Hidupku mendadak jungkir balik, beasiswaku dicabut, aku diusir dari asrama, cuma karena rumor konyol di internet. Ada yang nge-post foto yang katanya "pengkhianatan negara"—dan tebak apa? Aku kebetulan aja ada di foto itu! Padahal sumpah, itu bukan aku yang posting! Hasilnya? Hidupku hancur lebur kayak mi instan yang nggak direbus. Udah susah makan, sekarang aku harus mikirin biaya kuliah, tempat tinggal, dan oh, btw, aku nggak punya keluarga buat dijadiin tempat curhat atau numpang tidur.
Ini titik terendah hidupku—yah, sampai akhirnya aku ketemu pria tampan aneh yang... ngaku sebagai kucing peliharaanku? Loh, kok bisa? Tapi tunggu, dia datang tepat waktu, bikin hidupku yang kayak benang kusut jadi... sedikit lebih terang (meski tetap kusut, ya).
Harapan mulai muncul lagi. Tapi masalah baru: kenapa aku malah jadi naksir sama stalker tampan yang ngaku-ngaku kucing ini?! Serius deh, ditambah lagi mendadak sering muncul hantu yang bikin kepala makin muter-muter kayak kipas angin rusak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Souma Kazuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20: Dendam di Balik Asap Hitam
Carlos berdiri di tengah kegelapan yang pekat, tubuhnya perlahan berubah menjadi wujud seekor kucing hitam yang lincah, bulunya berkilat di bawah cahaya bulan samar. Matanya berkilauan, penuh kemarahan dan dendam yang membara saat ia menatap Arham, yang kini berdiri dengan senyum tipis penuh kebencian.
Carlos melompat dengan kecepatan yang mematikan, cakarnya terarah tepat ke arah dada Arham. Namun, sebelum cakarnya sempat menyentuh kulit Arham, asap hitam yang melingkari tubuh Arham menyergap Carlos dengan cepat, mendorongnya mundur. Carlos mendesis, bulu kucingnya berdiri, tapi dia tak menyerah. Serangannya yang berikutnya lebih kuat, lebih cepat, dan kali ini berhasil mencakar bahu Arham, meninggalkan luka mendalam.
Arham meringis, namun senyum liciknya tidak menghilang. "Kau pikir bisa menang, kucing kecil? Apa kau lupa bagaimana aku membuat Ruri menderita?" ucap Arham dengan nada mengejek. Carlos mendengus marah, namun Arham terus berbicara, seakan menikmati setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Aku-lah yang diam-diam merekayasa situasi Ruri dikucilkan teman-teman kampusnya, mendorongnya lebih kuat dengan rumor konyol di internet, membuat semua orang menjauh darinya. Aku juga yang memanggil hantu phyton itu, walaupun aku kecewa dengan para kuntilanak bodoh itu yang malah menyerang Akasha sehingga si hantu monyet malah ikut terlibat. Hahahaha. Tahukah kamu mengapa aku melakukan semua itu? Semua itu, hanya untuk membuat hidup Ruri menjadi neraka."
Carlos membeku sesaat, matanya terbelalak mendengar pengakuan tersebut. Amarahnya makin berkobar. "Kenapa? Kenapa kau melakukan ini pada Ruri? Apa salah wanita yang mati-matian berjuang dalam keterbatasannya itu?!" tanya Carlos dengan gigi terkatup rapat, suaranya bergetar.
Arham tertawa rendah. "Kau sungguh tidak tahu? Kau yang menjadi alasan semua ini! Aku adalah gagak, ingat? Dulu, aku hampir berhasil memangsamu saat kau masih bayi, sebelum Ruri datang dan menyelamatkanmu. Sejak saat itu, aku bersumpah akan membuatnya menderita, karena ia menghalangi takdirku!"
Carlos tersentak mendengar pengakuan tersebut. Semua penderitaan yang dialami Ruri selama ini, semua karena dia! Ruri terjebak dalam kemalangan hanya karena ia pernah menyelamatkan nyawanya di masa lalu. Hatinya tercabik-cabik oleh rasa bersalah yang mendalam.
Carlos memekik, "Dasar hantu psikopat gila!" lalu dengan seluruh kekuatan yang tersisa, ia melesat ke arah Arham, menerjang dengan cakarnya yang tajam. Serangan bertubi-tubi ia lancarkan, namun Arham melepaskan wujud manusianya, berubah menjadi manusia gagak. Sayap hitam besarnya mengepak keras, menciptakan hembusan angin yang membuat Carlos terhempas jauh.
Namun Carlos bangkit lagi. Setiap kali tubuhnya terpental, salah satu dari tiga koin nyawa yang menggantung di atasnya retak. "Tiga koin nyawaku mungkin pecah, tapi aku akan bangkit lagi, dengan dendam yang lebih besar!" seru Carlos dengan suara menggema.
Perkelahian berlanjut dengan intens. Setiap kali Carlos mencakar, Arham melawan dengan sayap dan asap hitamnya. Namun, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Asap hitam dari tubuh Arham perlahan masuk ke tubuh Carlos setiap kali mereka bertarung, mempercepat keretakan koin nyawa Carlos.
Setelah pertarungan yang sengit, hanya tiga koin yang tersisa, dan satu di antaranya sudah hampir hancur. Namun, Carlos tidak menyerah. "Inilah mengapa hantu kucing bisa bertahan di dunia gaib! Kamu tahu?! Setiap kali kami bangkit, dendam kami makin besar yang menjadikan kami lebih kuat dari sebelumnya!" Dengan serangan terakhirnya, Carlos menancapkan cakarnya ke dada manusia gagak itu. Cahaya hitam memancar, dan wujud Arham yang besar lenyap, berubah kembali menjadi asap hitam, raungan kesakitan menggema sebelum akhirnya sirna. "Dasar kucing sialan! Ini belum selesai, kau akan menyesal telah menantangku!" Suaranya menggema di udara sebelum akhirnya hilang bersama asap yang menghilang ke dalam kegelapan.
___
Carlos terengah-engah, berdiri dengan susah payah, tubuhnya kembali ke wujud manusia. Ia berpikir bahwa pertarungan telah usai, namun tanpa ia sadari, sedikit asap hitam masih tersisa, tersembunyi di balik batu, melarikan diri dalam ketakutan.
Klutak klutuk
Carlos berjalan menuju rumah Ruri dengan tertatih-tatih. Lalu ajaibnya di tengah jalan, seorang ibu-ibu yang biasanya gemar mengusik dirinya dan Ruri bertemu pandang dengannya, kini menatap Carlos dengan khawatir.
"Hei, kamu kenapa, Nak?" tanya si ibu dengan nada yang jauh lebih lembut. Melihat Carlos yang nyaris pingsan, ibu itu memapahnya menuju rumah Ruri.
Sesampainya di sana, ibu itu membantu Carlos berbaring di tempat tidur Ruri. "Kamu tahu nomor telepon temanmu itu kan? Berikan Ibu nomornya biar ibu kabari kondisimu."
Carlos, dengan cepat menahan tangan ibu itu. "Jangan... biarkan Ruri fokus pada perlombaannya," ucapnya lirih sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
"Hei, Nak! Hei, Nak, bangun!!! "
Ibu itu panik, mengguncang tubuh Carlos, memanggil-manggil, namun tak ada respon.