TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS ENAM
"Hace mucho que no estoy en casa."
Nathalie menyentuh punggung Rahardian yang sontak berbalik menatapnya secara tegang bahkan menelan kasar salivanya.
Ponsel yang barusan masih tersambung dengan nomor seseorang. Kini, dimatikan secara sepihak oleh lelaki gugup itu.
"Sayang--"
Nathalie menyela bingung. "Sejak kapan kamu bisa bahasa spanyol?"
"Mmh ... masih sedikit-sedikit belajar. Tidak ada salahnya paham banyak bahasa bukan?"
Barusan, Nathalie mendengarkan percakapan Rahardian walau tidak terlalu paham apa yang sedang dibicarakan, tapi, Rahardian tidak tampak seperti seseorang yang baru belajar malahan terdengar luwes.
Nathalie meredup picingan matanya, kalau dirasakan lebih dalam, ia ini seperti sedang masuk ke dalam buku dongeng, di mana sang pangeran yang dulu acuh tak acuh padanya kini bersikap seolah mencintainya.
Lihat saja bagaimana Rahardian mendekorasi kamar setelah kabar kehamilannya. Bunga- bunga buket besar menjadi tema-nya. Nathalie tercenung begitu lama, sampai Rahardian memeluknya dari belakang.
"Gimana ... kamu suka bunganya?" bisiknya.
"Boleh aku tanya?"
"Hmm ... tentu saja."
Nathalie berbalik, menatap Rahardian membelai lembut pipinya. "Dari kapan kamu tidak alergi bunga lagi?"
"Ini--" Rahardian tampak kelu. Dan Nathalie yakin benar jika suami yang sedang berdiri di hadapannya bukanlah suaminya.
Sudah beberapa hari ini, Nathalie menyelami tanda luka bakar di tubuh Dian. Dicocokkan dengan foto punggung Rahardian yang mulus tiada satu pun bekas tanda cedera.
Allura bilang, seseorang akan perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan luka dengan tekstur seperti itu. Atau memang ada kemungkinan jika luka tersebut sudah disamarkan dengan laser yang canggih.
Namun, keanehan tidak hanya di luka bakar Rahardian saja. Banyak kejanggalan dalam hal lainnya, misalnya parfume pria itu, Dian tidak pernah suka aroma wangi seperti ini.
Juga, selera menu makan Rahardian yang akhir-akhir ini berbeda. Rahardian manusia yang tidak menyukai daging-dagingan tapi pria di depannya memakan steak kemarin.
Nathalie mundur secara reflek ketika saja hatinya yakin akan sesuatu. "Siapa kamu?!"
Yah, Nathalie mulai yakin jika pria di hadapannya bukanlah Rahardian. Mungkin hanya seseorang yang dikirim Rahardian untuk membodohinya.
"Kenapa kau bertanya siapa aku?"
Rahardian melangkah maju sementara Nathalie terus berjalan mundur hingga punggungnya tersudut dinding kamar.
"Rahardian tidak semanis ini. Rahardian tidak pernah menyebutku Sayang. Rahardian selalu ketus padaku, kau tahu aku tidak berharga di mata seorang Rahardian!!"
Nathalie terisak-isak, sesungguhnya ini yang dia harapkan dari Rahardian, tapi kenapa harus ada kejanggalan yang mengiringi perilaku manis pria itu?
Frustrasi membuat Nathalie berjongkok meringkuk di pojokan kamar. "Siapa kamu sebenarnya?" lirihnya.
"S-sayang--"
"Stop kataku! ... Rahardian tidak pernah mengatakan itu!!" pekik Nathalie. Gaduh yang terdengar dari luar memanggil Niko dan Letta yang berlari masuk secara panik.
"Nathalie?" Niko kebingungan menatap kondisi meringkuk Nathalie kemudian mencecar putranya. "Ada apa ini, Dian?"
"Kalian kenapa?" Letta seperti lebih curiga karena dia memang mencium hal yang tidak biasa di antara Rahardian dan Nathalie.
Rahardian meraih tubuh Nathalie yang sebelumnya menepis. Tapi, tak berselang lama bisikan Rahardian membuat Nathalie mau menurutinya.
"Aku akan jawab semuanya. Tolong jangan gaduh seperti ini. Atau kau tidak akan pernah mendapatkan jawabannya."
Rahardian membawa tubuh Nathalie ke atas ranjang lantas menyelimutinya dengan baik bahkan meninggalkan kecup ringan di kening wanita itu.
Semua itu dilakukan untuk mengurangi kadar kekhawatiran Niko. "Akhir-akhir ini Nathalie sedang dipengaruhi hormon kehamilan, emosinya sedang tidak stabil."
"Kamu perlu sabar untuk istrimu." Niko usap punggung putranya sebagaimana bentuk dukungan seorang ayah. "Memiliki istri yang sedang hamil memang harus bersabar."
Rahardian mengangguk. Tak lama, Niko keluar menggandeng Letta yang sempat ingin mencecar Rahardian dengan pertanyaan.
Nathalie yakin Letta juga curiga dengan perubahan Rahardian. Selama ini meski hanya ibu tiri, Rahardian lebih terlihat dekat dengan Letta dari pada Niko ayahnya.
Mungkin saja memang Letta curiga akan sesuatu tetapi belum bisa mengatakannya karena semua ini juga diluar nalarnya.
Rahardian menutup pintu, di ranjang, Nathalie bangkit dari selimutnya. "Sekarang bilang apa jawaban yang kamu janjikan tadi?" cecarnya.
Rahardian menatap hening, seolah rela tak rela mengeluarkan suaranya. "Aku berubah demi kamu dan hak anakmu, Nathalie."
"Bukan itu pertanyaan ku, Dian! Aku bertanya siapa kamu dan di mana Dian yang selama ini menyakitiku?!" teriak Nathalie.
"Ssstt!!" Rahardian membungkam mulut itu secara impulsif, "kau bisa tenang kan?"
Sekuat tenaga Nathalie berusaha untuk menenangkan diri, sampai lelaki itu setuju melepaskan bekapan tangan di mulutnya.
"Aku tinggal dengan orang asing dan kau suruh aku tenang?" sungut Nathalie.
Rahardian melangkah ke ruangan lain di kamarnya, meraih paspor-paspor dan beberapa dokumen dari laci-laci nakas.
Di mana itu semua juga disaksikan mata kepala Nathalie. "Kita akan ke suatu tempat. Dan kau akan menemukan jawabannya."
Sontak, sekujur tubuh Nathalie gemetar.
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks