Aghnia Dan Dosen Killer
Aghnia azizah, sedang asyik menikmati alunan musik dengan gemerlap temaram lampu diskotik, bersama teman satu geng sesama mahasiswi di kampus Islamik.
"Nia kalo sampe ketahuan Abah kamu, aku ga ikutan ya" ucap Risti teman satu gengnya yang sangat penakut namun juga suka dunia malam.
Nia menepuk pundak Risti menenangkan gadis naif disebelahnya.
"Joget ke depan yuk girls" ajak Monica kepada dua temannya.
Mereka bertiga berjalan kedepan mendekat ke arah DJ yang sedang memainkan musik dengan pakaian super mini yang hampir memperlihatkan seluruh auratnya.
Seakan tersihir oleh euforia suasana diskotik, Nia berjoget tanpa merasa lelah bahkan terlihat sangat bahagia tanpa beban.
Kaos model Sabrina putih dengan rok jeans mini diatas paha membalut tubuh Nia dan gengnya, rambut panjang model v shape yang mereka curly terlihat berantakan semakin memperlihatkan kesan cantik nan sexy membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka.
"Lama nggak main nih, cewek sebelah sana asyik kayaknya dijadiin partner" ucap Bimo yang duduk di sofa memperhatikan Nia
"Nia maksudmu?", tanya Roni yang duduk disebelahnya dan dijawab anggukan oleh Bimo.
"Mending cari mangsa lain deh, dia atlet kejuaraan nasional taekwondo, bisa habis tongkatmu dipatahin" saran Roni.
"Aku tau, justru itu aku bawa senjata" ujar Bimo sambil menunjukkan satu botol kecil yang ada di kantong kaus polonya dan menyerahkan pada Roni.
"Jangan lepas pandanganmu dariku, kalo kuberi tanda segera bawain sebotol mineral yang udah kamu campur cairan tadi", imbuh Bimo.
"Gila! Kalo sampe ketangkap, habis kita" Roni tak ingin mengambil resiko besar. Bimo hanya mengendikkan bahu dan mulai menjalankan aksinya.
Pria itu berjalan sambil berjoget mendekat ke arah Nia dan gengnya, ia berhasil sampai di belakang Nia. Tangan kanan bimo mencoba meraih pinggang Nia dan berjoget menyamakan gerakan Nia.
Gadis itu tersadar ada yang memeluknya dari belakang, ia lantas menoleh dan mendapati Bimo teman satu prodi dengannya.
Pria itu tersenyum melihat Nia berbalik badan dan berjoget berhadapan dengannya, keringat yang menetes di dahi putih Nia membuat Bimo seakan lupa cara bernafas, ini akan menjadi pencapaian tertinggi bagi Bimo jika berhasil menjebol keperawanan gadis ayu di depannya.
Bimo menoleh ke belakang dan menunjukkan ibu jarinya pada Roni. Roni yang mengetahui kode dari Bimo segera berjalan pelan mendekat dan menyerahkan botol yang diminta pria itu.
"Minum dulu Nia, kamu kelihatan capek banget" tawar Bimo, ia menyodorkan sebotol air mineral.
"Thanks bim" Nia tak merasa curiga, karena ia merasa telah mengenal Bimo, gadis itu meneguk isinya hingga tandas. Mata Bimo berbinar melihat botol yang dipegang Nia sudah kosong, pria itu menyeringai puas.
Nia mengembalikan botol kosong pada Bimo, lalu melanjutkan berjoget dengan kedua tangannya berada di pundak Bimo.
Bimo menyeka keringat yang tercetak jelas di dahi Nia menggunakan punggung tangannya.
Lima menit setelahnya Nia menolak diajak duduk Risti dan Monica. Monica berbisik pelan di telinga Nia agar waspada pada lelaki yang ada di hadapan Nia. Nia hanya membentuk lingkaran dengan jempol dan telunjuk tangan sebagai jawaban.
"Kok pusing ya Bim, capek deh kayaknya, aku istirahat dulu ya" pamit Nia.
Bimo yang mengetahui jika obatnya telah bereaksi menarik pergelangan tangan kanan Nia dengan cepat.
"Istirahat di kamar lantai dua aja," tawar Bimo,
Mendengar tawaran dari mulut Bimo membuat Nia mengerutkan kedua alisnya
"Ntar aku tinggal, terus kamu kunci dari dalam, aman kok" tutur Bimo meyakinkan
Nia yang merasa kepalanya semakin pusing memilih mengikuti ide Bimo, mereka berdua berjalan menuju lantai atas melewati tangga yang tersedia di sebelah kanan panggung DJ.
