Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Bagaimana menurut mu? " Athar bertanya di sela mereka berdansa.
"Apa? "
"Malam ini. "
Dea tersenyum. "Aku sangat menyukai nya, terimakasih sudah menyiapkan ini semua."
Melihat binar bahagia di kedua mata indah itu membuat hati athar menghangat.
"Apa kau tahu maulana jalaludin rumi? " Athar bertanya sebab tahu Dea suka membaca.
Dea lantas mengangguk. "Aku suka membaca syair- syair nya. "
Athar menarik sudut bibir. "Kau tahu, di antara semua syair-syair nya ada salah satu yang paling ku suka. "
"Apa itu? " Dea mendongak menatap kedua mata pria itu.
Keduanya terikat dalam kontak mata yang begitu dalam.
"Aku selamat melintasi semua lautan tapi aku justru tenggelam dalam kedua mata mu. "
Athar mengatakan demikian dengan menatap lekat kedua bola mata Dea yang sejernih telaga bening.
Sontak Dea menunduk dengan kedua pipi yang memanas sekaligus. "Aku tak tahu kamu bisa gombal seperti itu. "
Athar mendengus geli, di angkat nya dagu Dea dengan jemarinya, nafas mereka mulai tak beraturan Dea bisa mendengar sendiri bagaimana riuhnya detak jantung nya saat ini.
Athar semakin mendekat kan wajahnya hingga kini rasanya Dea bisa merasakan hawa panas dari nafas athar yang menerpa wajahnya.
"Dea bolehkan aku? " lirih athar menatap semakin dalam.
Sontak gadis itu menutup mata, bibir keduanya sudah hampir bertemu hingga tiba-tiba suara dering dari ponsel athar mengganggu suasana romantis itu.
Athar berdecak. dalam hati dia merutuk orang yang menelpon nya saat ini hingga akhirnya menganggu momen yang paling penting baginya.
"Angkat lah, mungkin penting, " ucap Dea.
"Baiklah, kau tunggu disini dulu. "
Dea mengangguk, athar pergi untuk mengangkat telepon.
Berhenti tak jauh dari tempat Dea berada athar menerima telepon yang ternyata berasal dari nomor yang tak di kenal.
"Halo athar! athar, athar ini aku! "
Suara panik penuh ketakutan itu sontak membuat athar mendelik kaget, ternyata yang menelpon nya adalah Ranty.
"Ada apa? kau kenapa?" karena terbawa suasana athar juga jadi ikutan panik.
"Huhu, athar tolong aku, ku mohon!" suara Ranty di seberang sana semakin terdengar terisak- isak.
"Tenangkan lah dirimu dulu, lalu ceritakan lah apa yang terjadi. "
"Tidak bisa athar ini darurat, tolong segera lah kesini? "
"Apa? tapi tidak bisa, aku sedang bersama Dea kau tahu itu. "
"Iya aku tahu, tapi ini darurat athar! ini menyangkut nyawa seseorang! "
Athar berdecih, bagaimana ini? dia bimbang di hadapkan dua pilihan yang berat, di satu sisi dia tak mungkin meninggalkan Dea sendiri tapi di sisi lain suara Ranty yang meminta tolong terdengar begitu pilu dan meyakinkan, sepertinya wanita itu memang benar- benar dalam kondisi yang darurat.
"Athar jika kau tidak datang aku tidak tahu lagi hiks, hanya kau yang dapat ku minta pertolongan, hiks, hiks. "
Suara tangisan ranty begitu menekannya, sisi kemanusiaan nya timbul seketika dia tidak mungkin mengabaikan seseorang yang meminta pertolongannya.
"Baiklah aku akan kesana setelah berpamitan dengan dea. "
Sementara ranty di tempat lain seketika panik mendengar athar yang bilang akan berpamitan dengan dea dulu, jika begitu rencananya akan gagal dea pasti tidak mengizinkan pria itu pergi.
"Tidak athar! tidak ada waktu lagi, kau harus kesini secepatnya! "
"Tapi--" athar merasa tercekat dia seperti di tarik dari dua sisi yang berbeda, siapa yang akan dia pilih sekarang?
"Ku mohon athar, hiks, hiks! "
"Baiklah, jangan menangis. Aku akan segera kesana! "
Tut! sambungan segera di putuskan sepihak, athar yang percaya saja segera meluncur pergi ke parkiran, di balut hawa panik dia sampai lupa jika ada wanita yang kini sedang menunggu kehadirannya kembali.
