Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Nadia memegang pipinya yang seperti ingin terbakar, pipinya merah semerah tomat. Detak jantungnya berdetak tidak karuan membuatnya kesulitan mengambil nafas.
“Di antar siapa, Nad” Nadia terlonjak kaget saat merasa seseorang menepuk pundaknya.
“Vanesa” serunya dengan nada kesal.
“Kenapa, kayak liat setan aja” kata Vanesa. Nadia menghentikan langkahnya lalu melirik Vanesa yang berjalan dengan wajah lesu di sampingnya.
“Vanesaaaa” teriak Nadia memeluk Vanesa dengan erat.
“Ini anak kenapa sih, tadi aja ngambek, sekarang malah teriak kayak orang kesurupan”,kata Vanesa melepas pelukan Nadia.
“Tuan Bintang...” katanya.
“Tuan Bintang kenapa, dia sudah menyatakan perasaannya ke kamu?” tanya Vanesa asal, tapi dia terkejut begitu melihat Nadia mengangguk dengan wajah malu. Vanesa menutup mulutnya takut ada binatang yang masuk ketika dia membukanya dengan selebar mungkin karen terkejut.
“Secepat itu, Nad?” seru Vanesa yang di ikuti anggukan Nadia.
“Gilaaa” Vanesa benar-benar tidak percaya Nadia secepat itu mendengar pengakuan dari Bintang.
“Ceritanya nanti aja, akuu mau nyontek dulu. Semalam nggak sempat kerja tugas” katanya menarik tangan Vanesa menuju kelas mereka.
“Tumben, memangnya semalam kamu bikin apa sampai nggka kerja tugas?” canda Vanesa yang membuat pipi Nadia kembali merona mengingat kejadian semalam.
“Vanesa” katanya meminta Vanesa berhenti meledeknya.
“Eh, Angel mana?” tanya Nadia yang tangannya sibuk menyalin tugas dari buku Vanesa.
“Itu dia” kata Vanesa menunjuk Angel dengan matanya yang sedang berjalan ke arah mereka.
“Macet banget, sumpah” katanya sambil meletakkan tasnya di atas meja.
“Kamu tidak lihat ada yang beda dari Nadia?” tanya Vanesa melirik Angel.
“Vanesa, sudah dong. Aku kan jadi nggak konsentrasi menulis. Bentar lagi sudah bunyi bell”, protes Nadia dengan cemberutnya yang justru terlihat sangat imut.
“Nadia kenapa memangnya?” bukannya berhenti menggoda, mereka malah semakin menjadi-jadi. Nadia yang mulai kesal pada kedua temannya itu memilih duduk di kursi paling belakang agar bisa menyelesaikan tugas sekolahnya itu.
Sesekali Nadia melirik Vanesa dan Angel yang sudah pasti bergibah tentang dirinya dan Bintang. Nadia hanya geleng-geleng kepala sambil terus menyalin tugas sekolah dari buku Vanesa.
Tidak puas bergibah di belakang orangnya, Vanesa dan Angel malah mendatangi Nadia dan kembali meledeknya. Tidak mau menanggapi ke usilan temannya, Nadia kembali ke mejanya setelah tugasnya selesai. Tidak lama kemudian, bel tanda pelajaran pun di mulai. Bukannya berhenti, Vanesa dan Angel malah terus saja meledek Nadia.
Jam pulang sekolah akhirnya tiba, Vanesa dan Angek menarik tangan Nadia untuk mengintrogasi temannya itu.
“Jadi semalam kamu bikin apa sama Tuan Bintang sampai kesiangan begitu, tidak mengerjakan tugas lagi,” masih terus meledek Nadia.
Wajah Nadia kembali merona mengingat apa yang dia lakukan bersama Bintang semalam.
“Kalian sudah...?” tanya Vanisa sambil tangannya mencotohkan orang yang sedang berciuman. Nadia tertunduk malu membuat heboh kedua temannya.
“Ihhh, kalian kenapa sih, ribut banget,” seru Nadia melihat keheboan temannya. Nadia lalu menceritakan dengan malu-malu apa yang terjadi semalam pada kedua temannya itu.
“Tapi Tuan Bintang masih ingin meyakinkan perasaannya, dia belum sepenuhnya yakin kalau dia suka sama aku,” kata Nadia melanjutkan ceritanya.
“Dia suka sama kamu, Nad. Hanya suka yang seperti apa yang ingin dia pastikan,” kata Vanesa mendengar cerita Nadia.
“Kalau dia hanya penasaran dan akhirnya tetap bersama Nyonya Sarah, apa yang harus aku lakukan, aku pasti malu banget dan tidak berani lagi menampakkan diri di depannya”
“Yang harus kamu lakukan adalah meyakinkan Tuan Bintang kalau dia memang jatuh cinta sama kamu,” Bukan Vanesa dan Angel kalau tidak memberi semangat pada temannya.
