Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyamuk
Hari kian berlalu dan Lily memutuskan untuk memindahkan salah satu cabang perusahaan William, di negeri yang terkenal akan Kpop dan drakor nya itu. Dengan tetap menempatkan perusahaan pusat di kota Italia, tepat nya di kota Verona.
Namun, seperti meraih dayung dua tiga pulau terlampaui. Lily berhasil mengubah status perusahaan cabang tersebut, menjadi perusahaan pusat yang kedua. Dimana keduanya sama-sama memiliki power dan eksistensi yang tidak ada beda nya, dengan perusahaan pusat pertama.
Bahkan perusahaan pusat yang kedua tidak ada nama William disana, Lily mengubah nama kepemilikan menjadi namanya sendiri. Ini juga untuk mengelabui para pesaing yang mungkin, akan melakukan hal sama seperti Baron.
Ketukan pintu kaca terdengar, Mr Lee masuk untuk menemui Nyonya besar itu di ruangan nya.
"Nyonya, ada telepon untuk anda". Mr Lee menyerahkan ponselnya kepada Lily.
"Siapa?" tanya nya.
"Tuan Muda Glenn" ucap nya pelan.
"Hallo". sapa Lily.
"Kenapa ini semua bisa terjadi? Kenapa kau tidak mengatakan nya pada ku mom?" tanya Glenn di sebrang telepon sana.
"Ini semua kecelakaan Glenn".
"Kau yakin?Tidak ada yang kau tutupi?"
Lily menghela napas panjang, ia memijat kening nya perlahan. Mr lee yang melihat itu undur diri, dan membiarkan Lily menyampaikan keluh kesah nya kepada Glenn.
Benar saja tak lama setelah Mr Lee keluar dari ruangan nya, Lily memarahi anak nya itu yang sulit untuk dihubungi pada saat peristiwa tersebut Namun Lily juga tidak ingin memberitahu hal yang sebenarnya terjadi. Meski Glenn bisa dengan mudah menyelidiki siapa pelaku, yang Glenn tahu jika Ayah nya telah meninggal karena kecelakaan.
Lily meminta kepada Glenn, untuk tidak lagi membahas mengenai kematian Ayah nya. Dan Lily juga berpesan kepada Glenn, untuk menjalankan perusahaan yang sempat merosot dengan baik. Karena cepat atau lambat, Glenn yang akan menjadi pewaris dari perusahaan yang didirikan sang Ayah.
*******
Setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di rumah sakit Jeniffer diperbolehkan untuk pulang. Bersamaan dengan Demian. Kini mereka sudah kembali ke rumah nya, bisa makan satu meja bersama.
Jeniffer membuatkan menu makanan kesukaan sang Ayah, yaitu macaroni panggang dengan taburan keju di atasnya. Demian pun begitu lahap memakan makanan buatan putrinya, nampak raut kebahagian yang terlukis di wajah nya.
"Semoga setelah ini, tidak ada lagi sesuatu yang dapat mengusik kebahagiaan kita" ucap Jessica yang juga kebagian menikmati macaroni panggang itu.
Jeniffer memaksakan senyum itu terbit di bibir nya,entah ia harus bahagia atau biasa saja. Setelah gudang kosong tersebut di ledakkan, dan Marvel yang masih berada disana, selamat atau tidak nya pria itu Jeniffer juga tidak tahu, ah! Kenapa ia harus ambil pusing, biarkan saja. Toh! Marvel sendiri sudah mengetahui siapa pelaku yang membunuh Ayah nya itu. Jika ia ingin membalaskan dendam nya kenapa tidak kepada Glenn.
Jeniffer juga menceritakan kejadian pada saat di rumah pohon itu kepada Glenn. Namun ia tidak menyinggung masalah hutang yang Marvel bilang, harus tetap di bayar. Jeniffer tidak mau Glenn berasumsi yang tidak-tidak kepada dirinya. Jen juga tidak ingin jika ia memanfaatkan Glenn karena pria itu menyukai nya.