Kedua orang itu tak lepas dari pandangan Risti, Monica dan Roni. Monica yang melihat alarm bahaya, menendang tulang kering Roni dengan heels yang ia kenakan.
"Argh, apasih Mon!" protes Roni mengelus tulang keringnya yang terasa panas dan perih.
"Kalian pasti sekongkol kan" tuduh Monica, telunjuknya hampir menyentuh mata kiri Roni.
Nia telah berada di kamar dan mengunci pintu dari dalam, ia merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya, badannya terasa hangat tapi tidak demam, drinya seakan ingin bertelanjang, bahkan Tangan kirinya bergerak meremas payudaranya sendiri.
"Bangsat Bimo!", umpat Nia.
Gadis itu mengaktifkan ajian pingit seruni yang diajarkan oleh abahnya ketika terjadi bahaya. Ajian tersebut akan mengolah energi internal demi mempertahankan kesucian diri.
Setelah mengaktifkan ajian pingit seruni, Nia merasakan kesejukan di seluruh tubuhnya,
"Huuuuhhhh, aku harus segera pergi, ajian ini hanya berlangsung tiga puluh menit saja" gumam Nia, menghela nafas lega.
Gadis itu memandang lemari pakaian yang berada di samping pintu, ia merasa ada yang aneh dengan lemari itu. Nia segera bersembunyi di pinggir lemari.
Tak lama, terdengar seseorang membuka pintu, gadis itu melirik pintu di sampingnya lalu mengintip ke arah pintu lemari, ia sedikit terkejut, Bimo keluar dari dalam lemari. Nia sedikit terkejut memperhatikan pintu kamuflase yang didesain pemilik diskotik, ia memperhatikan dengan jijik ekspresi mesum Bimo.
"Sial! kemana Nia" umpat Bimo melihat ranjang kosong.
Saat ini, Bimo merasa ada seseorang di belakangnya. Ia pun reflek menoleh dan tersenyum senang mendapati Nia bersedekap dada memandang dirinya.
"Kenapa berdiri disitu sayang, katanya pusing?" ujar Bimo berjalan mendekat ke arah Nia.
Gadis itu menyipitkan mata dan menatap lelaki bertubuh gempal di depannya dengan bengis, Nia melayangkan tinju tepat di pelipis kanan bimo, membuat Bimo terhuyung roboh ke ranjang dalam keadaan terlentang.
"Sial!", umpat bimo memegangi pelipisnya, ia melihat noda darah di tangannya. Pria itu pun nekat mengambil suntikan dari saku belakang celana jeans panjangnya.
"Malam ini, aku akan melepas keperawananmu Nia!" ucap bimo dengan senyum liciknya, sembari membuka tutup jarum suntik, dan mendekat ke arah Nia.
Gadis itu melirik jam tangannya, terkejut karena waktunya tidak banyak sebelum obat biadab itu akan sepenuhnya menguasai dirinya.
Nia melepas heels-nya dan memegang satu di tangan kanan. Saat Bimo berusaha mendekapnya, gadis itu menunduk memukulkan ujung heels pada dua buah keabadian milik Bimo, lantas segera melesat ke samping sebelum ditindih tubuh gempal Bimo.
"Argh!", pekik Bimo. Rasa sakit itu membuatnya melepas suntikan di tangan. Gadis itu pun menyambar suntikan yang tergelak di lantai.
"Bangsat kamu Nia!" umpat Bimo, ia mengerang memegangi buah zakarnya.
"Jangan berani main main dengan Aghnia!" ujar Nia, ia berjalan mendekati Bimo dan menusukkan suntikan tepat di pantat Bimo hingga pria itu memekik. Ia sengaja membiarkan suntikan tetap tertancap dan menambah satu hentakan memijak pantat tertusuk itu hingga Bimo tak kuasa berteriak karena nyeri depan belakang.
"Bye Bimo mesum" ejek Nia, ia membuka kunci pintu dan keluar dari kamar.
Gadis itu berlari turun, menghampiri dua temannya dan menarik tangan mereka keluar dari diskotik.
"Kamu yang nyetir, buruan!" Nia melempar kunci mobil jazz pada Monica. Sepanjang perjalanan, Nia hanya diam, berusaha mengendalikan gejolak libido di tubuhnya.
Sesampainya di kontrakan, Nia merebut kunci kontrakan di tangan Risti, membukanya dengan tak sabar lalu berlari ke kamarnya lantas mengunci pintu.
"Sialan kau Bim!", rutuk Nia seraya menuntaskan hasratnya sendiri dengan sebuah guling di kamar mandi karena pengaruh obat biadab yang kini berhasil menguasai dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments