Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 25
" Jadi maksud Pak Dokter Han, kecelakaan Bapak itu direkayasa gitu. Itu beneran? Woaaah, gila sih ini. Beneran gila. Saya kira hal-hal kayak gini cuma ada di drama-drama aja. Terus kira-kira setelah ini mau bagaimana Pak. Ah iya Pak, saya punya temen kerja jadi perawat di RSMH, apa minta tolong ke dia buat memata-matai wanita itu?"
Gista bicara dengan penuh antusiasme. Sejenak Han memerhatikan gadis itu. Dan samar-samar dia mulai bisa melihat wajah Gista meskipun masih kabur.
Tapi tak berselang lama kepalanya menjadi pusing, matanya juga terasa berat. Sepertinya Han masih membutuhkan waktu istirahat yang banyak.
" Bantu aku ke kamar. Aku mau tidur."
" Ooh oke Pak, siap."
Pada akhirnya pembicaraan mereka berhenti begitu saja tanpa ada kelanjutan. Han tidak menjelaskan dan Gista pun tidak menuntut banyak. Gista tahu bahwa hal ini mungkin tidak mudah diterima oleh pria itu.
Eida merupakan salah satu orang yang begitu dekat dengannya dan juga ia percayai. Jadi pasti sedikit sulit bagi Han menyimpulkan atau mengeluarkan dugaan bahwa Eida merupakan tersangkanya.
Meskipun masih butuh bukti, tapi menetapkan orang yang terduga saja sudah menyakiti hati jika itu merupakan orang terdekat.
" Haah, dia beneran tidur. Trus gue mau ngapain ya. Tuan Muda tidur, jadi perawat ini kayaknya pun bisa sedikit istirahat juga. Tapi bentar, lihat hape dulu. Ah iya Victor ma plend."
Gista duduk di sofa panjang yang ada di kamar Han. Ia mengambil ponselnya lalu bertukar pesan dengan temannya yang bernama Victor. Banyak hal yang mereka bicarakan, termasuk ia meminta tolong terkait mencari tahu tentang Eida.
Tentu saja Gista tidak menceritakan apa yang mereka bahas tadi. Ini jelas masih rahasia. Gista hanya berkata bahwa di ingin tahu tentang Eida karena penasaran.
Bagi Victor apapun yang dikatakan Gista pasti ada maksud. Tapi pemuda itu tidak bertanya secara rinci karena pasti Gista akan menceritakan dengan sendirinya suatu saat nanti.
Tanpa sadar Gista tertidur. Ponselnya masih ia genggam di atas dadanya. Posisi Gista tidur adalah duduk di sofa.
Tap tap tap
Sreeek
" Gadis yang ceroboh. Bisa-bisanya di tidur di kamar seorang pria begini tanpa waspada sama sekali."
Meskipun pandangannya masih kabir, tapi kali ini Han lebih bisa melihat dengan jelas ketimbang tadi sebelum ia tertidur. Han mengangkat tubuh Gista yang baginya begitu ringan. Dia membenarkan posisi tidur gadis itu agar lebih nyaman.
Han tidak menyangka bahwa perawatnya kali ini memiliki pemikiran yang unik. Ia bisa membuat hipotesis dari kecelakaan yang terjadi pada Han hanya karena sering menonton drama. Sungguh hal yang lucu.
Namun Han merasa sedikit terhibur dan mungkin saja dia bisa meminta Gista untuk bekerja sama. Lalu, apakah Han mulai memercayai Gista? Entahlah, mungkin waktu yang akan menjawabnya.
" Eida, kalau bener dia yang ngelakuin, tapi kenapa? Selama ini aku nggak yang gimana-gimana sama dia. Selama ini aku juga nggak yang terlalu menekan dia. Ya kerja sebagai asisten dokter bedah pasti jarang sekali punya waktu lengang, dia akan ikut sibuk kalau aku sibuk. Ada apa Eida, kenapa kamu nusuk aku dari belakang?"
Han tampak sedih, dia merasa tidak habis pikir apabila Eida merupakan orang yang melakukan perbuatan buruk kepadanya.
Dalam pikiran Han, jika Eida memang tidak suka sesuatu terkait dari apa yang Han lakukan, seharusnya Eida bisa bicara dengan baik. Seharusnya dia bisa bicara dengan bebas karena hubungan mereka sudah lama terjalin sebagai atasan dan bawahan.
Bila boleh dikata, sebenarnya Han juga tidak pernah menganggap Eida itu bawahan. Meskipun usia Eida dan Yoona jauh, tapi Han menganggap Eid seperti adik sendiri mengingat mereka yang sering bekerja bersama.
Hal ini lah yang membuat Han masih denial dengan apa yang dikatakan oleh Gista. Bahkan saat Alex setali tiga uang dengan Gista pun, Han masih belum sepenuhnya yakin bahwa Eida merupakan dalangnya. Hanya saja mau tidak mau dia setuju dengan Alex untuk menyelidiki wanita itu.
Tap tap tap
Han keluar dari kamar, membiarkan Gista yang masih tertidur di sofa. Karena dia sudah bisa melihat meskipun kabur, jadi dirinya tidak kesulitan saat menuruni tangga.
" Lho Bang, kok turun sendiri?"
Suara Hyejin, ibu dua anak itu langsung berlari saat baru masuk ke rumah untuk menghampiri putranya yang baru setengah jalan menuruni tangga.
" Nggak apa Eomma, Abang bisa kok. Gista ketiduran. Kasian, kelihatan banget wajahnya lagi kecapekan.
" Aaah gitu, oh iya dia kan punya ibu yang sakit juga."
" Ya?"
Haneul terkejut mendengar ucapan ibunya yang baru saja didengar. Dia jelas sama sekali tidak mengetahui bahwa Gista memiliki ibu yang sakit.
Hyejin kemudian membawa Haneul untuk duduk. Setelah itu dia menceritakan tentang Gista, perawat baru Haneul itu. Semua yang Hyejin ketahui, ia sampaikan pada putranya.
" Jadi gitu Bang, dia udah nggak punya bapak dan cuma tinggal sama ibunya aja. Nah ibunya juga sakit."
" Tapi tuh anak kayaknya baik-baik aja. Cara bicaranya bener-bener nggak kayak orang lagi sedih tuh."
" Bang, nggak semua apa yang dirasa harus diperlihatkan bukan. Itu salah satu cara bagi diri sendiri untuk tetap berdiri tegar dalam menghadapi cobaan. Dengan caranya yang kelihatan baik-baik saja itu, mungkin dia sedang manahan perasaan sedih, takut dan sejenisnya."
Degh!
Kata-kata sang ibu seketika menyelusup masuk ke dalam relung hatinya. Selama ini dia melakukan hal yang kebalikan dari Gista. Ya, Han sangat menunjukkan perasaannya. Marah, kalut, benci, semua itu dia tampilkan agar orang lain tahu.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Kalimat itu, Han kembali mengingatnya. Gista pernah berkata demikian saat Han mengusirnya dulu. Saat dia ingin kembali membuat perawat baru itu tidak betah bekerja dengannya.
" Ya gadis yang beneran antik. Dia beneran nggak peduli pas aku bentak-bentak dia. Mungkin bukan nggak peduli tapi dia mencoba bertahan karena ia memang butuh. Kayaknya dia cocok dijadiin partner. Ya mari kita lakukan langkah ke depannya."
TBC
Mantul thor 🥰🥰🥰
Lanjuut