Jen mungkin bisa tenang untuk saat ini karena Marvel mungkin sudah mati atau paling tidak ia koma. Jadi dengan begitu ia bisa terbebas dari tagihan hutang Demian.
Tapi bagaimana dengan keluarga nya yang lain? Apakah mereka mengetahui nya? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama ? Itu yang sampai saat ini terbayang-bayang di kepala Jeniffer.
Hari ini Jeniffer mendapat jadwal dinas pagi, jadi selepas sarapan bersama Ayah dan adik nya, ia akan segera berangkat ke tempat kerja.
Jen juga mendapatkan satu sepeda motor baru dari Glenn, tadinya pria itu ingin membelikan nya mobil, namun Jen menolak. Ia juga sebenarnya tidak mau mendapat barang dari laki-laki yang belum resmi, menjadi kekasih nya. Karena suatu saat putus bisa saja pemberian nya harus di kembalikan.
Bahkan Glenn juga memberikan nya ponsel baru, setelah mem-backup semua data-data dari ponsel lama Jen yang tak sengaja di injak Jhon, digudang gelap waktu itu. Jika yang satu ini jelas Jen tidak bisa menolak karena di dalam ponsel tersebut tersimpan banyak data-data penting mengenai pekerjaan nya.
"Aku berangkat ya Yah" Jeniffer bangkit menghampiri sang Ayah lalu mengecup pipi pria itu.
"Hati-hati Sayang".
"Pasti Yah"
"Cie, motor baru nih" goda Jessica.
"Apa sih kamu".
Demian hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat kedua anak gadis nga.
Jeniffer pun menghampiri motor yang telah terparkir di halaman rumah nya. Setelah memakai pelindung kepala dan mesin di nyalakan ia segera berangkat meninggalkan rumah.
Seiring berjalan nya waktu proses pembangunan pabrik milik Glenn yang bekerjasama dengan Michael mulai berjalan. Kedua pemilik lahan tersebut juga tidak perlu susah payah untuk membeli rumah yang, menghalangi jalan masuk kesana. Dinding penghalang yang ditandai dengan pintu kayu besar waktu itu, telah di hancurkan karena ternyata itu adalah akses menuju jalan besar.
"Jeniffer" seru seorang perempuan dari kejauhan, sambil melambaikan tangan. Kemudian berlari dan memeluk Jen yang baru saja sampai di area parkir.
"Aku rindu sekali padamu, syukurlah kau baik-baik saja". pelukan itu semakin erat hingga membuat Jen sesak nafas.
"Faye, aku tidak bisa bernafas".
"Oh, maafkan aku".
Kedua mata Faye melotot dan mulut menganga, saat melihat motor baru milik Jen. "Wah, ini motor baru mu keren sekali?" bahkan Faye pun mengusap body motor yang harga nya di taksir sekitar 1 juta Euro itu.
Namun Jen hanya biasa saja saat melihat teman nya yang terpesona akan motor mewah tersebut.
"Siapa yang memberi mu ini Jen?" Faye bertanya dengan ekspresi wajah penuh arti.
"Teman ku" jawab Jen singkat.
Faye mendekatkan tubuhnya ke Jen, lalu berbisik. "Teman atau teman?" Faye menaikturunkan kedua alisnya.
"Ah sudahlah lebih baik kita masuk" Jen menarik lengan nya tersebut untuk sampai ke dalam.
Saat akan masuk ke ruangan khusus perawat, nampak dari kejauhan seorang Pria memakai baju kemeja hitam dan sneli putih melambaikan tangan dan mempercepat langkah nya ke arah Jen.
"Selamat Pagi Dokter Benny" Jen menyapa lebih dulu, lalu di susul Faye.
"Selamat Pagi, kau sudah baik-baik saja"
"Tentu Saja"
"Bagiamana luka nya? Apakah terasa gatal?!"
