Bercerita tentang seorang anak laki laki sederhana yang bernama Eric yang di tinggal kedua orang tuanya dari kecil, dan kini ia sudah beranjak SMA, dia tidak tau tentang percintaan, mampukah Eric mendapatkan cinta wanita idaman sekolah itu dan mendapatkan cinta pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kazumifx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback
Saat itu Eric bary berusia 7 tahun dan baru menginjak kelas 2 SD. Saat itu di sekolah ada acara dan semua orang tua murid datang terkecuali orang tua Eric, karena orang tuanya sibuk bekerja.
"Eric, mama sama papa kamu kemana." ucap salah satu guru
"mereka sibuk kerja Bu jadi gabisa hadir" ucap Eric
"kamu sama ibu guru aja yaa, papa sama mama kamu disana kerja buat Eric juga." ucap guru sembari mengelus kepala Eric.
"iyaa Bu, Eric ngeri kok." ucap Eric
Acara di sekolah itu sudah selesai, Eric pulang di jemput oleh pembantunya, orang tua Eric dari keluarga yang kaya, tapi Eric tidak manja seperti anak lainnya.
"bibi, papa sama mama udah pulang belum." ucap Eric
"udah Eric, mama sama papa udah di rumah sekarang." ucap bibi pembantunya
"terus kenapa ga jemput Eric."
"mungkin mereka cape habis pulang kerja"
"begitu ya bi, yaudah gapapa deh" ucap Eric
Saat sampai di kediaman, Eric masuk ke dalam rumah dan melihat orang tuanya sedang duduk di kursi tetapi mereka tidak saling mengobrol.
"mama Eric pulang" ucap Eric.
Namun tidak ada respon dari kedua orang tuanya itu, Eric langsung pergi ke kamar nya dan ganti baju, lalu ia kembali menghampiri kedua orang tuanya.
"pa tadi di sekolah seru banget tau, ada acara gitu." ucap Eric
"oh iya?kamu seneng?" ucap Hendra sang ayah
"seneng dong, tapi papa sama mama kok ga hadir, padahal temen temen Eric bawa orang tuanya tapi Eric engga." ucap Eric
"manja banget sih jadi anak" ucap mama nya Eric
"syut, maafin papa sama mama ya, tadi sibuk banget " ucap ayah nya sembari mengelus kepalanya.
"kamu jangan gitu sama Eric, dia masih kecil" ucap Hendra
"biarin sih mas, jangan terlalu manjain dia deh." ucap Arini ibunda Eric
"Eric, kamu balik ke kamar kamu ya" ucap Hendra
"iyaa paa"
"Arini, kamu emang udah keterlaluan, bisa bisanya kamu ngomong gitu depan anak kamu sendiri " ucap Hendra
"Apasih, lagian aku mau anak perempuan, kenapa yang lahir malah dia" ucap Arini
Lama mereka bertengkar, Eric mendengar pertengkaran itu karena cukup keras suara yang di keluarkan oleh kedua orang tuanya, Eric sudah beberapa kali mendengar mereka bertengkar.
Suatu ketika, orang tua mereka memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Eric sendiri
"pa, ma jangan pisah, nanti Eric sama siapa." ucap Eric sembari menangis.
Namun mereka pergi tanpa merespon tangisan Eric, karena emosi menguasai Kedua orang tuanya. Sehingga panggilan Eric tidak masuk ke dalam telinga mereka.
Setelah beberapa Minggu, setelah Eric di pindahkan ke rumah neneknya karena rumah lama mereka di jual, tiba sang ayah datang menghampiri Eric.
"Eric kamu sehat?" ucap Hendra
"sehat pa, ucap Eric yang langsung memeluk Hendra
"pa aku pengen ikut sama papa, aku gamau disini." ucap Eric sembari menangis
Lalu datang sosok perempuan yang memanggil Hendra dari dalam mobil.
"mas ayo kita berangkat" ucap wanita itu
"pa itu siapa pa" ucap Eric
"maaf, papa ada urusan kamu disini sama nenek dulu yaa, nanti papa kesini lagi" ucap Hendra yang langsung pergi meninggalkan Eric.
"nek kenapa papa gamau ajak aku." ucap Eric
"papa sibuk sibuk kerja nak, nanti papa bakalan jemput kamu kalo udah selesai kerja nya" ucap nenek menengkan Eric sembari memeluk nya. Padahal Hendra sangat ingin mengajak Eric untuk ikut bersama nya, namun istri barunya melarang keras Eric untuk hadir dalam keluarga barunya, karena ia tidak mempunyai anak yang bukan dari kandungan nya.
"kamu yang sabar ya Eric, kamu anak hebat." ucap nenek nya
Eric hanya menangis dan semenjak saat itu, di sekolah Eric sering murung di sekolah maupun di rumah.
"Eric kamu kenapa" ucap salah satu guru.
