur sampai patah tulang masuk rmh sakit....
Akhirnya menyerah org suruhan beno resikonya sangat besar mematai2 nadira dan dihajar abis2an sm anak buahnya pm john....
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