"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 04 Kita Sudah Ditakdirkan Bertemu
Hari sudah semakin sore. Sinar matahari sudah mulai redup di upuk barat. Lia baru saja selesai mencuci baju di sungai. Bu Warti tadi menyuruh nya mencuci semua pakaian padahal hari sudah menjelang sore.
Azan magrib terdengar sayup-sayup di telinga Lia ketika dia baru saja selesai mandi. Setelah mencuci tadi, Lia langsung sekalian mandi sore karena sudah telanjur basah.
Seperti kebiasaan di kampung, Lia merendam dirinya di sungai untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia menyudahi acara mandi nya dan bersiap untuk pulang. Hari sudah masuk waktu magrib dan suasana sudah sepi. Dengan tergesa-gesa, Lia berjalan pulang di antara bayangan senja yang mulai menggelap.
Lia tak menyadari bahwa ada sepasang mata berwarna kuning dengan bintik hitam di tengah itu, menatap kepergian nya. Sepasang mata itu adalah milik Mahesa Bramantyo.
"Lia, ....kasihan sekali kamu. Mereka semua sudah memperlakukan kamu dengan buruk dan tidak manusiawi,...." bisik pemilik wajah tampan itu seraya menatap punggung Lia yang perlahan-lahan menghilang di balik rimbun pepohonan dan semak yang mulai berwarna gelap.
***
Malam telah tiba. Di kamarnya, Dahlia merasakan kantuk yang teramat sangat. Rasa lelah yang dia rasakan akibat pekerjaan yang dilakukan tanpa henti membuat gadis itu langsung terlelap setelah mencium aroma bantal.
"Dimana aku...?" pikir Lia. Dia terbangun dan mendapati dirinya bukan berada di dalam kamarnya melainkan ada di suatu tempat yang asing.
"Tempat apa ini?" Lia merasa bingung dan tak tahu harus kemana dan bagaimana.
"Dek,..." sebuah suara memanggilnya. Lia menoleh dan dia melihat Mahesa, cowok yang kemarin malam dia temui dalam mimpi, berada tepat di belakang nya.
Pria tampan itu sedang tersenyum menatap nya. Sejenak, Lia terpana menatap senyum manis Mahesa. Ahh,.... tampan sekali, pikir Lia. Rambut panjang sebahu Mahesa tertiup angin membuat ketampanan pemuda itu meningkat berlipat-lipat.
Gadis itu jadi salah tingkah. Lalu kemudian dia tersadar dan cepat membuang pandangannya. Ada rasa panas yang menjalari permukaan wajah nya setelah sempat bersitatap dengan Mahesa.
"Mahesa, .... " Lia mencoba menenangkan debur jantung nya yang berdegup kencang tak beraturan. Malu - malu, dia menatap Mahesa yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Hai, Lia...!" sapa Mahesa dengan senyum yang tak lepas dari birainya yang berwarna merah jambu namun pucat itu. "Kita bertemu lagi, ya. Aku senang bisa bertemu dengan mu lagi," ucap pemuda itu.
"Aku juga, Kang." jawab Lia. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat itu. Dia merasa tidak mengenal tempat itu.
"Kenapa, ...apa ada yang aneh?" tanya Mahesa. Dia juga ikut memperhatikan tempat itu.
Lia menganggukkan kepalanya. " Iya, benar. Aku tak mengenal tempat ini. Jadi aku...."
"Kamu takut?" tanya Mahesa.
Lia menganggukkan kepalanya. "Iya, sedikit..." jawab Lia. Mahesa tertawa ketika melihat ketakutan di wajah Lia.
"Jangan takut,..... kamu aman ketika bersama ku," ucap Mahesa. Dia mengandeng tangan Lia dan membawa gadis itu melangkah bersama nya. Namun gadis itu masih terlihat enggan dan ragu - ragu untuk melangkah. Mahesa berhenti dan berpaling menatap Lia.
Dia tahu apa yang ada di benak gadis itu.
"Kenapa berhenti,....apa kamu masih meragukan aku?" tanya Mahesa.
"Kamu masih belum mengatakan di mana kita. Apakah kita berdua ini berada di dunia mimpi?... tapi jika kita sungguh berada di dunia mimpi, mengapa bunga mawar itu bisa terselip di telingaku?" Mahesa terbungkam mendengar pertanyaan Lia. Rupanya gadis itu cerdas juga. Lia menyadari adanya keanehan yang dia alami ketika bersama Mahesa semalam.
"Jadi, aku mohon jawablah pertanyaan ku. Katakan dimana kita saat ini?" Lia kembali bertanya karena masih penasaran.
Mahesa menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Lia. Dia bingung apakah harus jujur mengatakan yang sebenarnya ataukah dia berbohong saja.
Mahesa takut jika dia jujur, Lia akan merasa takut dan tak ingin bertemu lagi. Dia tak mau jika hal itu sampai terjadi. Diam - diam dia merasa takut jika Lia tak mau lagi berteman dengannya setelah tahu kenyataan yang sebenarnya.
Tapi jika dia tak jujur, bagaimana jika akhirnya Lia tahu dan kemudian menjauhinya..?
"Baiklah, .... tapi berjanjilah jangan menjauhiku jika aku mengatakan yang sebenarnya." ujar Mahesa.
"Apaan, sih. Mana mungkin aku menjauhi mu. Katakan saja, memang nya kita ada dimana?"
"Baiklah, tapi kamu janji, ya, nggak akan menjauh pergi apalagi takut padaku." Mahesa menggenggam tangan Lia.
