NovelToon NovelToon
9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Nuri terpaksa menerima perjanjian pernikahan 9 bulan yang ditawarkan Sabda, kerena Dennis, pria yang menghamilinya meninggal dunia. Sabda adalah kakak Dennis dan sudah memiliki istri. 9 bulan itu menjadi masa yang sulit bagi Nuri karena dia selalu mendapatkan intimidasi dari mertuanya dan istri pertama Sabda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

"Nur, kamu kok masih betah aja sih tinggal disini?" tanya Tutik saat tengah beres beres rumah bersama Nuri. "Padahal nyonya Yulia itu jahat banget sama kamu."

Tutik saja kalau jadi Nuri, sudah pasti tidak kuat. Bisa dibilang, setiap hari bahkan setiap saat, Yulia pasti mengomel jika melihat Nuri. Apa saja yang dilakukan Nuri terlihat salah dimatanya. Bahkan ketika Nuri diampun, masih saja salah.

"Dikuat kuatin Mbak." Sahut Nuri sambil membersihkan kaca jendela.

"Kalau aku, mau dikuatin kayak apapun, pasti gak kuat. Amit amit punya mertua kayak gitu. Yang ada, bisa mati muda."

Nuri tergelak mendengarnya. Semoga saja dia tak mati muda seperti kata Tutik. Masih banyak yang ingin dia lakukan, terutama memperbaiki diri.

"Yaelah, malah diketawain. Aku itu tanya serius. Heran aku, hati kamu terbuat dari apa sih? Setiap hari dimaki, masih aja bisa ketawa." Tutik yang sedang memvacum sofa sampai geleng geleng. Kalau dia diposisi Nuri, jangankan ketawa, yang ada pasti nangis bombay sepanjang hari.

"Yang pasti hati aku buatan Tuhan," sahut Nuri santai.

"Ya sama, punyaku juga. Bedanya, kenapa aku gak bisa sekuat kamu. Aku yang cuma denger kamu dihina aja, udah sakit hati, eh....kamunya malah woles aja."

Nuri berhenti menggosok kaca. Dia terdiam sambil menunduk. Jangan dibilang, dia baik baik saja. Tidak, dia sebenarnya juga tidak kuat, hanya saja sedang dikuat kuatin karena keadaan. Bukankah kata orang, saat situasi memaksa, seorang lumpuhpun bisa tiba tiba berlari. Seperti itu juga Nuri, situasi membuatnya tetap bertahan dirumah ini.

"Kamu kenapa gak balik kerumah orang tua dikampung aja sih. Kan orang tuamu masih ada?"

Nuri menggeleng. "Aku membawa aib mbak, mana mungkin pulang." Nuri mengelus perutnya yang sudah lumayan besar.

"Ya tapikan kamu sudah dinikahi tuan Sabda. Itu artinya, kamu hamil ada yang tanggung jawab, ada suaminya."

Nuri tersenyum getir. "Kehidupan di kampung tak seperti dikota yang kadang tetangga sebelah rumah saja tidak kenal. Dikampung itu, ada berita dikit aja, langsung nyebar sekampung, dan langsung jadi topik pembicaraan dimana mana."

"Iya juga sih," Tutik manggut-manggut.

"Orang satu kampung taunya aku ke kota untuk kuliah. Tarus jika aku tiba-tiba pulang dalam kondisi hamil, kira-kira apa yang ada dibenak mereka. Apalagi jika aku pulangnya sendiri, tanpa suami. Meski ada surat nikah, pasti tetap digibahin sekampung. Mungkin aku bisa tahan, tapi bagaimana dengan keluargaku, ibu, bapak dan adik adikku."

Menceritakan keluarga, membuat Nuri mendadak rindu mereka. "Aku dari keluarga miskin mbak. Kuliah aja karena beasiswa pemerintah. Terus bapakku cuma kuli bangunan yang merangkap jadi guru ngaji di mushola. Aku gak mau nama baik bapakku rusak karenaku. Aku yang berbuat, aku juga yang harus tanggung jawab. Selain itu, aku tak mau membebani kedua orang tuaku. Sudah cukup mereka menanggung hidup kedua adikku. Saat ini, harusnya aku membantu mereka, bukan malah menambah beban. Kalau aku pulang, sudah pasti kehidupan mereka lebih sulit karena harus menangguku dan anakku." Nuri menyeka air matanya. Hidupnya berantakan karena cinta.

Dulu awal kekota, niatnya bulat ingin kuliah, ingin jadi sarjana agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus supaya bisa membantu perekonomian keluarga. Tapi malah berantakan seperti ini kehidupannya. Tidak ada yang bisa dia salahkan kecuali diri sendiri. Dirinya yang bodoh karena cinta.

"Berat juga ya Nur jadi kamu. Kukira hanya bebanku saja yang berat, eh ternyata masih ada lagi," celetuk Tutik sambil tertunduk lesu.

