"Apa yang kamu tahu?" tanya Aditya pada pria yang kepalanya berlumuran darah.
"Aku hanya lihat ada tiga orang pria datang lalu dia menyuntikkan sesuatu pada wanita itu. Setelah wanita itu tidak berdaya, mereka menggantungnya seolah dia bunuh diri."
Usai mengatakan itu, pria tersebut menghilang tanpa bekas.
Sebagai seorang polisi, terkadang Aditya menemui kesulitan ketika mengungkap sebuah kasus. Dan tak jarang dia sering meminta informasi dari makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aditya memanfaatkan indra keenamnya untuk mengungkap kasus kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak sendiri, dia ditemani jin cantik bernama Suzy yang rela membantunya melakukan apapun, kecuali mencarikan jodoh untuknya.
"Haiissshh.. Tante Suzy.. yang benar dong kalau kasih info. Nyasar lagi nih kita!" kesal Adita.
"Kalau mau nanya alamat tuh ke Mbah Gugel! Bukan ke aku!"
Aditya hanya menepuk keningnya saja.
"Percuma ngajak jin dongo," gumam Aditya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Partner Baru
"Dasar jin Nepo," balas Aang.
"Apaan Nepo?"
"Nenek peyot."
"Bhuahahaha.."
Tawa keras Aditya langsung terdengar. Tidak disangka Aang bisa membalas Suzy dengan cukup telak. Wajah Suzy langsung terlihat masam. Zahira yang baru saja sampai di lantai atas, penasaran ketika mendengar suara tawa kencang Kakaknya. Dia mendekati kamar Aditya. Setelah mengetuk pintu, Zahira segera membuka pintu. Dilihatnya sang Kakak sedang berbincang dengan dua makhluk astral. Yang satu adalah Suzy, satu lagi tidak dikenalnya.
"Ya ampun ada Avatar Aang di sini," seru Zahira.
Aang terkejut ketika tahu Zahira juga bisa melihatnya. Aditya melambaikan tangannya pada sang Adik. Zahira mendekat lalu berdiri di dekat Kakaknya. Aditya merangkul bahu Zahira sambil melihat pada Aang.
"Aang, kenalin ini Zahi, adikku. Dia sama sepertiku bisa melihatmu dan makhluk sejenismu."
"Apa dia juga bisa diajak bicara?"
"Apa kamu ada masalah dengan Tante Suzy? Kenapa wajah Tante jelek seperti itu?" ceplos Zahira.
"Heeeuuh.. ngga emak, ngga anak, omongannya ngga enak didengar semua," gerutu Suzy.
"Wajahmu memang jelek. Kan kamu sudah tua," sambung Aang dengan nada mengejek.
Zahira mencoba menyembunyikan tawanya, namun tidak berhasil. Akhirnya tawanya pun meledak. Razan yang keluar dari kamarnya, ikut penasaran dan masuk ke kamar Aditya. Dia hanya melihat Aditya dan Zahira saja.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Razan.
"Kalau yang ini adik keduaku, namanya Razan. Tapi dia ngga bisa melihatmu."
Mata Razan melihat sekeliling. Dia sudah tahu kalau kedua Kakaknya mewarisi kemampuan Mamanya, bisa melihat makhluk astral. Pria itu hanya sedang mengira-ngira di mana jin yang dipanggil Aang berada.
"Ada apaan sih? Lagi rapat pleno ya?" ceplos Razan.
"Ini Tante Suzy sama Aang lagi rebutan jadi asisten Bang Adit. Benar ngga, Bang?"
"Iya."
"Pokoknya tugas membantu Adit tetap milikku!" tegas Suzy.
"Ngga bisa! Aku yang akan membantu Adit!" Aang tidak mau kalah.
"Tante, lebih baik Tante temani Zahi. Dia itu lebih penakut, kasihan kalau dia diganggu jin."
"Ngga usah, Bang. Kan ada Var sama Razan yang bisa bantuin aku."
"Ngga selamanya Var sama Razan ada terus di dekat kamu. Mending kamu dikawal Tante Suzy."
"Biar dia saja yang mengawal Zahi," Suzy menunjuk pada Aang.
"Kalau yang mengganggunya jin yang sudah bangkotan sepertimu, aku tidak bisa mengusirnya."
