Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34. Kaki Palsu
" Uncle Bram !." ucap Kinara setelah melihat wajah pria yang ia temukan di dalam lemari.
Dengan cepat Kinara mendekati pria yang selama ini ia cari. Dengan perlahan Kinara membuka lakban hitam yang menutupi mulut Bram.
Kinara membersihkan wajah pria lemah dihadapannya, dengan tangan gemetar ia segera memeluk tubuh lemah itu.
"Uncle bertahanlah, Kinara mohon !. Kak Kinan telah pergi meninggalkan aku, aku mohon uncle jangan pergi. Hiks !." ucap Kinara sambil menangis.
"Uncle baik-baik saja." jawab Bram dengan suara yang lemah.
Meskipun kondisi tubuhnya babak belur dan penuh dengan luka yang mungkin mulai terinfeksi. Tapi Bram tetap tersenyum dihadapan Kinara.
Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan gadis kecilnya itu. Dan ia sangat bersyukur karena Kinara dalam keadaan baik-baik saja.
Kinara segera menghubungi anak buahnya dan memintanya untuk segera menjemput ia dan Bram. Karena ia tidak akan mampu untuk membawa tubuh Bram yang dalam kondisi kritis.
Tak lama terdengar suara helikopter di atas rumah sederhana itu. Terlihat sebuah tangga berupa tali yang turun dari salah pintu, di susul beberapa orang yang turun dengan membawa sebuah tandu darurat yang dirancang sedemikian rupa.
Dengan cepat mereka menuju dimana Bram dan Kinara berada. Mereka segera memindahkan tubuh Bram yang sudah tak sadarkan diri di atas tandu.
Dengan segala kecanggihan tandu rancangan Dom Anggels, tubuh Bram segera ditarik ke atas untuk segera diterbangkan menuju rumah sakit tempat anggota Dom Anggels mendapatkan perawatan.
Setelah memastikan Bram dalam kondisi aman, Kinara berjalan mengitari rumah yang digunakan untuk menyekap dan menyiksa Bram.
"Tunggu pembalasanku keparat !. Kau memperlakukan manusia lebih buruk dari pada seekor binatang." ucap Kinara setelah memeriksa seluruh lokasi rumah tersebut.
Kinara berjalan meninggalkan rumah sederhana di tengah-tengah perkebunan Teh itu. Ledakan langsung terdengar di iringi kepulan asap hitam yang dibalut api yang membara.
Bertepatan dengan langkah Kinara meninggalkan rumah yang menjadi saksi bisu penyiksaan yang Bram terima.
Kinara membumihanguskan rumah berserta orang-orang yang telah ia cincang sebelum menyelamatkan Bram.
Seluruh warga yang bekerja disekitar langsung menghentikan pekerjaannya. Mereka memperhatikan kepulan asap hitam dengan api yang berkobar-kobar.
Bau daging bakar langsung menyebar ke sekitar. Tubuh-tubuh anak buah pria bertopeng itu ikut terbakar bersama dengan rumah sederhana yang dijadikan sebagai markas mereka.
"Siapa gadis itu ? Dan apa hubungannya dengan Bram ?. Aku harus berhati-hati, gadis itu sangat mengerikan sekali."
"Aku harus bisa mendapatkan kepercayaan dari pemimpin Dom Anggels. Jika tidak maka cepat atau lambat semua jerih payah dan usahaku selama bertahun-tahun ini akan sia-sia." ucap pria bertopeng yang bersembunyi di antara pohon-pohon teh.
Ia sengaja bersembunyi untuk memastikan apa yang akan dilakukan oleh seorang gadis terhadap tahannya itu.
Sayangnya ia dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh gadis kecil itu. Bukan saja menyelamatkan Bram, gadis itu juga mendatangkan sebuah helikopter bahkan ia juga membakar markas yang selama ini menjadi tempat rahasianya.
"Aku harus segera pergi dari sini. Sebelum ada orang yang melihat keberadaan ku disini sehingga memancing pemilik perkebunan Teh ini mengetahui apa yang aku lakukan di perkebunannya." ucap Pria bertopeng itu.