"Bukan ada lagi Mbak, tapi banyak. Diluar sana masih banyak yang cobaannya lebih berat dari kita." Nuri menunduk sambil mengusap perutnya. "Aku hanya berdoa supaya kelak, anakku hidup bahagia."

"Kamu yakin akan menyerahkannya pada Tuan Sabda Nur? Kamu gak sayang sama dia?"

"Bohong banget kalau gak sayang. Tapi setidaknya, dia tidak kekurangan satu apapun dirumah ini. Kalau ikut aku, belum tentu juga dia bahagia."

"Tapi bahagia tak melulu tentang materi Nur. Kasih sayang, apa menurutmu dia akan dapat kasih sayang?"

"Kak Sabda menyayanginya."

"Nyonya Fasya, nyonya Yulia?" Melihat perangai mereka berdua, Tutik tak yakin mereka bisa menyayangi anak itu.

"Lambat laun, mereka pasti akan menyayanginya. Lagi pula, Kak Sabda tetap mengijinkanku menemui anakku meski kita telah bercerai nanti. Meskipun aku tak boleh mengaku sebagai ibunya, tapi seenggaknya, aku masih bisa bertemu dengannya." Nuri memegangi dadanya yang terasa sesak. Baru membayangkan saja sudah sesakit ini, apalagi menjalaninya nanti. Semoga saja, ini memang pilihan yang paling tepat.

Tutik menghela nafas berat. Dia jadi teringat anak bungsunya yang dia berikan pada salah satu saudara karena dia tak mampu mencukupinya. Tutik janda 3 anak. Suaminya menikah lagi dan tak mau menafkahi anak mereka. Hingga terpaksa, Tutik banting tulang mencari nafkah untuk anaknya dan ibunya yang sekarang menjaga mereka.

"Anak bungsuku juga aku kasih ke saudara jauh karena tak mampu menghidupinya Nur." Tutik menyeka air matanya yang meleleh. Teringat bayi berusia 4 bulan yang dia serahkan untuk diasuh orang. "Semoga saja anak kita tidak menyalahkan keputusan yang kita ambil." Karena setiap ibu, hanya ingin yang terbaik untuk anaknya."

Nuri mengangguk, dia juga berharap demikian.

1
lia rahma
Luar biasa
nia kurniawati
Lumayan
Sofie N Z
berharap apa sh nuri
tapi lebih tegang sh ke selanjutnya
Meyma Chamie
/Good/
Nenti iis Fatimah
Mereka disekolahin itu biar pinter eeh malah tambah gak punya otak udah tau masih kuliah kenapa malah nganu hadeuuuh baru bab 1 udah emosi aja tp penasaran juga sama bab selanjutnya
Nuraeny
lanjut thor
isnaeni yatus s
aq malah udah baca dulu yg jadi mata untuk suami ku harusnya yg ini dulu ya thor
Sandisalbiah
kisah mereka begitu menguras emosi.. feel nya dapet banget dlm setiap. bab.. jd emosi naik turun...
Sandisalbiah
LUAR BIASA
Sandisalbiah
gombal mukiyo mu, Sab...
Sandisalbiah
mikir dong Sab.. gimana Ringgo bisa tau kronologis keguguran Fasya kalau gak mulut Fasya yg ember beberkan ke Ringgo
Sandisalbiah
hah.. perempuan dgn muka tembok.. tp jelas aja Fasya berusaha mempertahankan Sabda.. ke dia adalah sumber uang utk Fasya.. benalu tetaplah benalu.. menggerogoti sampai inangnya binasa kalau dia gak segera di binasakan duluan..
Sandisalbiah
ini baru bener tp.. harus berjalan malah Fasya dan selingkuhannya dulu
Sandisalbiah
hah...
Sandisalbiah
fix.. itu ulah Ringgo.. dan Fasya yg jd biang keladinya yg membuat selingkuhannya dendam ke yulia
Sandisalbiah
Siapa.. yg kecelakaan..Yulia kah..? Nuri kah..? semoga fasya
Sandisalbiah
Lha...
Sandisalbiah
hah... akan aneh kalau seorang yg berhati jahat itu tdk akan melibatkan org lain dan menjadikan org sebagai kambing hitam utk perbuatan jahatnya, terlepas tentang Yulia itu benar adanya tp org yg berhati busuk tdk akan mau membusuk dan celaka sendiri pastinya dia akan membawa korban bila harus jatuh bersamanya..
Sandisalbiah
mungkin ini awal yg baik utk nasa depanmu, Nuri.. setidaknya kamu bisa mwrawat ank mu sendiri mengingat Sabda yg akan mencerikan fasya..
Sandisalbiah
pasangan yg baik itu ya begini.. ada utk mendengarkan keluh kesah.. menyediakan bahu buat bersandar di saat pasangan lagi lelah jiwa raganya.. memberikan nasihat bijak buat menenangkan kegundaanya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!