Cinta atau benci?!
Rehan Alevando Pratama. Rehan itu hanya ada satu, tapi sifat nya bisa menjadi dua. Kadang baik, kadang kejam. Bukan kah Rehan sama seperti bunglon, beda tempat beda sifat!!!
Ini adalah perjodohan yang dipaksa olh 3 keadaan, keadaan lah yang memaksa agar Rehan terus mau untuk menjaga Naumi, bahkan tamat SMA pun Rehan sudah berniat untuk menikahi nya.
Awalnya Rehan berjanji, kalau ia akan mencoba untuk menyayangi dan mencintai Naumi. Namun, mengapa disaat Rehan mulai jatuh cinta. Naumi malah merusak kepercayaan, dan berkhianat dibelakangnya.
Apakah Rehan dan Naumi akan terus bersama hingga menikah? Atau akan berakhir sampai disini saja?
Ayo yang penasaran sama kisah nya Rehan dan Naumi, buruan baca! Capcusss!!!
~
Didalam cerita ini mungkin akan ada mengandung sedikit bahasa kasar. Jadi dimohonkan untuk para readers, harus bijaklah dalam membaca!
Jangan jadikan bahasa bahasa kasar di cerita ini sebagai contoh untuk kalian mengucapkan nya.
Cuzzz bacaaaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sahidainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eleven. Pulang Sekolah
...Hii Bestiee 👋...
...Semangat bacanyaaaa....
........🌺........
Dringggg dringgg.....
Bel sudah berbunyi, menandakan kalau siswa/i di SMA Sultan Anjaya sudah di perbolehkan untuk pulang.
Kini Naumi, Zera, dan Imey. Sedang berada di depan sekolah, menunggu jemputan yang tak kunjung datang juga.
"Nau, lo pulang sama siapa?" tanya Zera.
"Hm, aku juga gatau Zer. Disini ada taxi gak?"
"Ada sih. Tapi lo harus nunggu."
"Gimana kalau lo pulang bareng kita." ujar Zera.
"Eh, gausah deh Zer. Gue gamau ngerepotin kalian terus. Lagian kan rumah kita beda arah." tolak Naumi. Zera pun mengangguk.
"Emang lo tadi pergi sama siapa sih Nau?" Imey bertanya.
"Sama, sama itu,"
"Sama gue." sambung seseorang dari belakang, dan tentu saja orang itu adalah Rehan.
Brumm brummmm.
Suara motor Rehan sangat lah kuat, apalagi disusul oleh suara motor teman-teman nya dibelakang.
"Ayo naik!" ajak Rehan.
"Tapi,"
"Ayo naik!" ajak Rehan lagi mencoba sabar.
"Udah Nau, gausah jual mahal deh. Biasa nya ciwi-ciwi di sekolah ini tu pengen banget pulang bareng sama salah satu anggota Agramatha. Dan lo dapat malah nolak." oceh Imey. Zera hanya menggeleng.
"Kalau mau pulang sama kita boleh, kalau mau sama Rehan juga boleh." ujar Zera.
Melihat raut wajah Rehan yang berbeda, lebih baik Naumi memilih pulang bersama nya. Daripada nanti Rehan marah, kan Naumi juga yang susah.
"Aku, aku pulang bareng Rehan aja deh. Zera, Imey, luan ya." pamit Naumi. Lalu ia segera naik ke motor nya Rehan.
"Sampai jumpa besok Naumi." ucap Imey, dan Naumi tersenyum.
Tidak menunggu lama, Rehan sudah mulai menjalankan motor nya. Dan teman teman nya pun menyusul kecuali Rey.
"Zera mau pulang bareng Rey gak." tawar Rey mengedip kan sebelah mata nya.
Zera tak menjawab ia hanya memutar bola matanya jengah, untuk siang yang sangat panas ini Zera sangatlah malas meladeni Rey si buaya darat. Dan akhirnya sampai juga yang ditungu/tunggu yaitu jemputan Zera alias supir nya.
"Ayo Mey." ajak nya.
"Huh, di tolak lagi." ucap Rey lesuh.
"Bye Rey." pamit Imey sambil cengar-cengir. Lalu ia segera menyusul Zera yang sudah naik mobil duluan.
"Gue yakin suatu saat nanti Zera pasti mau goncengan sama gue." ucap Rey dengan percaya diri. Setelah itu ia dengan cepat menyalakan motor nya, tema-teman nya sudah meninggal kan nya.
