"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Permainan dimulai
Malam harinya, di rumah sakit kota. Hiden yang sudah waktunya pulang pun dengan cepat membereskan ruangannya dan siap-siap untuk pulang. Karena malam itu adalah malam penentuan siapa yang berhak memiliki Fairy melalui taruhan dengan Yigon.
TOK! TOK! TOK!
KRIEETT!
"Permisi dokter Hiden, ini adalah surat pengajuan percepatan tanggal operasi pasien atas nama bapak Agung. Bukankah sudah ada pendonor yang siap kemarin?" kata seorang asisten dokter yang datang disaat Hiden sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk pulang.
"Baiklah, taruh saja di atas meja. Besok saya cek dan saya beri keputusan," sahut Hiden.
"Tapi dok, pasien ingin mendengar keputusan secepat-"
"Tapi sekarang sudah waktunya saya pulang. Kalau saya lembur juga ga bakal dapat gaji tambahan, dan melakukan operasi juga tidak bisa sekarang. Apa susahnya menunggu hingga besok pagi? Jangan bikin saya emosi jika tidak ingin dimutasi, saya pulang dulu," Hiden memotong kata si asisten dengan marah.
Si asisten dokter itu pun menjadi terkejut dan terdiam, karena biasanya Hiden tidak pernah memarahinya ataupun orang lain di rumah sakit ini. Ini pertama kalinya dia melihat ekspresi wajah Hiden yang runyam dan gelisah penuh amarah.
...----------------...
Sesampainya di rumah keluarga Doori, Hiden membuka jas dokternya dan langsung memanggil Fairy begitu masuk ke dalam rumahnya.
"Fairy!" panggilnya.
"Selamat datang kembali Tuan Mu-"
"Dimana Fairy?" tanya Hiden memotong sambutan bibi Anna.
"Nona... Nona tadi keluar dijemput oleh temannya, kalau tidak salah, bernama Osuria," sahut bibi Anna sambil membantu Hiden memegangi jas nya.
"Pergi kemana? Dengan mobil atau dengan motor?" tanya Hiden mendetail.
"Dijemput dengan mo- Ah itu Nona sudah kembali!" bibi Anna melihat ke luar, Fairy sudah pulang bareng Osuria menggunakan motor comelnya.
Melihat Fairy turun dari motor, Hiden langsung berjalan keluar mendekati Fairy dan Osuria yang masih berbincang tentang keseruan mereka bermain diluar.
"Fairy," panggil Hiden sembari merangkul pundak adiknya itu.
"Iya kak? Tadi Riri main ke-"
"Bersiaplah, kakak akan mengajakmu keluar sekarang," kata Hiden lagi-lagi memotong perkataan orang yang berbicara dengannya.
"T-tapi, Osuria malam ini akan-"
"Tidak apa-apa Riri, mungkin lain kali saja. Kalau begitu, Ria pamit pulang dulu ya, permisi kak, dadah Riri!" kata Osuria pergi dengan rasa kecewa akan sikap Hiden yang tak ramah kepadanya.
"Lepas kak! Sebenarnya ada apa? Kau mengusir Osuria secara tidak langsung!" kata Fairy marah, dia berjalan masuk ke rumah dengan cepat, dia juga kecewa dengan Hiden yang merusak suasana.
...----------------...
Singkat cerita, Fairy yang tadinya ngambek kini mulai terlihat penasaran dengan Hiden yang bersiap dengan sempurna. Apalagi Hiden tadi sempat mengajaknya keluar bareng.
"Kakak! Mau kemana?" tanya Fairy yang ingin ikut, tapi masih ragu.
Hiden yang hendak masuk ke mobilnya pun menoleh ke arah Fairy.
"Kenapa? Mau ikut?" tanya Hiden sedikit meledek.
"Ikutttt!" Fairy langsung bersemangat dan bersiap secepat mungkin.
Hiden berkali-kali melirik jam tangannya sambil terus menunggu Fairy selesai bersiap. Dia berfikir, kenapa dia harus mengajak Fairy? Sebenarnya ini adalah sebuah kesalahan.
...----------------...
Sementara itu, Yigon telah sampai ke kasino. Lantai atas yang dia sewa satu lantai penuh, hanya untuk dia dan Hiden. Semua itu ia lakukan untuk memperjuangkan Fairy.
"Ini sudah pukul 8 malam, sebenarnya dia bakal datang atau tidak?" gumam Yigon sambil terus melihat jam di ponselnya dan juga jam tangannya.
Dia terus kepikiran, bagaimana jika Hiden mengingkari janjinya dan tidak mau memberikan Fairy kepadanya. Lagi-lagi Yigon melihat ke bawah, tapi Hiden masih belum terlihat seujung hidung pun.