"gapapa Bu"ucap Eric
"kalo ada apa apa, bilang sama ibu yaa" ucap guru itu
Eric pulang ke rumah nenek nya dan menanyai nenek nya dengan tanyaan.
"nek ayah datang ga"
"ayah nitipin uang buat kamu Eric"
"aku ga butuh duit nek, aku butuh nya ayah sama mama balik lagi"
Sang nenek langsung memeluk Eric dan Eric kembali meneteskan air matanya.
Di sore hari sang nenek mengajak Eric untuk pergi ke taman, ia duduk di ayunan dengan tatapan yang sedih, dan ia melihat anak sekolah umuran nya bermain dengan kedua orang tuanya.
"hey ayo maen sama aku" ucap anak" ucap anak yang mengajak Eric bermain
"boleh"
Mereka berdua bermain pasir, Eric sedikit senang ketika ada yang mengajak nya bermain.
"heyy, kamu kok murung terus tadi di ayunan" ucap anak itu
"gapapa, aku cuman ngelamun aja"
"ouwww"
"hey, kamu harus hargai mama sama papa kamu ya selagi mereka ada" ucap Eric.
"tentu, kamu bahagia kok." ucap anak itu
"bagus" ucap Eric sembari tersenyum ke anak itu
"nama kamu siapa?" ucap anak itu
"aku Eric, kalo kamu?"
"nama aku Ari, mulai sekarang kita jadi sahabat yaa" ucap anak kecil itu bernama Ari.
"okeh hahaha"
Begitulah awal mula pertemuan Ari dengan Eric, tidak lama kemudian orang tua Ari datang untuk menjemput Ari pulang.
"Ari, ayo pulang nak, udah sore"
"iyaa ma, Eric aku pulang dulu ya, nanti kita maen lagi disini." ucap Ari
"baik"
Hari sudah malam, Eric sudah tidur dengan nyenyak di rumah. Sang nenek menatap Eric dengan raut wajah yang sedih karena anak sekecil itu tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
"buu" ucap Hendrik yang datang ke rumah nya.
"Hendra tumben kesini ada apa"
"aku bawa makanan buat ibu, di makan ya" ucap Hendrik.
"siapa anak itu Bu? Ucap Hendrik
"dia anak Hendra"
"dia korban perceraian mereka ya"
"iyaa, ibu ga tega liat dia kaya gini" ucap nenek.
Saat Eric sedang tidur ia meneteskan air matanya, dan menyebut nama orang tuanya berkali kali, sang nenek menghampirinya dan mengelus elus kepala Eric dan mengelap air matanya.
"kasian dia Hendrik" ucap sang nenek
"sih sampah itu benar benar sudah gila meninggalkan anaknya menderita seperti ini" ucap Hendrik.
"badannya juga panas, sepertinya dia demam "ucap sang nenek
"kompres aja Bu, dia terlalu banyak pikiran sehingga membuat ia demam" ucap Hendrik
Sang nenek mengambil kompresan dan menempelkan nya di kening Eric, Eric terus saja menyebut nama orang tuanya saat ia tertidur, sembari meneteskan air matanya kembali.
"sekarang apakah ibu sering menerima uang dari Hendra?"tanya Hendrik
"sekarang Hendra jarang memberi uang, mungkin dia sedang sibuk "
"omong kosong Bu, dia sekarang mungkin sudah melupakan anak nya, apalagi mamanya sama sekali tidak peduli dengan keadaan Eric." ucap Hendrik
"sekarang biar ibu aja yang bertanggung atas semua biaya Eric " ucap sang nenek
"aku baru Bu, tenang aja urusan sekolah nya biar aku saja yang tanggung " ucap Hendrik
"mama papa" ucap Eric yang dari tadi menyebut nama orang tuanya
********
"maa,paaa"
"Eric? bangun Eric kamu kenapa?" ucap Bella membangun Eric
"Bella?kita dimana?" ucap Eric sembari melihat sekitar
"kita di toko,kamu dari tadi ngigau terus menyebut mama sama papa kamu" ucap Bella
"maaf" ucap Eric
Eric meneteskan Ari matanya tanpa di sengaja, dan Bella mengelap air matanya itu dari pipi nya
"Eric kamu nangis?" ucap Bella
"maaff"
Bella langsung mengambil kepala Eric dan memeluknya
"nangis aja Kamu pasti cape, aku sudah tau semua tentang kamu, hari hari kamu sangat berat, dan kamu sudah melewati nya sendirian tapi kamu tenang aja ya, aku ada disini sekarang." ucap Bella mengelus elus kepala Eric.
"badan kamu panas gini, kamu pasti demam" ucap Bella
"maaf bel udah menyembunyikan semuanya" ucap Eric
"gapapa Eric, sekarang semua keluh kesah kamu ceritain ke aku ya, aku disini sekarang sama kamu" ucap Bella sambil memegang kedua pipi Eric
"untuk sekarang kamu harus istirahat yaa, biar aku yang mengurus kamu" ucap Bella sembari tersenyum.