"Tidak Dok, sudah kembali normal"
Tanpa izin dan permisi Benny meraih tangan Jen, lalu melihat luka yang pernah ia jahit saat di rumah sakit lain. Tentu saja pemandangan tersebut membuat Faye mengerutkan lidah nya, seorang Dokter senior bersikap seperti itu, kepada seorang suster.
Jen segera melepas tangan nya dengan perlahan, kemudian undur diri dan segera masuk ke ruang perawat.
"Seperti nya Dokter Benny, suka padamu" celetuk Faye yang sambil merapikan rambutnya, untuk di cepol.
"Kau ini masa begitu saja sudah bisa dipastikan dia suka padaku. Asal kau tahu dia yang menangani ku saat di rumah sakit lain. Jahitan ini adalah hasil pekerjaan nya". Terang Jen sambil menunjukkan bekas luka jahitannya.
"Kau tahu? Selama aku bekerja dirumah sakit ini aku baru melihat pemandangan seperti tadi, Ya! Dokter Benny tidak pernah seperhatian itu pada suster disini. Dia terkesan dingin dan cuek". Ungkap Faye yang telah selesai berdandan.
"Sudah lah tidak usah dipikirkan, lebih baik kita mulai bekerja". Jen merangkul bahu teman nya lalu mengajak nya keluar dari ruangan tersebut.
Daniel masuk ke ruangan Glenn, untuk menyerahkan laporan yang diminta. Namun fokus Daniel teralihkan pada sebuah halaman yang baru saja dibuka Glenn di laptop nya. Boss nya itu tengah membaca sebuah artikel, bagaimana cara menjinakkan hati wanita. Terutama wanita seperti Jen, yang tak suka diberi uang maupun barang.
Glenn yang sadar Daniel tahu apa yang ia lihat dari laptop nya segera ia alihkan ke halaman lain. Namun ketika mengubah ke halaman lain, terlihat foto-foto Jeniffer yang ia dapatkan dari akun media sosial nya.
Glenn seketika gugup dan panik ia menekan tanda x pada pojok kanan atas, namun sial nya lagi Glenn lupa bahwa ia telah menjadikan foto wanita itu sebagai wallpaper di laptop nya. Karena kesal ia pun menutup nya dengan kasar.
"Kau ingin menertawai ku?" kata Glenn yang tetap menjaga image nya sebagai seorang mafia.
"Tidak Tuan" kata Daniel yang mencoba menahan tawa nya.
Yang membuat Daniel ingin tertawa bukan lah foto Jeniffer yang ia simpan atau dijadikan wallpaper. melainkan mengenai artikel yang tengah dibaca Glenn. Seorang Glenn yang terkenal dengan rayuan maut nya, masih butuh untuk membaca sebuah artikel mengenai cara menaklukkan wanita. Ini sungguh di luar nalar.
Glenn menghela napas nya, melonggarkan dasi nya lalu membuka satu kancing kerah kemeja. Ia duduk di sofa lalu membakar satu batang cerutu.
"Kau tahu, selama aku bermain wanita baru dia wanita yang berkepala batu" ujar Glenn sambil menghisap cerutu kemudian membuang asap nya ke udara.
Daniel hanya membalas dengan senyuman, pasalnya ia juga memiliki karakter mirip seperti Glenn. Yaitu mudah mendapatkan wanita karena materi yang dimiliki. Setelah merasa bosan lalu ia tinggalkan.
Suara pintu di ketuk, Daniel berjalan untuk melihat siapa orang di luar sana. Seorang wanita cantik terlihat dari balik pintu, dengan menyerahkan sebuah map berwarna kuning.
"Daniel, suruh Sonia masuk". Titah Glenn yang sedari tadi memperhatikan perempuan itu
Daniel mengangguk lalu memberi jalan untuk Sonia menemui Glenn.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Sonia dengan sedikit menundukkan kepala nya. ada rasa kaget saat Daniel berkata Glenn menyuruh nya masuk. Karena selama ini Glenn begitu jarang berinteraksi dengan pegawai, dia hanya akan menyuruh Daniel untuk mewakilinya.
"Duduklah" titah Glenn. Sonia pun menurutinya.
"Sonia, kau ini kan perempuan. Apa yang membuat kau tertarik dari seorang laki-laki?"
Pertanyaan yang di ajukan Glenn membuat Sonia mengerutkan dahi nya, ini sungguh di luar konteks pekerjaan.
"Tergantung Tuan"
"Maksud mu?" kini gantian Glenn yang mengerutkan dahi nya.
"Tergantung dari masing-masing individu"
"Aku tahu kalau soal itu, langsung saja pada inti nya".
Sonia menghela napas panjang. "Wanita menyukai Pria baik, penyayang dan tidak melakukan kekerasan fisik". Jelas Sonia sambil menghitung dengan jari nya.
Daniel memalingkan wajah ke arah lain, saat mendengar kata terakhir yang Sonia sebutkan.
"Selain itu?"
"Wanita juga senang diperhatikan, dari mulai hal-hal kecil. seperti bertukar kabar, atau mungkin bertukar cerita". Glenn mengangguk paham.
"Lanjutkan"
"Wanita suka dengan Pria yang peka terhadap apa yang di ia inginkan"
"Misalnya jika wanita berkata, aku ingin sekali makan kue cokelat. Maka kau harus paham jika itu adalah kode untuk dibelikan".
"Kenapa murah sekali permintaan nya"
"Itu hanya contoh Tuan"
"Itu yang di sukai wanita lalu apa saja yang tidak wanita sukai dari seorang Pria?"
"Wanita tidak menyukai seorang Pria yang tidak bisa setia, alias senang memainkan perasaan nya dengan berganti-ganti pasangan. Karena mungkin saat kau melakukan itu di awal ia hanya bisa menangis, dan meminta mu agar berubah. Tapi jika terus-terusan diperlakukan tidak baik, maka wanita tidak akan menunjukkan sisi jahat nya".
Glenn menelan saliva nya, seperti nya ia harus merubah sifat nya yang senang bermain wanita. Tapi mungkin butuh waktu untuk mengubah kebiasaan itu. Ia juga perlu memantapkan hati nya kepada Jen dan begitupun sebaliknya.
"Ada yang ingin ditanyakan lagi Tuan?" suara Sonia membuyarkan lamunan Glenn.
"Oh tidak cukup itu saja, terimakasih atas masukan nya".
"Baiklah kalau begitu saya permisi Tuan". Sonia berdiri lalu lekas keluar dari ruangan.
Lagi-lagi Daniel ketangkap basah oleh Glenn, yang sedang menahan tawa.
"Kalau kau ingin tertawa, tertawa saja! Tidak perlu di tahan". Ujar Glenn dengan sedikit malu-malu mengatakannya.
Sedangkan di tempat lain Jhon yang ditugaskan Glenn untuk memantau kegiatan pembangunan pabrik itu, sedang menggerutu kesal karena leher dan tangan nya bentol-bentol akibat gigitan nyamuk.
Berkali-kali ia menepuk pipi nya hingga memerah, karena nyamuk itu terus mengerubungi wajah nya. Tak tahan dengan rasa gatal itu, Jhon pun mencoba untuk mencari salep untuk menghilangkan rasa gatal yang berujung perih itu.
"Sial! Tidak ada obat nyamuk disini". Jhon menggerutu kesal lalu menyimpan kotak obat tersebut dengan kasar. Sebagai bos yang baik selain mengutamakan keselamatan, Glenn juga memerhatikan keadaan fisik para pekerja nya. Jadi jika ada salah satu dari mereka yang tiba-tiba meriang atau sakit kepala, obat-obatan telah siap. Mengingat apotik disini cukup jauh dan itu akan membuang-buang waktu mereka.
"Sebaiknya kalian istirahat saja dulu, aku mau ke depan sebentar" ucap Jhon yang berbicara melalui pengeras suara.
"Baik Tuan". Semuanya menjawab dengan kompak.
