NovelToon NovelToon
Hanya Permainan

Hanya Permainan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Pemain Terhebat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:430
Nilai: 5
Nama Author: Bada'ah Hana

Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?

permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Haruskah Aku Mati?

Keesokan paginya, giliran Alex yang mendapatkan notifikasi dari ponselnya. Alex menghela nafas sejenak sebelum memberitahu Zayyan mengenai gilirannya. Zayyan yang mendengarkan Alex mengangguk perlahan. Ada rasa sedih namun juga senang. Zayyan menepuk bahu Alex sebelum anak laki-laki itu meninggalkan kamar mereka.

"Kamu harus bisa. Kamu harus kembali dengan selamat." Kata Zayyan yang sedikit lebih tegas dari biasanya.

Alex tersenyum dan berkata dia akan selamat di permainan ini. Kini, Alex meninggalkan kamar mereka. Dimana hanya tersisa Zayyan yang masih berdiri mematung melihat sosok sahabatnya pergi melanjutkan permainan.

Zayyan menatap seluruh ruangan tersebut. Kini tersisa dua tempat tidur, dan hari ini pasti satu tempat tidur akan dibawa pergi ke tempat lain. Dan menyisakan Zayyan di tempatnya. Mereka yang tadinya berempat, dimana setelah permainan selesai mereka saling menghibur satu sama lain.

Kiki pergi lebih awal menuju alam lain, Kenji sudah pergi kemarin dan hari ini adalah giliran Alex untuk melanjutkan permainannya. Bisa saja besok antara Gita, Ela dan Zayyan yang akan pergi. Beberapa saat kemudian, pintu di ketuk oleh seseorang.

Begitu Zayyan membukanya, terlihat wajah manis Ela didepan pintu tersebut. Kedua alis Zayyan terangkat begitu melihat gadis tersebut ada di depannya. Ela tersenyum dan menarik Zayyan keluar dari kamarnya. Mereka menuju lapangan golf dimana teman-temannya dikubur.

"Kamu pasti kangen sama Mada, kan? Kalian deket banget loh." Ucap gadis berambut hitam tersebut.

"Tapi, siapa sangka kalau Mada adalah Seeker. Kamu juga gak nyangka Sena juga Seeker, kan?"

"Iya. Aku kangen sama Sena. Dia pasti gak ngebolehin aku pergi sendirian. Alasannya takut kalau aku hilang. Padahal aku bukan anak-anak lagi." Kata Ela saat menatap makam sahabat lamanya ini.

Zayyan terdiam mengingat bagaimana Sena memperlakukan Ela saat permainan terakhir Hide and Seek. Nampak gadis berambut hitam itu berduduk jongkok di depan makam sahabat lamanya ini. Air matanya menetes perlahan-lahan.

Zayyan bisa mengerti bahwa Ela sangat menyayangi Sena. Begitu juga sebaliknya. Namun, karena cinta persahabatan mereka menjadi rusak. Dan Ela harus berpisah dengan Sena untuk selama-lamanya. Sama halnya dengan Zayyan dan Mada.

Mereka juga sangat dekat. Bahkan bisa dibilang bahwa Mada adalah sahabat terbaik. Dimana Zayyan menganggap Mada sebagai rumah keduanya disaat orang tuanya sudah berpisah. Bahkan Zayyan dianggap tidak berguna oleh kedua orangnya.

Banyak yang mengatakan akibat Zayyan lahir ke dunia, membuat kedua orang tuanya bercerai. Keluarga dari Ayah Zayyan bahkan menganggap dia adalah anak tidak berguna. Sama halnya dengan keluarga Ibunya. Pada usia 12 tahun, Zayyan akhirnya dibawa ke panti asuhan. Di tempat tersebut, Zayyan membuktikan dirinya bisa melakukan apapun dengan kedua tangannya ini.

Zayyan meraih prestasi yang membuat pendiri Panti Asuhan sangat bangga padanya. Hingga akhirnya Zayyan diadopsi oleh pemilik panti asuhan tersebut. Karena, pemilik panti asuhan itu tidak memiliki istri ataupun anak akibat beliau sibuk mengurusi anak-anak yang dibuang oleh orang tuanya.

Usia beliau sudah mencapai 50 tahun. Hanya orang panti yang dulunya diasuh oleh beliau, kini menjaga beliau. Begitu pula dengan Zayyan.

"Zayyan." Panggil Pak Agus selaku pemilik panti yang kini duduk di halaman rumah bersama Zayyan.

"Iya, Pak?"

"Habis lulus SMA, kamu mau kuliah?" Tanya beliau.

"Gak deh, Pak. Nanti siapa yang jaga Bapak kalau Zayyan kuliah?"