Didalam mobil, Zera hanya terus menatap ke samping arah jalanan. Sampai Imey menarik nafas nya, "Zer." panggil nya.
"Ya?"
"Lo kenapa selalu nolak si Rey sih. Kan niat dia baik mau nganterin lo pulang."
"Terus lo pulang sama siapa." jawab Zera.
"Kalau lo nolak Rey cuma karena mikirin gue pulang sama siapa, gue bisa pulang sendiri kok. Lo bisa pulang sama Rey." ujar Imey.
Zera menghela nafas nya lelah, "kalau lo mau pulang sama dia yaudah sana. Gue gamau Imeyy." ucap Zera jengah.
"Tapi kena,"
"Karena Rey itu Playboy tau gak. Gue gamau jadi cewe yang keseratus untuk mau di anter sama dia." tegas Zera.
"Oh gitu. Tapi kayak nya Rey tulus deh sama lo." ujar Imey lagi.
Zera mendengus kesal, "kalau lo mau pulang sama dia yaudah sana. Gausah maksa-maksa gue!" cetus Zera.
"Iya deh maaf." lirih Imey.
Dan semenjak itu kedua remaja itu sama-sama memilih untuk diam, tak ada yang membuka suara. Zera yang terus menatap ke samping, dan Imey yang menatap lurus ke depan.
(Dilain Tempat)
"Lo mau singgah makan dulu gak?" tawar Rehan, mereka masih berada di jalan menuju rumah Naumi.
Tanpa menolak Naumi langsung saja mengangguk, karena ia juga sudah menahan lapar dari tadi. "Boleh dong, aku juga lapar." ucap gadis itu tanpa rasa malu.
"Makan dimana?" tanya Rehan. "Mau di restauran yang semalam kita makan?"
"Gausah Han, gausah di restaurant." tolak Naumi. "Aku punya tempat makan yang enak. Dan aku juga udah sering makan disitu." sambung nya.
"Dimana?"
"Lurus aja, nanti kalau aku suruh berhenti, kamu berhenti ya!" ujar Naumi. Rehan pun mengangguk.
"Gue mau kencang ni, pegangan nanti jatuh!" perintah Rehan.
"Gausah, gak bakalan jat,"
"Eh." sontak Naumi terkaget karena dengan tiba-tiba saja Rehan melajukan motor nya dengan sangat kencang. Untung saja Naumi langsung memeluk tubuh Rehan, kalau tidak pasti ia sudah terjungkal kebawah.
"Rehannn, aku hampir jatuh tau."
Tak mau menjawab, Rehan hanya melihat raut wajah panik Naumi dari kaca spion, lalu tanpa merasa bersalah lelaki itupun tertawa kecil.
Selang beberapa menit, Naumi dan Rehan sudah sampai ditempat tujuan mereka. Tempat makan pilihan Naumi. "Rehan, berhenti!" suruh nya.
Dengan perlahan, Rehan mengerem motor nya, "Mana restaurant nya?" tanya Rehan.
"Ini!" tunjuk Naumi pada steling kecil yang terletak di atas gerobak.
Dengan hati-hati Naumi turun dari motor Rehan, "Ayo Han!" ajak nya.
Mata Rehan tentu saja melotot dengan lebar, "Maksud lo kita makan di warung kecil kek gini?" tanya Rehan.
Tanpa ada beban, dengan entang nya Naumi mengangguk, "Iya." jawab nya.
"Tapi Nau,"
"Syuttt." Naumi meletakkan telunjuk nya di bibir Rehan. "Coba dulu deh, pasti nanti kamu bakalan nagih." ujar Naumi.
Kalau sudah begini, entah mengapa rasa nya Rehan tidak bisa menolak kemauan Naumi. Jadi mau tidak mau akhirnya ia mengangguk setuju. "Yaudah deh ayo! Lagian sekali-sekali gue mau coba jadi orang miskin." ucap Rehan bercanda.
Dengan senang hati Naumi berjalan mendekati penjualan kecil itu. Sedangkan Rehan ia masih diatas motor, hendak memarkir motor nya di samping grobak sang penjual.
"Eh neng Naumi, apa kabar? Kok udah lama gak kesini." sapa lelaki yang menjual makanan nya.
"Eh kang Aceng, iya kang belakangan ini Naumi sibuk ngurus pindah sekolah." jawab Naumi.
"Ohgitu, eh tunggu ini siapa? Akang gak pernah liat." tanya akang Aceng menatap ke arah Rehan.
"Oh ini teman baru Naumi." jawab nya.