Hingga 30 menit pun berlalu....
...----------------...
"Ehhh??? Kasinoo??" Fairy terkejut saat Hiden membawanya ke Kasino.
Hiden tidak menjawab ataupun menanggapi Fairy yang terlihat terkejut begitu sampai di Kasino tempatnya janjian dengan Yigon. Tangannya terus menggandeng tangan Fairy agar tidak kelepasan.
"Permisi pak! Apakah anda tamu undangan?" tanya dua penjaga yang mencegat Hiden dan Fairy masuk ke dalam.
Dengan tenang Hiden memasukkan tangannya ke saku celananya, mengambil kartu yang telah Yigon berikan kepadanya beberapa waktu lalu. Memperlihatkan nya kepada kedua penjaga itu.
Kedua penjaga itu pun terkejut, mereka saling bertatapan dan langsung mengizinkan Hiden dan Fairy masuk setelah melihat kartu akses yang Hiden perlihatkan.
Para petinggi yang berjudi disana merasa heran begitu melihat Fairy diizinkan masuk ke Kasino. Begitu juga dengan para pekerja disana.
"Permisi kak! Apa kalian adalah tamu undangan?" tanya salah satu petugas, sama seperti pertanyaan yang para penjaga di depan tanyakan kepada mereka.
Fairy terus menggenggam erat tangan Hiden, dia merasa gerah dan pusing saat berada di tempat seperti itu. Seperti biasa, Hiden hanya perlu memperlihatkan kartu akses yang sudah Yigon berikan kepadanya.
Sikap para pekerja langsung berubah saat Hiden memperlihatkan kartu akses itu. Mereka mengantarkan Hiden dan Fairy ke lantai atas, tempat Yigon telah menunggu mereka dengan cukup lama.
"Akhirnya kau datang dokter," sambut Yigon. Sebotol minuman soda menemani dirinya menunggu kedatangan Hiden disana.
"Huh?" Yigon terkejut begitu Fairy tiba-tiba muncul dari balik punggung Hiden.
"Maaf lama Tuan direktur," kata Hiden yang terus menggenggam tangan Fairy.
Fairy yang kebingungan dengan situasi saat itu pun menjadi pusing. Kakak dan pacarnya sedang berselisih? Lalu, kenapa dia ada disana saat itu?
Tak lama kemudian, petugas Kasino cantik nan bohay datang membawakan kertas yang sudah dibentuk persegi, dan juga papat untuk membatasi meja kiri dan kanan yang sudah disediakan.
Peraturan permainannya sederhana, salah satu pemain yang bertugas menulis, akan menulis di kertas persegi yang telah disediakan dengan menulis angka 1-9. Dan pemain yang bertugas menebak, diharapkan bisa menebak angka yang lawan tulis. Jika tebakannya benar, maka satu poin akan menjadi miliknya, jika salah maka nilainya adalah nol.
Yigon duduk di meja kanan, Hiden di meja kiri, dan Fairy berdiri di antara mereka. Jadi Fairy bisa melihat angka yang Hiden ataupun Yigon tulis. Jika Fairy ingin salah satu dari mereka memenangkan permainan, maka Fairy memiliki kesempatan untuk membocorkan angka yang salah satu pemain tuliskan.
Fairy berada di antara pilihan yang sulit. Jika dia membantu kakaknya untuk menang, maka ia tidak akan bisa bersama dengan Yigon. Tapi jika ia membantu Yigon, maka ia akan tinggal bersama Yigon dan berpisah dengan kakaknya.
"Sebenarnya kenapa kalian melakukan ini?" tanya Fairy melirik Yigon dan Hiden yang terlihat serius mempersiapkan permainan.
"Ini pilihan kami, karena kau dilibatkan dalam permainan ini, jadi kau berhak memilih siapa orang yang akan kau bantu memenangkan permainan ini," sahut Yigon.
Daripada sibuk berfikir siapa yang akan ia bantu, Fairy memilih untuk bersikap netral dan tidak akan membocorkan angka yang ditulis para pemain.
Siapapun pemenangnya, dia berharap semuanya berjalan dengan baik. Tidak ada lagi pertengkaran ataupun perbedaan pendapat antara Hiden dan Yigon, karena semuanya akan ditentukan melalui permainan ini.
Setiap pemain mendapatkan kesempatan menebak sebanyak 8 kali dari 9 angka yang akan ditulis. Yang mendapatkan poin paling banyak adalah pemenang nya.
Saat semuanya telah siap, permainan pun dimulai!