“Terus kalau dia memang jatuh cinta?”
Vanesa dan Angel terdiam sesaat.
“Berarti kamu beruntung” jawab Vanesa.
“Aku jadi pelakor beneran dong” Nadia tersenyum malu membayangkan dia dan Bintang benar-benar bisa bersama. Hal itu membuatnya semakin ingin merebut Bintang dari Sarah.
“Eh, tapi dari tadi kita cerita tentang aku melulu. Keadaan di rumah kalian bagaimana? Kapan kalian balik lagi ke apartemen? Di rumah sudah ada du pelayan baru, jadi aku bisa bebas lagi,” kata Nadia panjang lebar.
Vanesa menarik nafas berat. “Biasa aja, Mama sama Papa ada di rumah kalau malam aja. Aku bahkan tidak melihat mereka waktu sarapan”, keluh Vanesa tentang ke adaan di rumahnya.
“Tapi kayaknya minggu depan mereka sudah mau ke luar negeri lagi,” sambung Vanesa.
“Iya, aku juga sudah tidak sabar balik ke apartemen. Di rumah cuma buat aku mau menangis setiap hari,” cerita Angel. “Kalau kakak dapat dada ayam, aku pasti cuma sayapnya aja. Kalau dia dapat potongan martabak yang besar, aku cuma pinggirinnya aja yang nggak ada dagingnya” sambungnya.
Sebenarnya Angel sangat mampu membeli makanan appaun yang dia inginkan mengggunakan kartu yang di berikan Bryan padanya, tapi orang tuanya pasti akan bertanya-tanya dari mana dia mendapatkan uang untuk membelinya sedangkan uang jajannya tidak seberapa.
“Orang tua diskriminatif. Aku kesal banget sama Mama dan Papa. Aku kadang bertanya-tanya, apa aku ini anak pungut. Itu sebabnya mereka tidak sayang sama aku seperti sama Kak Marisa,”
“Angel, nggak boleh bicara seperti itu, kamu mirip banget sama Papa kamu, mana mungkin kamu anak pungut,” seru Nadia tidak terima Angel mengatakan kalau dirinya anak pungut.
“Atau kamu anak selingkuhan, jadi Papa kamu selingkuh smaa perempuan lain dan melahirkan kamu. Mungkiin itu sebabnya Mama kamu membeda-bedakan kamu...”
“Vanesaaaa, jahat banget skenario kamu,” teriak Angel dengan wajah sedih tidak terima dengan skenario Vanesa.
“Kalau memang aku anak selingkuhan, terus siapa Mama kandung aku?” Nadia dan Vanesa memeluk Angel yang sudah akan menangis, padahal itu hanya candaan yang sama sekali tidak benar.
“Pulang yuk, aku antarkalian satu-satu,” kata Vanesa menawari tumpangan pada teman-temannya. Padahal itu hanya akal-akalannya saja, padahal sebenarnya dia ingin membawa kedua temannya itu di rumahnya.
Nadia dan Angel tidak berhenti protes saat mobil tidak malah mengarah ke rumah Vanesa, tapi gadis cantik itu hanya terkikik geli dan tidak menggubris celotehan Nadia dan Angel.
“Aku belum bilang sama Tuan Bintang , Vanesa. Nanti kalau aku kena omel bagaimana?” protes Nadia.
“Aku juga Nggak bilang sama Mama. Kalau Kak Marisa pulang sebelum aku, aku bakalan jadi korban diskriminasi lagi”, Angel ikut protes membayangkan Ibunya akan membandingkan kakaknya yang selalu pulang tepat waktu dan tidak pernah berkeliaran seperti dirinya.
“Bentar aja, habis makan langsung aku antar pulang. Aku rindu tahu makan bareng” kata Vanesa beralasan.
Saat sampai di rumah Vanesa, mereka tidak langsung di ajak ke ruang makan melainkan ke kamar Vanesa. Angel dan Nadia di buat takjub dengan isi kamar Vanesa yang sudah seperti toko barang-barang branded.
Mereka mengelilingi kamar Vanesa, melihat semua koleksi tas dan sepatunya. Membuka lemari mencari baju atau gaun yang bisa mereka ambil karena Vanesa sudah mengatakan kalau mereka boleh ambil ap saja yang mereka mau.
Saking senangnya mencari barang apa yang mereka inginkan sampai lupa kalau hari sudah semakin sore dan mereka bahkan belum makan siang. Setelah makan, Vanesa menepati janjinya untuk mengantar teman-temannya pulang.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.