Sementara ranty menutup telepon dengan senyum sumringah. Dia tahu rencananya ini akan berhasil karena dia sangat mengenali sifat athar yang tak bisa mendengar seseorang kesusahan apalagi dalam bahaya, pria berhati malaikat itu pasti akan segera datang untuk nya.
"Dea, dea kali ini kau kalah, karena kau tidak tahu sifat athar luar dalam, hanya aku yang tahu. " monolognya lalu tertawa seperti devil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kembali ke mejanya, Dea menunggu kedatangan athar kembali dengan sabar, wanita itu mengamati sekitar atau menyentuh apa saja di atas meja untuk mengusir bosan sementara ia menunggu athar kembali.
15 menit, 20 menit, hingga setengah jam dia terus mengecek waktu namun yang di tunggu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Kemana athar pergi? kenapa dia selama itu untuk menerima telepon? Dea bertanya-tanya.
Sementara itu athar mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, di dalam otaknya sudah menumpuk banyak praduga- praduga mengerikan tentang mengapa ranty sampai menelponnya untuk meminta pertolongan, apa ranty di culik? atau di rampok? atau musibah yang lebih parah lainnya, memikirkan nya membuat athar menggeleng kan kepala.
Di tengah perjalanan ranty mengirimkan alamat di mana dia berada yang langsung membuat athar semakin menancapkan gas mobilnya.
Lalu tak sadar dirinya kini sudah sampai di sebuah hotel, athar langsung memikirkan mobilnya masuk ke dalam hotel dan menanyakan kepada resepsionis nomor kamar yang ranty berikan sebagai petunjuk.
Setelah di beri tahu, athar langsung berlari untuk segera mengeceknya sendiri, ada dugaan jika ranty sedang mengalami percobaan pemer*"kosan, semoga saja tidak mengingat wanita itu ada di hotel tempat di mana orang- orang sering melakukan "itu".
Klek! begitu membuka pintu kamar yang di tuju, athar di buat terkejut karena semua nampak biasa- biasa saja, tak ada huru- hara atau sebuah musibah yang sedang terjadi.
Semua nampak normal saat athar menyapu seluruh ruangan bahkan ranty sedang rebahan santai di atas kasur.
Wanita itu segera menyadari keberadaannya. "Athar, kau sudah sampai?" riangnya begitu sumringah.
"Apa- apaan ini?! " Athar berteriak sewot, merasa telah ditipu. "Kau sedang dalam keadaan baik- baik saja kenapa menelpon ku dengan begitu panik! "
"Aku sedang dalam musibah athar, kakiku sakit karena terjatuh dalam kamar mandi. " Ranty beralibi.
"Hanya itu?! " Athar berdecak kesal, dia mengusap wajah saking frustasinya. "Kenapa kau sampai sepanik itu hah? pake segala bilang menyangkut nyawa seseorang. "
"Ini memang menyangkut nyawa seseorang, yaitu aku. " Ranty malah tak terima di salahkan seperti ini. "Memangnya kau tidak khwatir pada ku athar? "
"Ck, ranty apa kau tahu? karena kegilaan mu ini, aku meninggalkan Dea seorang diri di sana, apa kau tahu apa yang sedang kau lakukan ini?"
Wajah ranty nampak tak terima dengan apa yang di ucapkan athar, seperti pria itu lebih mengkhawatirkan Dea di banding dirinya, ranty kira athar akan langsung syok ketika melihatnya terbaring lemah di atas kasur ini.
"Ck, susah memang bicara dengan mu! " Athar berbalik, membuang- buang waktu jika hanya untuk berdebat dengan wanita penuh drama itu, padahal dia kesini dengan niat yang bersungguh-sungguh untuk membantu ranty.
Lebih baik dia sekarang pergi untuk menemui Dea kembali. Namun belum sempat Athar meninggalkan ruangan, ranty dengan gesit bangkit dari ranjang berlari ke arah pria itu dan memeluknya dari belakang.
"Kumohon athar jangan pergi! bukan hanya Dea tapi aku juga membutuhkan mu disini, bahkan aku lebih membutuhkan mu daripada dia! "
*
*
*
Bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.