Demi uang, dia terpaksa menjebak pria yang dicintainya dalam diam. Setelah fakta terungkap, dia dibenci dan terusir dari hidup pria yang dicintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19~ MERASA BERAT
Keduanya terhenyak ketika mendengar suara ketukan dibalik pintu kamar. Mama Alesha segera beranjak untuk membuka pintu, meninggalkan Vanessa yang masih bergeming di tempat duduknya.
"Ada apa, Bi?" Tanya mama Alesha begitu membuka pintu kamarnya, rupanya sang asisten rumah tangga yang mengetuk.
"Maaf, Bu. Di luar ada Den Vero,"
"Suruh masuk saja, Bi. Biar saya yang panggilkan Nessa." Ujar mama Alesha.
"Baik, Bu." Wanita paruh baya itupun bergegas kembali menghampiri Vero yang masih menunggu di luar. Sementara mama Alesha kembali ke balkon memanggil putrinya.
"Ada Vero, sana kamu temui dulu."
Vanessa hanya mengangguk pelan, kemudian beranjak pergi. Vero sudah berada di ruang tamu saat ia hampiri.
"Kita jalan sekarang? Mama sama Papa kamu mana?" Tanya Vero begitu Vanessa duduk di sampingnya dengan sedikit berjarak.
"Papa lagi mandi. Kak Vero tunggu sebentar ya, kata Papa ada yang mau dibicarakan sama Kak Vero." Ucap Vanessa.
Vero terdiam sejenak, kemudian mengukir senyum. "Ah, kebetulan aku juga ada yang mau dibicarakan sama Papa Mama kamu." Keduanya pun mengobrol sembari menunggu.
Tak berselang lama kemudian, papa Raka pun datang dengan penampilan yang sudah lebih segar.
"Maaf ya, buat kamu lama menunggu." Ujar papa Raka seraya duduk di sofa single.
"Ah, tidak apa-apa, Om. Kami juga gak lagi terburu-buru, kok." Ucap Vero sambil melirik Vanessa. "Oh ya, kata Nessa, ada yang Om mau bicarakan. Kebetulan sekali, aku juga ada yang ingin disampaikan sama Om."
Papa Raka tampak tersenyum tipis, "Kalau begitu, silahkan kamu duluan saja." Ujarnya.
Vero mengangguk pelan, ia menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara. "Begini, Om, tadi malam Papa dan Mama ku meminta agar pernikahan kami di percepat. Karena, aku harus segera berangkat ke luar negeri untuk mengurus perusahaan Papa di sana."
Papa Raka terdiam sejenak, "Jadi, kamu berencana untuk membawa Nessa tinggal di luar negeri?" Tanyanya terdengar lirih.
Vero mengangguk pelan, ia melirik Vanessa yang hanya diam saja. "Maaf, Om. Ini diluar rencanaku. Tapi, sekarang aku tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaan papaku. Om tahu sendiri kalau kakakku sedang dalam kondisi tidak bisa bepergian jauh, dan aku satu-satunya harapan Papaku. Aku juga tidak bisa meninggalkan Nessa di sini, maka satu-satunya jalan adalah mempercepat pernikahan kami agar aku bisa membawanya ikut tinggal di sana."
Papa Raka kembali terdiam, helaan nafasnya terdengar berat. Jika boleh jujur, rasanya berat sekali untuk berpisah dengan putrinya. Ia sudah pernah merasakan berpisah dengan orangtuanya selama bertahun-tahun, siang dan malam menahan rindu. Namun, masalahnya sekarang bukan hanya tentang persoalan rindu, hanya Vanessa lah ahli warisnya dan yang bisa menggantikan posisinya nanti di perusahaan. Dan jika putrinya itu harus ikut tinggal di luar negeri yang ia tahu tidak hanya satu atau dua tahun, tapi mungkin dengan waktu yang cukup lama bahkan mungkin akan menetap di sana. Lalu, siapa yang akan menggantikannya mengurus perusahaan?
Melihat calon papa mertuanya hanya diam, Vero mulai merasa cemas. Ia khawatir pernikahannya justru dibatalkan karena mungkin calon papa mertuanya itu tidak setuju putrinya dibawa ikut tinggal di luar negeri.
"Untuk masalah ini, Om serahkan sama Nessa saja. Kalau Nessa merasa tidak keberatan, Om ikut saja." Ucap papa Raka akhirnya.
Vero pun menoleh menatap calon istrinya yang sejak tadi juga hanya diam saja. "Gimana, Nessa? Kamu gak keberatan, kan?" Tanyanya dengan perasaan risau. Sekarang ia khawatir jika Vanessa lah yang tidak setuju ikut tinggal di luar negeri.
"Bukankah seorang istri memang sudah seharusnya ikut kemanapun suaminya pergi," ucap Vanessa yang langsung membuat Vero tersenyum senang.
Sedang papa Raka hanya tersenyum tipis, kedua matanya tampak berkaca-kaca. Ada rasa tak rela melepas putrinya pergi ke tempat yang jauh. Namun, ia juga tak kuasa untuk mencegah. Ia sendiri yang selalu berusaha mendekatkan putrinya dengan Vero, maka tak mungkin memisahkannya lagi disaat Vanessa sudah bisa menerima Vero.
Hanya saja ia sedikit menyesali karena sebelumnya tidak memikirkan hal ini, ia tahu keluarga Vero memiliki perusahaan di luar negeri. Tapi, ia tidak terpikirkan Vero lah yang akan ditugaskan di sana, dan tentu saja wanita yang akan menjadi istri Vero akan ikut bersamanya.
"Karena Nessa sudah setuju, aku akan sampaikan lagi dengan orang tuaku. Mereka akan secepatnya datang untuk mengatur kembali tanggal pernikahannya." Ucap Vero.
Papa Raka hanya menanggapinya dengan anggukan pelan. Kali ini senyumnya nampak terpaksa, ia masih benar-benar tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya.
Mama Alesha yang diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka pun turut merasakan dilema harus berpisah dengan putri semata wayangnya.
Ia baru menghampiri suaminya, ketika Vero dan Vanessa berpamitan pergi.
"Pa, apa tidak ada jalan lain?"
Papa Raka seketika melirik istrinya, "Jalan lain bagaimana maksud Mama? Vero tinggal di luar negeri sementara Nessa tetap di sini? Begitu maksud Mama?" Tanyanya sembari tersenyum kecut.
Mama Alesha hanya diam, bingung harus menjawab bagaimana. Namun, yang jelas ia pun turut merasa berat berpisah dengan putrinya. Selian itu, Vanessa lah satu-satunya ahli waris.
"Mungkin Mama lupa, kalau Papa juga pernah mengikuti keinginan Mama yang ingin tinggal di luar negeri. Jadi, Papa rasa keputusan Nessa sudah benar untuk ikut tinggal bersama suaminya nanti di luar negeri." Ucap papa Raka kemudian beranjak pergi.