"Yan, Bapak tuh masih sehat! Jangan remehin Bapak dong!" Ledeknya.

"Bapak mah."

"Lagian, Bapak pingin anak Bapak bisa dapet gelar yang bagus. Yan, kamu anak Bapak. Meskipun Bapak bukan orang tua kandung kamu. Kalau semisal mereka datang pas kamu udah sukses, jangan durhaka sama mereka loh."

"Tapi, Pak. Zayyan kan gak ada biaya buat kuliah." Kata Zayyan.

"Beasiswa SMA ini aja Zayyan udah Alhamdulillah." Lanjutnya.

Pak Agus tersenyum. Beliau menepuk bahu Zayyan dengan lembut.

"Yan, Bapak mau anak Bapak bisa dapet gelar dan kerjaan yang bagus. Kamu dulu pernah bilang mau jadi Guru, kan? Bapak mau lihat kamu lagi pakai seragam guru. Pasti keren!" Kata Pak Agus dengan lembut.

"Yan, jangan sakit hati kamu dibilang gak bisa apa-apa. Kamu pasti bisa. Kamu masu berusaha, kamu pasti bisa. Jangan berhenti buat raih apapun yang ingin kamu raih." Kata Pak Agus sembari tersenyum menatap anak angkatnya.

Tanpa sadar, di depan makam Mada. Zayyan meneteskan air matanya. Mada selalu mengatakan hal yang sama seperti Pak Agus, orang tua angkatnya.

"Yan, aku minta maaf kalau ada salah, apapun itu yang pernah aku lakuin ke kamu." Kata Mada saat permainan Hide and Seek.

"Eh? Kenapa tiba-tiba? Ada apa nih? Kamu gak salah apa-apa, Da." Kata Zayyan.

"Yan, kita gak tau apa aku bakal bisa melanjutkan permainan ini bareng kamu. Yan, kalau aku mati. Kamu harus janji bakal lanjutin hidup kamu buat selesain permainan ini. Pulang dengan keadaan selamat. Pak Agus udah nungguin kamu tau. Salam buat beliau." Ucap Mada sembari tersenyum menatap sahabatnya ini.

"Ngomong apaan sih? Kamu kan Hider. Kita bisa keluar dari permainan ini bareng-bareng, Mada." Kata Zayyan yang merasa aneh dengan Mada.

Mada terdiam. Anak laki-laki itu hanya tersenyum menatap sahabatnya itu. Di permainan hide and seek, Zayyan tidak menyangka ternyata Mada adalah Seeker. Padahal mereka selalu bersembunyi di tempat yang sama. Namun, Mada malah membiarkan Zayyan tetap hidup. Harusnya, Mada bisa melakukan itu.

Tapi, Mada malah membiarkan Zayyan pergi begitu saja. Zayyan kembali meneteskan air matanya perlahan-lahan di depan makam Mada. Zayyan akhirnya mengerti ini maksud ucapan permintaan maaf Mada pada saat itu.

"Aku maafin kamu, Mada." Ucapnya perlahan.

Mada adalah sahabat terbaik meskipun dia juga ingin bertahan diri dan melanjutkan hidup. Akan tetapi, Mada justru ingin mengakhiri hidupnya. Meskipun dia harus berpura-pura baik saat permainan dimulai. Karena pada saat yang sama, Sena dan yang lainnya sudah merencanakan ini.

"Aduh aku cariin kalian, ternyata disini." Kata Gita yang berlari ke arah Zayyan dan Ela.

"Gita. Ada apa?" Tanya Zayyan sembari mengusap air matanya. Sementara Ela berdiri menghadap Gita yang mulai berhenti di hadapannya.

"Gak apa-apa sih. Kalian gak apa-apa?" Tanya Gita.

"Apa? Kita gak apa-apa." Jawab Ela.

"Bener, kita gak apa-apa." Ucap Zayyan.

"Oh iya udah deh. Mau ke cafetaria bareng, gak? Aku pingin ngemil!" Ucapnya sembari merangkul lengan Ela.

"Boleh deh. Aku pingin es krim." Kata Ela.

"Awas makin manis loh." Ledek Zayyan.

"Cieee." Giliran Gita yang meledek mereka berdua.

"Apaan sih? Udah ayo!" Ucap Ela.

"Ciee salting nih ye!" Kata Gita sembari menyusul Ela yang sudah berjalan duluan.

Sementara Zayyan mengikuti kedua gadis itu dengan senyum yang merekah di wajahnya. Dia berharap setelah ini adalah gilirannya.

...

"Widih tempat apa nih? Keren gila." Kata Alex yang memasuki sebuah ruangan perkelahian. Ada ring dan dua sarung tangan.