Kembali Aditya dan Zahira dibuat tertawa. Hanya Razan saja yang menggaruk kepalanya. Dia merasa seperti orang tidak normal berada di kamar ini. Akhirnya pria itu memutuskan untuk keluar. Sepeninggal Razan, Suzy dan Aang masih bertengkar. Masing-masing tidak ada yang mau mengalah, hal tersebut tentu saja membuat Aditya semakin bingung.
"Udah ngga apa-apa. Bawa aja keduanya, Bang. Kasih tugas yang berbeda. Daripada Abang puyeng lihat mereka debat terus," bisik Zahira.
"Terus kamu gimana?"
"Ngga usah pikirin aku. Selama ini aku aman-aman aja kok."
"Oke, kalian berdua tetap bantu aku menyelidiki kasus."
"Yess!"
Teriakan Suzy terdengar. Akhirnya Aditya tidak memindahkan dirinya untuk mengawal Zahira. Mulut anak itu sama seperti Stella dan Tamar. Sangat tidak enak didengar di telinga. Aditya mengambil selembar foto. Itu adalah foto Lastri.
"Aang, karena kamu sudah tahu wajah Ageng, maka tugasmu melacak dia. Bisa?"
"Bisa."
"Tante tolong cari keberadaan Bu Lastri, dia Ibunya Edwin."
Aditya memperlihatkan foto di tangannya. Suzy segera memasukkan wajah Lastri ke dalam ingatannya. Aditya menerangkan kalau menemukan Bu Lastri sangat penting, karena wanita itu akan menjadi saksi kunci untuk menjerat Ageng. Setelah mendapatkan pengarahan dari Aditya, kedua jin tersebut langsung menghilang, mencari orang yang diperintahkan Aditya.
***
Hari ini Aditya resmi bertugas sebagai anggota unit Jatanras di kantor Polrestabes. Sesuai dugaan, pria itu tergabung di tim satu yang dipimpin oleh Tomi. Selain Jaya, masih ada Nusa dan Ikhsan. Jaya langsung memperkenalkan Aditya pada rekan satu timnya. Tak lama kemudian Tomi muncul dengan membawa satu anggota tambahan. Sama seperti Aditya, pria itu dipindahkan dari kantor Polresta Jambi.
"Kenalkan ini anggota kita yang terakhir bergabung, namanya Tristan."
Pria bernama Tristan itu menyalami semua anggota tim satu. Usia Tristan sepantar dengan Aditya. Pria itu mengenali Tristan karena mereka berada di akademi yang sama. Namun keduanya tidak terlalu akrab ketika tengah menimba ilmu.
"Ternyata kita teman satu angkatan," sambut Aditya.
"Senang bisa bertemu dan bekerja sama denganmu."
"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Jaya.
"Kami satu angkatan. Dan Adit adalah lulusan terbaik saat itu," jawab Tristan sambil tersenyum.
"Dan Tristan adalah terbaik kedua," timpal Aditya.
Tentu saja Tomi senang mendapatkan anggota baru yang memilki catatan gemilang ketika menimba ilmu di akademi kepolisian. Usai acara perkenalan, Tomi langsung mengajak semua anggota timnya untuk rapat. Mereka harus segera menyelesaikan kasus yang masih menggantung.
"Nusa, bagaimana dengan kasus pembunuhan nenek oleh cucunya?"
"Sudah hampir selesai, Pak. Semua bukti sudah diamankan, saksi juga sudah memberikan pernyataan. Hanya tinggal menunggu pelaku mengakui perbuatannya."
"Bisa kamu lakukan dengan cepat?"
"Siap, bisa Pak."
"Ikhsan, kasus perampokan di rumah anggota DPRD, apa sudah ada hasilnya?"
"Sudah, Pak. Pelaku adalah mantan supir yang bekerja padanya. Dia kesal karena dipecat tanpa pesangon oleh korban."
Tomi menganggukkan kepalanya, dia cukup senang semua anggota timnya sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sisanya akan fokus mengurus masalah pembunuhan Edwin. Karena sampai sekarang Ageng belum bisa ditemukan.
"Keluarkan DPO untuk Ageng. Dia harus segera ditemukan secepatnya. Dan cari tahu juga keberadaan Lastri, Ibu dari korban."
"Siap, Pak."
"Bukti yang didapat dari TKP kedua apa sudah diamankan?" Tomi melihat pada Jaya.
"Sudah, Pak. Darah yang diambil dari sana, cocok dengan darah milik korban. Bisa dipastikan di sanalah korban meninggal dunia sebelum dipindahkan ke TKP pertama. Pak Jono juga sudah dipanggil untuk menjadi saksi. Saya akan menanyakan ke warga sekitar apa ada yang bisa memberikan informasi saat peristiwa itu terjadi," jelas Jaya panjang lebar.
