Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 19 Kedatangan keluarga Donny (revisi)
“Kenapa nggak cerita kalau Tuan Donny Adriano itu yang menjadi suami kamu”, Fiona sudah tidak sabar mendengar cerita Mia. Walaupun dia tahu kalau Mia menikah karena di jodohkan, tapi dia tidak menyangka kalau boss nya itu yang akan di nikahi sahabatnya.
“Apa dia jahat sama kamu, suka main tangan?”, belum juga Mia menjawab pertanyaan pertamanya, Fiona kembali bertanya.
“Pelan-pelan nayanya, Fi”, tegurAlex lembut pada Fiona. Mia mengangguk angguk menatap Alex setuju.
“Ya sudah, jawab dong”, Fiona benar-benar sudah tidak sabar. Bukan karena kepo, dia hanya tidak ingin Mia menderita dan terluka sementara dia tidak tahu apa-apa seperti saat itu.
“Pertama, aku nggak tahu kalau dia boss kalian”, jawab Mia akhirnya. “Kedua, mas Donny baik kok, malam itu cuma salah faham”, jelasnya lagi.
“Pantas saja dia keliatan kaya banget, ternyata boss nya Oliver Group”, Mia terkekeh, selama ini dia tidak pernah mencari tahu siapa suaminya itu, dia hanya tahu namanya tapi tidak tahu siapa sebenarnya. Dia juga hanya tahu kalau Om Johan, sahabat ayahnya yang tidak lain ayah Donny orang yang kaya, tapi juga tidak tahu kalau ternyata sangat kaya.
“Aww…” Fiona menjitak kepala Mia membuatnya meringis. “Sakit tahu”, protesnya pada sahabatnya itu. “Aku ini Nyonya boss kalian yah, aku laporin sama suami aku tahu rasa kalian”, ancamnya, bercanda. “Biarin, siapa suruh bikin khawatir”. Alex hanya geleng-geleng kepala melihat dua wanita di depannya.
Mia tidak tahu saja kalau Fiona sudah lama menantikan hari di mana dia bisa bertemu dengan sahabatnya itu. Walaupun setiap hari mereka berkomukasi melalui pesan singkat, tapi tetap saja Fiona ingin mendengar langsung dari mulut Mia.
“Sejak hari tiu hubunganku dengan mas Donny membaik”, Mia mulai lagi bercerita. “Dan aku bisa lihat kalau dia orang yang penyayang dan juga lembut”.
“Tuan Donny memang orang yang ramah, tidak arrogant dan sombong”, timpal Alex. “itu yang membuat saya betah bekerja dengannya”, lanjutnya lagi membuat Mia menganggukan kepalanya.
Berbeda dengan Alex yang memuji Donny, Fiona justru menatap lekat Mia, seolah mencari sesuatu pada matanya. “Mi…”, Fiona menggenggam tangan Mia, seolah memberi tahu sesuatu padanya. Mia mengerti maksud Fiona.
“Mas Donny punya kekasih, dan mereka saling mencitai, Fi”, seolah menjawab apa yang ada di fikiran sahabatnya itu.
“Aku juga masih belum bisa membuka hati untuk siapapun”, lanjutnya meletakkan tangannya yang bebas di atas punggung tangan Fiona yang sedang mengenggam tangannya yang lain lalu tersenyum menatap Fiona, seolah meyakinkan sahabatnya itu kalau dia tidak akan jatuh cinta pada suaminya sendiri.
“Apaan sih, kok jadi melow”, tegur Alex yang melihat kedua wanita di depannya itu saling menggenggam di tambah dengan wajah sendu Fiona.
“Ihh.. siapa juga yang melow”, Fiona dan Mia saling melepaskan genggaman tangan mereka sambil tersenyum, Alex terkekeh melihatnya. Mereka lalu menikmati pesanan mereka masing-masing dan bercerita tentang hal-hal receh yang membuat mereka tertawa tanpa memperdulikan orang-orang yang melirik-lirik ke arah mereka.
Hari sudah semakin sore, bercerita bersama orang-orang yang menyayanginya kadang membuat Mia lupa pada identitasnya bahwa dia adalah seorang istri. Tapi dia tidak pernah melakukan hal-hal yang layaknya seorang istri lakukan, seperti menyiapkan pakaian kerja dan sarapan untuk suami atau menjemput suami di depan pintu saat suami pulang kerja. Semua itu di lakukan oleh Bu Mira, pelayan senior di rumah itu. Donny juga tidak pernah menuntutnya melakukan itu semua.
Kali ini Alex mengantar Mia sampai di depan pintu utama rumah Donny setelah tadi sudah menurunkan Fiona lebih dulu. Tidak ada lagi yang perlu Mia sembunyikan, dua sahabatnya sudah tahu siapa suaminya.
Bu Mira sudah menunggunya di depan pintu. Mia melambaikan tangannya pada Alex, lalu laki-laki itu melajukan mobilnya meningalkkan halaman besar itu setelah membunyikan klakson.
“Terima kasih”, ucap Mia setelah Bu Mira membukakan pintu untuknya. Mia terkejut ketika melihat Donny sedang berdiri di balkon kamar mereka. Mia melempar tasnya asal lalu menghampiri suaminya.
Dari atas balkon kamarnya, bisa terlihat dengan jelas teras rumah besar di depan pintu utama. Itu artinya mungkin saja tadi Donny melihatnya pulang di antar Alex. Mia melihat arah tatapan suaminya yang sepertinya tempat mobil Alex berhenti dan menurunkannya, lalu kembali melihat suaminya.
“Mas Donny lagi liatin apa?”, Donny sepertinya sudah menyadari kehadirannya sejak tadi, buktinya Donny tidak terkejut mendengar suaranya.
Donny menarik nafas dalam. “Siapa yang antar kamu?”, tanyanya dengan tatapan yang masih di tempat semula.
“Alex”, jawab Mia santai. “Katanya dia managernya Fiona Di OLV Group”, Donny mengangguk pelan.
“Lain kali kamu bisa minta Leo atau Al untuk mengantar ke mana pun kamu ingin pergi, tidak perlu merepotkan orang lain”. Donny masih berdiri di tempatnya dan tatapan juga masih belum teralihkan. Mia mengernyitkan dahinya merasa ada yang aneh, menurutnya laki-laki yang menjadi suaminya ini tidak pernah melarangnya pergi kemanapun dan dengan siapapun. Seperti apa yang ada dalam perjanjian mereka. Dan siapa tadi, Alfandi. Lebih baik dirinya naik ojek online atau angkutan umum dari pada harus minta tolong pada laki-laki kurang ajar itu.
Karena tidak mendapat jawaban, Donny akhirnya mengalihkan pandangannya. Dia menaikkan sebelah alisnya meminta jawaban istrinya. “Ehmm…”, Mia menganggukkan kepalanya walaupun dalam hatinya tidak akan pernah melakukannya.
Walaupun Donny sangat baik padanya, dia juga cukup tahu diri untuk tidak terlalu merepotkan orang-orang yang berada di sekitar Donny. Walau bagaimanapun semua ini hanya sementara saja, dia hanya tidak ingin terbiasa.
Waktu makan malam tiba, Donny dan Mia sedang berjalan menuju ruang makan setelah Bu Mira memanggil mereka tadi.
“Selamat malam anak-anak papa”. Donny tersenyum melihat orang tua dan kakaknya sudah duduk di meja makan. Sementara Mia, langkahnya terhenti menatap terkejut orang-orang yang ada di hadapannya.
“Kenapa datang nggak kasih kabar?” tanya Donny.
“Sengaja mau kasih surprise buat kalian”, jawab Karina kakak perempuan Donny. “Ini pasti Mia”, Karina berdiri menghampiri Mia yang masih terpaku di tempatnya.
“Saya Karina, kakak ipar kamu”, karina tersenyum lalu memeluk adik iparnya itu dan menarik tangannya membawanya duduk di samping Donny.
“Waktu kalian nikah saya nggak sempat datang, soalnya Raul lagi sibuk banget waktu itu”. Karina tidak hadir di acara pernikahan adiknya karena suaminya sangat sibuk waktu itu, dan dia tidak tega meningalkan suaminya yang memiliki beberapa restoran di Spanyol.
Mia hanya mengangguk sambil tersenyum, bibirnya masih kaku untuk berbicara. Dia memang selalu merasa canggung dengan orang baru, dan ini adalah keluarga Donny, gadis itu bingung bagaimana caranya harus bersikap. Apalagi tatapan tidak ramah yang di tunjukkan ibu mertuanya membuatnya merasa sangat tidak nyaman.