Cahaya di ruangan tersebut sangat cerah. Bahkan ada sebuah patung yang memiliki tinggi sama dengan Alex. Anak laki-laki tersebut masuk ke dalam ring dan melihat patung di hadapannya ini. Seakan sangat dia kenal.

"Ini..."

Alex baru menyadari bahwa itu adalah David. Alex ingat jelas bahwa David sudah mati saat kepalanya meledak hingga menjadi butiran debu.

"Bukannya David udah mati?" Ucap Alex saat melihat wajah David yang kini telah menjadi patung.

"Gimana? Bagus, kan? Aku jiplak wajah David saat melihat kartu pelajarnya! Mirip, kan?" Ucap seorang boneka berbentuk anak perempuan dengan rambut hitam dan dress biru muda.

"Kamu siapa?"

"Hai, namaku Adzkiya. Kamu pasti Alex. Ya dong masa iya iya dong. Zayyan sih kayaknya gak bakalan bisa main di sini. Makanya aku pilih kamu deh! Baik kan aku?"

"Baik matamu baik. Apa aturannya?" Kata Alex.

"Ih kasar sekali. Gak boleh kasar sama cewek. Nanti gak bakalan ada yang mau pacaran sama kamu. Eh? Atau kamu gak mungkin bisa punya kekasih karena... sebentar lagi kamu bakal mati, kan? Aduuh kasihan!"

Alex mulai muak dengan boneka perempuan itu. Dengan geram dia bertanya kepada Adzkiya mengenai aturan permainan.

"Aduh sabar dikit dong! Kenapa sih gak bisa santai dulu? Biar saling kenal juga." Ucap Adzkiya yang diikuti tawa kecilnya.

"Aku gak butuh kenal sama orang kayak kamu. Lagian juga, mati dalam keadaan jomblo itu lebih baik daripada mati dalam keadaan zina. Tau gak Lo?!"

"Santai dong! Jangan ngegas gitu. Kalau aku lihat-lihat, kamu kalau sama Ela dan Gita tuh lembut banget. Kenapa sama aku, kamu justru kasar gini? Aku kan juga cewek."

"Cewek gila." Kata Alex yang kesal dengan Adzkiya.

"Ya kamu udah tau aku sih. Aku udah gila sebelum aku mati. Dan kalau boleh aku tau... kamu adalah Seeker dalam permainan Hide and Seek, kan? Dan kamu memanipulasi teman-temanmu. Kamu bahkan berlagak selayaknya Hider. Padahal kamu adalah Seeker dalam permainan ini. Wah salut!" Kata Adzkiya.

Alex tidak terkejut. Memang benar yang dikatakan Adzkiya. Dia adalah Seeker dalam permainan sebelumnya. Bahkan dia membunuh lima orang sekaligus dalam waktu semalam. Alasannya mudah, Alex muak dengan teman-temannya yang selalu bermuka dua. Mau tak mau, dia juga harus melakukan hal yang sama dengan mereka.

"Dan biar aku baca masa lalu kamu, Alex. Kamu anak dari keluarga berada. Namun, kamu adalah anak yang gak diharapkan oleh mereka. Benar? Kamu membunuh adikmu sendiri. Bahkan hampir melukai kakakmu. Apa aku salah?"

"Darimana kamu tau!?" Tanya Alex dengan mata terbuka.

"Aku bisa baca masa lalu semua orang. Diantara ke lima anak yang tersisa. Kamu yang paling aku suka. Kamu bahkan membunuh adikmu dan mengatakan bahwa sebenarnya yang membunuh adikmu adalah pengasuhnya. Wah kecil-kecil udah pinter manipulasi ya? Suka deh! Jadi suamiku aja yuk!"

"Najis."

"Ih kok gitu sih sama Adzkiya!"

"Gak usah sok imut gitu. Itu bukan urusanmu. Mereka mati itu takdir mereka. Bukan salahku kalau mereka harusnya mati." Kata Alex yang sangat jengkel dengan Adzkiya.

Yang dikatakan Adzkiya semuanya benar. Alex membunuh adiknya yang berusia 5 bulan dan hampir mencelakai kakaknya sendiri. Sebab, Alex selalu dianggap menganggu oleh kedua orang tuanya. Padahal menurut Alex, dia sudah berusaha mendapatkan prestasi ketimbang kakaknya.

Bisa dibilang kakaknya sangatlah bodoh. Dia lebih suka bermain perempuan, game dan suka menghamburkan uang. Sementara Alex berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Orang tuanya bahkan memaklumi kakaknya.

"Tiap anak beda. Maklum lah kalau dia beda sama kamu." Ucap orang tuanya saat itu.

Jelas-jelas itu membuat Alex semakin jengkel. Dia menyeret kakaknya yang tertidur pulas ke dalam kolam renang saat malam hari. Begitu kakaknya berteriak meminta tolong, barulah Alex bersikap dia tidak tau apa-apa dan mengatakan kakaknya jatuh ke dalam kolam.

Dan benar. Orang tuanya mempercayai ucapan Alex. Namun, tak hanya itu. Alex bahkan meracuni sang kakak. Hingga dia harus dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama berminggu-minggu. Alex tentu saja tidak merasa puas dengan itu.

Namun, sikap manipulasinya semakin bertambah baik karena dia selalu melakukannya. Dengan mudahnya orang tuanya juga percaya dengan Alex. Bahkan hingga dia berdiri di permainan ini, orang tuanya tidak akan tau dengan kesalahan yang pernah dia lakukan terhadap putra kesayangan mereka.

Sama halnya dengan David. Mengingat bagaimana David memperlakukan Alex, benar-benar membuat anak laki-laki itu naik darah. David adalah teman yang lebih buruk dari Alex. Dia sangat pintar memanipulasi dan banyak yang lebih mempercayai David.

Meski Alex juga memanipulasi teman-temannya, tapi dia juga sangat membenci sikapnya ini. Seolah tanpa itu, dia tidak akan bisa bertahan hidup di permainan bodoh ini.

"Kamu menarik, Alex. Andai aku seusiamu dan masih bisa hidup, aku pasti akan meraih hatimu. Sayang banget kamu gak tertarik sama cewek kayak aku. Lagipula, kita ini sama. Kamu membunuh adikmu dan mencelakakan kakakmu. Dan aku? Aku membunuh semua pemain dan juga mencelakakan mereka dalam bahaya setiap harinya! Hehehe. Itu sangat menyenangkan!"

Alex memutar bola matanya dan menghela nafas. Dia tak tahan dengan boneka perempuan di depannya ini. Dia terus membicarakan soal pembunuhan yang tiada hentinya.

"KATAKAN APA ATURANNYA!!" Kata Alex yang mulai kesal dengan Adzkiya.

Gadis boneka itu seketika berhenti berbicara dan terdiam cukup lama. Beberapa saat kemudian, gadis boneka tersebut tertawa cukup keras. Seakan dia menganggap reaksi Alex sangatlah menyenangkan.

"Baiklah. Aturannya mudah kok! Kamu hanya perlu bertarung dengan payung David sampai dia benar-benar mati. Tidak ada peraturan mengenai waktu. Kamu bisa menghancurkannya dalam sekejap. Jika kamu bisa menghancurkan payung David, maka kamu dianggap lolos dalam permainan ini. Dan kamu bisa bebas dari sini. Mungkin?"

"Apa maksudmu mungkin?" Tanya Alex.

"Gak ada. Jadi, kamu paham dengan aturan permainan ini? Kamu jago bertarung, jadi aku yakin kamu bisa menyelesaikan permainan ini dalam sekejap, Alex. Dan satu lagi, kamu tidak boleh menyentuh ring saat permainan berlangsung. Jika kamu menyentuhnya, atau tidak sengaja menyentuhnya. Maka kamu akan kena setrum. Dreeeettt dreeet gitu." Ucap Adzkiya yang mulai menjelaskan aturan permainan.

Alex menatap ring yang melingkari area permainan. Alex harus berkelahi dengan payung David hingga benar-benar hancur. Adzkiya juga meminta Alex memakai sarung tangan petinju. Sama seperti patung David, dia juga memakainya.

"Hanya menghancurkannya saja, kan?" Tanya Alex sembari menatap tajam ke arah boneka Adzkiya tersebut.

"Benar. Selamat bermain, Alex. Semoga kamu berhasil ya. PERMAINAN DIMULAI."

Begitu menatap patung David, patung tersebut bergerak dengan cepat ke arah Alex yang membuat dia harus menghindar. Alex benar-benar tidak menyangka dia harus menghancurkan payung dengan kecepatan ini. Apalagi patung David terlihat lebih kuat meskipun badannya sangat kecil.

"Sial."

Bersambung....

1
miilieaa
hay kak, sejauh ini ceritanya bagus 🥰
Bada'ah Hana: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Bada'ah Hana
thank you 🩷
Yoo Si-jin 🦋
Yang semangat kak
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
pernah ngalamin sama Aprilia/Frown/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Menurut saya menarik, apalagi saya suka novel, chat story, dan komik ber genre horor./Drool/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Lanjutin ceritanya, aku suka banget kisah horor yang buat merinding gitu./Grin/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Ingat masa kecil main sama adik, petak umpet sama-sama./Smile/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Yang semangat buatnya/Smile/
Bada'ah Hana: semangat 💗
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁: Sama-sama, aku pun juga lagi buat episode baru buat kontrak lagi.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!