Kening Lia berkerut mendengar ucapan Mahesa yang terakhir. Takut? Apa dia tak salah ucap? memang nya ada apa dengan wajah Mahesa ? Nggak ada yang menakutkan bagi Lia. Juga tak ada yang aneh selain gaya pakaian pemuda itu saja yang kuno persis seperti orang zaman dahulu.
"Kita ada di dunia bangsa jin, " ucap Mahesa.
Lia tersentak dan mundur selangkah menjauh dari Mahesa. "kita ada di... alam jin,.... tidak,... ini tidak mungkin. Bagaimana bisa? "
"Dek,...dengarkan aku bicara dulu, aku mohon, kamu jangan takut seperti itu," Suara Mahesa seperti menghipnotis lia. Gadis itu terdiam sembari menatap Mahesa tatapan aneh. Pemuda itu tampak menghela napas.
"Maafkan aku, aku membawa mu ke dunia ku," ucap Mahesa.
Wajah Lia berubah pucat dan ketakutan. Dia menyadari satu hal. Jika pemuda itu membawa nya ke alam jin, berarti dapat dipastikan Mahesa adalah seorang jin. "Jadi maksudnya, kamu teh adalah jin, begitu? "
Mahesa menganggukkan kepala. "Iya, benar, aku adalah jin." jawab Mahesa.
Lia memaku diam tak bergerak. Shock dan tak percaya. Ada juga perasaan takut. Jantung nya berdetak cepat dan napasnya memburu.
"A..apa,....benar akang bilang? Jin..? Jadi, kamu teh benaran adalah jin?... dan kita.... Eh maksudnya aku ada di dunia jin?" Masih dengan ekspresi tak percaya Lia bertanya pada Mahesa.
"Iya, ....tapi jangan khawatir... aku bukan lah jin jahat. aku golongan dari jin muslim. Dan aku tidak akan menyakiti kamu," ucap Mahesa dengan sorot mata penuh permohonan.
"Tak mungkin, ... ini tidak mungkin, " Lia masih mencoba untuk membantah. Lia kembali melangkah mundur ke belakang. Rasanya Lia ingin lari dari kenyataan ghaib yang terjadi pada dirinya.
Namun anehnya, walaupun dia sudah mundur dan menjauh dari Mahesa, namun jarak di antara mereka tak berkurang sedikitpun. Mahesa tetap berada di hadapan nya padahal pemuda itu tak bergerak selangkah jua.
"Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, dek. Kita berdua sudah di takdirkan untuk bertemu. Kamu adalah jodohku. Aku sudah menunggu mu sejak lama, " ucap Mahesa. Dia meraih jemari tangan Lia dan meletakkan nya di dada bidang pemuda itu.
"Tapi bagaimana itu bisa terjadi? Kita baru saja bertemu."
"Memang kita baru bertemu. Tapi ketahuilah, aku sudah lama melihatmu. Dan aku telah jatuh cinta padamu. Kamu bisa merasakan detak jantungku yang berdegup kencang saat ini. Aku tak bohong, aku mengatakan yang sebenarnya. Aku mencintaimu sejak dulu, dek... " ujar Mahesa.
Lia terpaku menatap jari jemari nya yang gemetaran merasakan debaran jantung Mahesa ketika menyentuh dada bidang pemuda itu.
Tanpa Lia sadari, tubuh mungilnya sudah berada di pelukan Mahesa. Dia bahkan sudah tak takut atau gemetar seperti tadi. Mahesa mendekap erat tubuh Lia.
Lia merasakan kenyamanan dalam dekapan tubuh Mahesa. Jantung nya bahkan kini berdebar tak henti. Ada perasaan aneh yang menggelitik ketika akhirnya Lia juga membalas pelukan Mahesa. Keduanya kini saling berpelukan dalam diam.
Deg,... deg...deg,...
Jantung Lia berpacu lebih cepat dari biasanya. Ada desiran aneh yang menggeleyar saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Mahesa.
Jarak dirinya dan Mahesa sangat lah dekat sehingga dia dapat mendengar deru napas pemuda itu. Hingga Mahesa menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Lia. Napasnya memburu menerpa wajah Lia.
Lia memejamkan mata ketika merasakan napas pemuda itu di wajahnya. Tubuhnya bergetar ketika merasakan bibir Mahesa menyentuh bibirnya. Lia menahan napas ketika bibir Mahesa meraup bibirnya dan melumat nya dalam. Sepersekian detik, Lia merasa melambung.
Suara kokok ayam jantan membangunkan Lia dari tidurnya. Lia membuka mata dan beranjak bangun. Bergegas melangkah ke luar kamar dan melihat ke arah jam yang tertempel di dinding. Pukul 05.00 pagi.
"Hmm, sudah pagi rupanya," Lia melangkah ke dapur untuk memulai aktivitas nya. Namun pikiran nya melayang- layang pada mimpinya semalam. Tanpa sadar Lia meraba bibir nya. Merasakan bekas bibir Mahesa yang sepertinya masih menempel di bibirnya.
"Apa benar yang dikatakan Mahesa semalam. Dia adalah jodohku," Lia bergumam sendiri. Pipinya bersemu merah ketika teringat kejadian yang dia alami semalam. Berada dalam pelukan Mahesa sungguh membuat dia melayang.
Hati Lia berdesir. Diam - diam dia juga mulai menyukai pemuda jin yang tampan itu. Tapi apakah itu boleh? Jelaslah dunia dia dan Mahesa sangat berbeda. Dia manusia , sedangkan Mahesa adalah Jin? Apakah manusia boleh berhubungan dengan jin? Bolehkah jika dia mencintai Mahesa..?
Tapi, kata Mahesa, mereka sudah ditakdirkan bertemu dan berjodoh. Apakah semua itu benar adanya?
Jangan lupa like, subscribe dan komen yang seru.
#Minaaida
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...