Jhon lekas meninggalkan lokasi, sambil menggaruk kulit nya yang gatal. Namun saat hendak masuk ke mobil yang baru ingat satu hal.
"Oh iya, proyek ini kan dekat dengan rumah Jessica. Kenapa aku tidak meminta obat nyamuk pada nya saja, siapa tahu dia punya" Jhon tidak jadi menghidupkan mesin mobil nya dan kembali keluar untuk menyambangi kediaman Jessica.
"Hai Jes" Sapa Jhon saat melihat Jessica sedang membersihkan halaman rumah nya.
"Hai Jhon, ya ampun wajah mu kenapa?" Jessica menunda aktivitas nya lalu berjalan mendekat ke arah pria itu.
"Apa kau punya lotion nyamuk? Semua tubuh ku habis digigiti oleh serangga bajingan itu".
"Masuklah biar ku obati".
Jhon pun membuntuti Jessica yang masuk ke dalam rumah nya.
"Duduklah dulu, aku ingin cuci tangan".
Jhon mengangguk ia duduk di sofa dan kembali menggaruk-garuk kulitnya yang gatal. Tak lama Jen datang dengan membawa peralatan serta rempah-rempah di tangan nya.
"Hei, kau bilang ingin mengobati ku?"
"Iya, lalu?"
"Lalu mana lotion nyamuk nya?"
"Kau itu sudah menjadi korban gigitan nyamuk, lotion nyamuk dipakai sebelum dia menggigit mu".
Jhon diam sesaat untuk mencerna ucapan Jessica, ada benarnya juga. Namun yang menjadi tanda tanya untuk apa dia membawa parutan kecil, kunyit dan sebotol minyak. Tak ketinggalan juga sendok, pemantik api serta kapas.
"Lalu ini semua untuk apa"
Jessica mendengkus kesal karena Jhon yang begitu cerewet. "Kau ini banyak sekali bertanya".
Saat sedang asyik memarut kunyit tak sengaja jari tulunjuk nya terparut. "Aww" Jessica segera melepaskan tangan nya dari benda tersebut. Jhon dengan segera meraih tangan Jessica lalu menyesap darah yang keluar dari jari itu.
Melihat tindakan Jhon membuat hati seorang Jessica terenyuh, baru kali ini ada seorang Pria setelah Ayah nya yang bersikap begitu.
"Padahal kau tidak harus melakukan ini".
Jhon melepas tangan Jessica setelah melihat noda merah itu tak lagi keluar.
"Asin, aku suka".
"Apa?" Jessica melotot dibuat nya.
"Pantas saja nyamuk menyukai darah manusia, ternyata enak".
Jessica bergidik ngeri mendengar ucapan Jhon, dan kembali memarut nya dengan hati-hati.
"Maksud ku bukan darah segar seperti itu, tapi darah yang keluar pada saat malam pertama". Jhon menyipitkan sebelah mata nya dan itu membuat Jessica menjewer telinga Jhon.
"Kau ini mesum sekali"
Jhon meringis kesakitan lalu mengusap-usap telinga nya yang terasa pedas dan memerah.
"Kau ini galak sekali sih".
Selesai memarut kunyit nya kini tinggal dicampur dengan minyak yang terbuat dari kelapa, lalu dihangatkan sebentar.
"Angkat dagu mu" titah Jessica. Kemudian dengan telaten ia mengoleskan ramuan yang telah ia buat tersebut menggunakan kapas. Saking nyaman nya Jhon sampai dibuat terpejam untuk menikmati kehangatan dari obat tersebut.
"Sudah"
"Masih ada".
Jhon kemudian melepas jaket yang dipakai nya, ia tunjukkan jika dibagian lengan nya juga telah bentol-bentol. Jessica kembali melumuri kulit Jhon dengan ramuan buatan nya.
Namun gerakan tangan Jessica terhenti saat kedua mata nya tak sengaja melihat sebuah tatto dengan inisial JL, pada bagian lengah bawah nya. Siapakah itu?