"Baiklah, Adit, Tristan, tugas kalian mencari keberadaan Lastri."
"Siap."
Pengarahan sudah selesai dan Tomi segera membubarkan anggota timnya. Namun suara Nusa menahan semuanya untuk tetap berada di dalam ruangan.
"Bagaimana dengan kasus Dito? Apa kita tidak akan menyelidikinya lagi? Ini tidak adil untuknya. Bapak sudah berjanji tidak akan melepaskan kasus ini."
Dito adalah anggota tim mereka yang meninggal dunia ketika mereka mengejar tersangka pembunuhan. Dito mengejar pelaku sendirian. Karena keadaan terpaksa pria itu tidak menunggu sampai batuan datang. Dito ditusuk oleh pisau oleh pelaku saat akan ditangkap olehnya. Bantuan datang terlambat, ketika mereka tiba, Dito sudah kehilangan nyawanya karena kehabisan darah. Sementara pelaku berhasil kabur dan tidak ditemukan sampai sekarang.
"Bersabarlah, tim dua masih mengumpulkan buktinya," jawab Tomi.
"Kenapa kasus Dito dilimpahkan pada tim dua? Kenapa bukan kita yang menyelidikinya?!" Nusa nampak emosi. Dia memang paling dekat dengan Dito. Mereka masuk ke tim satu bersama-sama dan sudah menjadi partner selama dua tahun lamanya.
"Kamu tahu kalau kita dikeluarkan dari kasus karena hubungan kita dengan Dito. Tunggu saja perkembangan dari mereka."
"Tapi sepertinya mereka tidak serius menangani kasus Dito."
"Saya janji, kalau mereka tetap tidak bisa menemukan pembunuh Dito, saya akan meminta kasus itu ditangani kita lagi."
Mendengar janji Tomi, Nusa pun melunak. Dia akan bersabar menunggu. Tomi segera membubarkan anggota tim. Aditya dan Tristan berkumpul dengan Jaya. Mereka berkoordinasi untuk mencari keberadaan Ageng dan Lastri. Aditya menandai tempat-tempat yang mungkin dikunjungi oleh Lastri, karena mencari wanita itu adalah tugasnya dan Tristan.
"Sebaiknya kita mencari bersama-sama. Kamu belum hafal seluk beluk kota Bandung," ujar Aditya pada Tristan yang hanya diangguki saja oleh pria itu.
Tristan adalah pria yang ramah dan pandai bergaul. Dia termasuk orang yang murah senyum, berbeda dengan Aditya yang jarang melemparkan senyuman, kecuali pada orang-orang yang sudah dikenalnya. Sifatnya yang ini tentu saja diwariskan oleh Papanya.
Ketika sedang berdiskusi dengan Tristan, tiba-tiba saja Suzy muncul. Jin wanita itu duduk di samping Tristan. Tangannya ditaruh di atas meja untuk menopang kepalanya. Matanya tak henti memandangi wajah Tristan yang terlihat tampan. Kulit Tristan putih bersih, sama seperti Aditya. Tingginya juga sepantar dengan anak dari sahabatnya. Perbedaannya, Tristan terlihat lebih ramah.
Melihat Suzy, Aditya memberi kode pada jin wanita itu untuk mengikutinya. Dia yakin kalau Suzy membawa kabar soal Lastri. Pria itu berpamitan pada Tristan. Aditya berjalan meninggalkan ruang kerjanya. Pria itu menuju ruangan arsip yang sepi. Suzy mengekor di belakangnya. Kepala Aditya menoleh ke kanan dan kiri sebelum berbicara dengan Suzy.
"Bagaimana Tan?" tanya Aditya dengan suara pelan.
"Aku sudah menemukan Lastri."
"Di mana?"
"Rumah sakit Hasan Sadikin."
"Dia sakit?"
"Tidak. Dia sudah meninggal."
***
Hari ini aku sengaja up dua bab soalnya besok mau libur. Jangan lupa komennya ya. Yang jawab Nenek Peyot dapat hadiah tiket meet and great bareng Suzy sama Aang tapi penampakannya versi asli ya😜
Ini penampakan Tristan
menyusahkan tapi ujungnya baiklah 😂😂
waaah sean emang kmu punya orderan ala aja😆😆😆😆😆