NovelToon NovelToon
Obsessed

Obsessed

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / BTS / CEO / Mengubah Takdir / Bad Boy
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: OrchidCho

Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.

Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.

Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mall

Didalam mobil melaju Hana berpikir tempat apa yang akan disukai pimpinan nya ini.

"Apa yang anda sukai? Mall? Pantai? Atau gunung??" Tanya Hana yang memberikan options.

"Aku tidak terlalu menyukai tempat ramai" jawab Leon yang tanpa melihat Hana masih dengan tatapan datarnya.

"Benarkah??" Singgung Hana yang tahu waktu itu melihatnya di kasino adalah tempat ramai.

"Kalau begitu, pergilah ke Sungai Han, sudah dekat dari sini" pungkas Hana yang tidak ada pilihan.

"Dengar kan? Kita ke Sungai Han" perintah Leon yang matanya melirik Hana dari sudut mata sipitnya.

Mobil pun sudah terparkir di tepian Sungai Han, rambut Leon yang pun ikut tersapu angin terlihat sangat cool.

Leon menyukai tempatnya, sepi dan menenangkan.

Anak buahnya hanya didekat mobil berjaga, sedangkan Leon dengan Hana berjalan santai.

"Bagaimana menurut anda?" Tanya Hana.

"Sudah lama aku tidak kesini, cukup indah" pungkas Leon melihat sungai yang tenang.

"Anda pernah kesini? Dengan siapa?" Tanya Hana.

"Dengan pria yang ku bunuh" lugas Leon yang membuat Hana menautkan alisnya ngeri.

"Apa terdengar serius?" Ucap datar lagi Leon.

"Auuhh.. Anda bercanda" kikuk Hana.

Leon hanya menarik sudut bibirnya sedikit, dan berjalan lebih dulu, saat itu ponselnya bergetar, ia memberi kode pada Hana untuk berhenti ia pun melangkah jauh dari posisi Hana berdiri. Hanya untuk menerima telfon.

Hana pun dengan sabar sambil berdiri menunggu pimpinan nya itu sedang bertelepon dengan serius. Hana hanya sesekali melihat pimpinannya itu, bahkan setelah 15 menit berlalu Hana tetap berdiri hingga kakinya mulai kebas karena sepatu hills nya. Sesekali ia menekuk kebelakang untuk menghilangkan rasa pegalnya.

Mulai bosan Hana pun berjalan-jalan sekitaran sambil terus memantau pimpinan nya itu. Lalu matanya melihat bangku taman yang tak jauh dari posisi nya, rasa kakinya ingin kesana dan duduk.

Tak lama Leon selesai menerima telfon nya, mereka pun duduk di bangku taman, tatapan Leon pun lurus melihat aliran sungai Han yang tenang.

"Apa aku boleh bertanya??" Tanya Hana.

"Silahkan" singkat Leon yang menyilangkan kakinya ke depan.

"Kenapa anda memintaku untuk menemani anda?? Anda bisa meminta ditemani direktur James" tanya Hana.

"Apa aku sudah katakan? Kalau kita akan bertemu lagi" lempar lagi pertanyaan dari Leon.

"Kukira itu hanya gertakan anda" Hana sampai menoleh.

"Lalu.. 500jt dollar itu.. Itu benar??" Lanjut Hana lagi.

"Kalau benar, apa kau ingin memberikanku uang itu?" Balik pertanyaan Leon.

"Apa Ayahku? Berhutang padamu?" Tanya tiba-tiba Hana berhasil membuat Leon menoleh kesamping.

"Apa yang membuatmu berpikir demikian?" Tanya Leon dengan suara rendah serta seraknya.

"Diantara orang yang mencari ku adalah aku dipaksa bayar hutang yang tidak pernah ku pinjam uangnya" terang Hana, ternyata sebelum pergi waktu itu ayahnya telah meminjam uang dari beberapa lintah darat yang bunga nya setiap tahun nya membesar.

"Hidupmu tidak semulus itu ternyata" pungkas Leon.

"Bahkan urusan dengan kantor polisi pun sudah pernah, karena aku tidak mau membayar utang yang sama sekali tidak ku pinjam" tutur Hana yang melihat ke arah Sungai Han.

"Kau juga keras kepala" jawab Leon.

"Tidak, itu.. Adalah harga diri" tentang Hana.

Leon hanya mendengus mendengar nya, perlahan langit mulai sedikit gelap.

"Kita pergi dari sini" bangkit Leon yang langsung mengajak pergi dan jalan lebih dulu.

"Sekarang??" Tanya Hana yang ikut bangun dan mengikuti.

"Tapi.. Mau kemana??" Tanya lagi Hana yang mengikuti masuk dalam mobil.

"Ke Mall" singkat Leon yang memasang seatbelt nya.

"Apa?? Tadi bukannya anda tidak suka??" Kaget Hana.

Anak buahnya yang mendengar pria duduk disamping pengemudi, langsung melakukan satu panggilan.

"Ya.. Sekarang" singkat nya lalu mematikan sambungannya.

Hana yang hanya diam pun nurut mengikuti mobil melaju membawa nya.

"Tapi.. Barang apa yang anda ingin beli??" Tanya Hana untuk memecah keheningan.

"Yang pasti aku tidak menyuruhmu membayar nya dengan gajimu" singkat Leon yang berhasil membuat Hana menutup mulutnya rapat.

Setelah sampai di sebuah Mall terbesar, saat ini waktu menunjukkan pukul jam setengah 9 malam. Lalu seorang pria keamanan membuka pintu untuk Leon yang turun, diikuti Hana dibelakangnya.

Namun yang membuatnya Hana terheran-heran adalah Mall jam segini sangat sepi. Hana pun mengikuti langkah Leon yang masuk dalam Mall.

Suasana sepi dengan barang-barang Mall masih terpajang rapih, namun tidak ada orang didalamnya.

Hana celingak-celinguk melihat sekeliling memang benar-benar sepi bahkan saking terpana nya Hana hampir ketinggalan langkah Leon pergi lebih dulu.

Meski naik eskalator pun Leon tetap jalan cepat, membuat Hana juga harus mengikuti nya.

"Apa aku benar?? Anda menyewa satu Mall hanya untuk berbelanja sendiri??" Tanya Hana memastikan. Namun Leon hanya diam melainkan terus berjalan ke sebuah toko bermerek Valentino.

Benar-benar yang ada toko itu tidak ada yang menjaga nya, bahkan dengan santai Leon mulai memilih barang diantara rak.

Dengan santai Leon juga mengambil baju, yang warnanya hanya dua hitam atau putih. Kaca mata bahkan masuk list nya. Setelah dari sana, Hana hanya mengikuti nya ke sebuah toko sepatu masih satu merek dengan Valentino.

Leon mengambil sepatu wanita yang tidak ada hills nya sama sekali, lalu melemparnya ke arah Hana, untungnya ia sigap langsung dapat ditangan nya.

"Cobalah" perintah Leon yang memilih sepatu menurutnya seleranya.

"Tidak perlu" tolak Hana.

"Jangan khawatir aku tidak menyuruhmu membeli dengan uang mu" pungkas Leon.

"Bukan begitu, aku sudah punya satu dirumah" terang Hana yang tersenyum lalu menaruh kembali sepatu tersebut di pajangan.

"Pakai ini" perintah lagi Leon yang memberikan sepatu lagi pada Hana.

Hana menurut pun ia duduk disofa lalu melepaskan sepatu hills nya terlihat kaki belakangnya lecet.

Sekilas Leon melihat luka tersebut, namun ia alihkan pandangan nya sambil melihat-lihat lagi.

"Lain kali jika dikantor, pakai sepatu yang seperti ini" lagi perintah Leon.

"Bagaimana mungkin, itu kantor" tutur Hana yang melihat sepatu di kaca.

"Ini seperti nya bagus, duduk" Leon menggeret Hana untuk duduk. Bahkan Leon berjongkok didepan Hana dan memasangkan sepatu pilihan lain.

"Aku bisa sendiri" tolak Hana namun tak digubris oleh Leon yang telah selesai memasangkan kedua sepatu yang dia pilih.

"Lain kali pakai ini kekantor" singkat Leon kemudian keluar dari toko tersebut. Diikuti Hana yang terburu-buru membawa sepatu nya itu, dia jadi memakai sepatu tanpa hills.

"Untuk ini.. Terimakasih" ucap Hana.

Tanpa ada jawaban Hana hanya mengikuti ke lantai atas Mall, Leon seperti sudah rumah sendiri ia menuju kulkas ice cream dan mengambilnya.

"Nih" sodor Leon yang pergi berjalan mendahului Hana.

Hana hanya menerima ice cream tersebut membuatnya terheran-heran.

"Dia melakukannya seperti dirumah sendiri" tutur Hana pelan yang sambil mengikuti langkah Leon.

Bahkan Hana juga menemani Leon yang bermain Timezone, ia melihatnya seperti anak kecil yang main barang kesukaannya.

Yang membuat nya terpana adalah ketika Leon memainkan game tembak, dia selalu tepat sasaran, dan bermain basket kesukaannya. Tak lama Leon sudah kelelahan ia pun pergi dari sana.

"Aku lelah, sekarang pulanglah" ucap Leon.

"Secara mendadak??" Tanya Hana.

"Kenapa? Tak mau?? Ingin ikut?? Aku akan mandi di pemandian air panas" goda Leon dengan suara rendahnya.

"Tidak, bukan begitu" geleng Hana.

Leon jalan lebih dulu sembari menunjukkan smirk nya meski sesaat dan tidak ada yang lihat itu.

Pada akhirnya Leon yang mengantarkan Hana pulang, sesampainya Leon melihat pria berwajah manis dengan tubuh kekar yaitu Jey yang menatap sinis ke arah Leon. Dia sudah menunggu Hana pulang tapi ternyata pemandangan tidak mengenakkan.

Leon juga malah balik menatap Jey, tidak ada ketakutan. Namun disana Jey sudah menggertakkan giginya.

"Terimakasih untuk hari ini, Pak Leon" pamit Hana.

"Iyaa.." Jawab Leon tersenyum tipis ke arah Hana

Blushhh

Senyuman tipis itu akhirnya terlihat, membuat Hana yang didepannya juga tak percaya melihat senyuman itu, membuat nya terpana.

1
Atthaya Raisya AqiLah
mampir thor,, ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!