Dengan gesit ia segera meninggalkan perkebunan Teh itu dengan cara berlari dan sesekali ia akan bersembunyi untuk menghindari bertemu dengan para pekerja.
Tanpa ia sadari, Kinara yang kebetulan hendak kembali ke villa milik keluarga besar Bram. Melihat gerakan pria bertopeng itu.
Dengan keahlian yang Kinara miliki, ia melemparkan sebuah pisau kecil kearah kaki pria bertopeng itu.
Cras !!
"Tepat sasaran !." ucap Kinara sambil tersenyum puas.
Sementara pria bertopeng itu segera melihat kearah Kinara. Ia segera berlari, dan masuk kedalam mobil yang sudah ia parkir tak jauh dari tempatnya berdiri.
Dengan cepat Kinara menyusul pria bertopeng itu. Namun ia berhenti tepat dimana pria bertopeng itu terkena senjata andalannya.
"Tidak perlu mengejar mu, sebentar lagi kau akan membusuk karena racun yang aku oleskan di pisau itu." ucap Kinara sambil memperhatikan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Kinara memutar kembali motor kesayangannya. Ia ingin kembali untuk bertemu kakek yang ada di villa Bram.
Ia ingin mendengar cerita tentang Camelia yang sangat mirip dengan dirinya. Dan yang menurut Nyonya Maharani adalah ibu kandungnya.
Namun Kinara menghentikan motornya saat ia melihat pisau yang sangat ia kenali tergeletak di atas tanah.
Pisau itu dalam kondisi bersih tanpa ada sebuah noda merah sedikitpun. Ia ragu sekarang. Apakah lemparannya tidak mengenai sasaran ?. Bukankah tadi ia melihat dengan mata kepala sendiri pisau itu tepat di kaki pria bertopeng itu ?."
Tanpa mendapatkan jawabannya, Kinara langsung mengambil pisau itu dan menyimpannya kembali.
Jika ia tau lebih awal, pisau kesayangannya tidak berhasil melukai pria bertopeng itu, pasti ia tidak akan membiarkan pria bertopeng itu kabur dari hadapannya.
Ting
Terdengar suara pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Dengan cepat ia membuka pesan tersebut.
"Nona Pemimpin Naga Hitam atau pria bertopeng itu menggunakan kaki palsu disebelah kanan, jika dapat kesempatan bertemu dengannya jangan menyerang kaki tersebut, karena hal itu tidak akan mampu melukainya bahkan melumpuhkannya." pesan dari Black.
"Pantas saja pisau ku tidak bisa melukainya, ternyata itu adalah sebuah besi bukan sebuah kaki." ucap Kinara setelah membaca pesan tersebut.
Kinara terdiam sambil memikirkan cara untuk menghancurkan kaki palsu pria bertopeng itu. Karena senjata api dan senjata tajam tidak akan mampu untuk melukainya.
Tapi Kinara tersenyum, ia tau apa yang bisa menahan kaki tersebut. Ya hanya dengan menggunakan magnet maka besi itu akan menempel dengan kuat.
Artinya pria bertopeng itu tidak akan bisa kabur kecuali dia melepaskan kaki palsu itu. Yang artinya ia akan kesulitan untuk bisa kabur jika dalam kondisi terjepit.
"Cari magnet dengan kekuatan yang mampu untuk menahan besi itu !." Balas Kinara kepada Black.
Setelah pesan itu terkirim, Kinara kembali melanjutkan perjalannya. Ia ingin segera mendengar kisah keluarga sang mommy.
Wanita yang kini entah dimana, dan wanita yang seharusnya menjadi tempat untuknya berbagi segala duka dan bahagianya.
Kinara menekan klaksonnya setelah sampai didepan pintu gerbang bangunan berlantai dua itu. Entah mengapa ia ingin menghabiskan waktu di dalamnya.
Matanya memperhatikan sistem keamanan vila berlantai dua itu. Ia tersenyum, karena seseorang yang merancang sistem keamanan tersebut pastilah orang yang sangat jenius.
Hal itu terbukti dengan keamanan yang sangat luar biasa namun tidak terlihat sama sekali. Hanya sebuah bangunan mewah nan elegan di antara hijaunya hamparan perkebunan teh.