Akang Aceng mengangguk paham, "Yaudah mau pesan apa atuh?" tanya akang Aceng lagi.
Naumi menatap ke arah Rehan, "Mau pesan apa?" tanya nya.
"Seterah. Gue ngikut lo aja."
"Pesan nasi goreng aja deh. Kang pesan nasi goreng dua porsi ya!" pinta Naumi.
"Baik. Duduk dulu atuh nanti pegal kaki nya kalau terus berdiri." ujar akang Aceng.
"Ayo Han!" ajak Naumi.
"Lo biasa nya makan disini sama siapa?" tanya Rehan tiba tiba.
"Kak Aska." jawab Naumi seadanya, Rehan yang mendengar itupun hanya terdiam bisu.
Selang beberapa menit, akang Aceng datang dengan membawa kan dua piring berisi nasi goreng. "Silahkan di makan." seru nya.
"Makasih kang." balas Naumi tersenyum.
Kini kedua sejoli itupun dengan senang hati memakan dan menikmati nasi goreng buatan kang Aceng, sampai akhirnya Rehan membuka suara nya.
"Nau, habis ini lo mau kemana?" tanya Rehan sambil memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulut nya.
"Pulang, setelah itu aku harus siap-siap pergi kerja."
"Lo kerja apa sih?" tanya Rehan penasaran.
"Hm, kerja jadi barista coffee shop."
"Lo gak dilarang kak Aska?"
"Di larang sih, tapi aku ngeyel. Lagian kan dari pada aku dirumah terus mending kerja kan ngisi waktu luang aku." jawab Naumi.
"Mulai besok lo gausah kerja!" perintah Rehan.
"Ha? Tapi kenapa?"
"Lo harus fokus belajar, kalau sekolah di SMA Sultan Anjaya itu harus punya nilai yang tinggi." bohong Rehan, sebenarnya ia hanya tidak mau melihat Naumi lelah nanti nya.
"Tapi, aku kan bisa belajar nya subuh. Aku tu pulang kerja nya cepat kok, jam 10 malam udah pulang." perjelas Naumi.
"Jangan bantah deh Nau!"
"Gabisa Han, aku harus kerja. Aku butuh banyak biaya untuk hidup aku."
"Gue bakalan ngasih uang bulanan ke lo, Naumii!!!."
Glek. Naumi menelan ludah nya kasar. Bahkan nasi goreng nya langsung diletakkan nya di samping tempat duduk nya. Naumi kaget bukan main, kenapa Rehan jadi begini? Seolah-olah Naumi sudah menjadi istri Rehan, yang harus di tanggung jawab in.
Dulu Aska juga selalu mau meberikan uang bulanan kepada Naumi, tetapi Naumi selalu menolak nya. Namun entah mengapa saat ini Naumi benar-benar takut untuk menolak Rehan, ya Naumi takut pada Rehan.
"Lo udah siap makan?" tanya Rehan dan Naumi mengangguk. Padahal nasi goreng nya masih tersisa banyak.
"Ayo pulang!" setelah itu, Rehan bangkit dari duduknya dan langsung membayar ke akang Aceng.
"Ayo Nau naik!"
"Kang Naumi pulang ya." pamit nya.
"Hati-hati." balas kang Aceng tersenyum.
Naumi naik ke motor Rehan, dan selama di perjalanan mereka sama sekali tak ada berbicara ataupun membuka suara. Rehan yang fokus menatap jalanan dan Naumi yang melamun kepikiran akan kemauan Rehan tadi. Apa Naumi harus menuruti nya? Apa Naumi harus berhenti kerja? Ah Naumi bingung.
Selama 10 menit di perjalanan kota itu, Rehan sampai juga di depan rumah mungil milik Naumi. Dengan hati-hati Naumi turun dari motor Rehan.
"Ingat, lo gak boleh kerja! Cukup fokus belajar aja." ucap Rehan, dan Naumi hanya membalas nya dengan anggukan.
"Masuk sana!"
"Kamu gak mau masuk dulu kerumah aku?" tawar Naumi.
"Lain kali aja, gue mau ke basecamp Agramatha." balas Rehan.
"Oh yaudah hati-hati ya."
"Ok." setelah itu Rehan menyalakan motor nya, dan pergi.
"Kenapa Rehan perhatian banget ya sama aku, padahal kan. Ah udahlah bodoamat." gumam Naumi, lalu ia masuk ke dalam rumah nya. Dan mengunci pintu nya.
..........🌺..........