NovelToon NovelToon
Mereka Yang Membelokkan Takdir

Mereka Yang Membelokkan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Rizky

seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20~ perjalanan menuju kota selanjutnya

Pertarungan berakhir dengan tanpa adanya korban, namun Kyio sengaja melukai dirinya sendiri untuk memperkuat perkembangan Klea. Meskipun Klea telah menunjukkan kekuatan yang luar biasa, Kyio merasa bahwa ini belum cukup. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk menguji batas kemampuan Klea, bahkan jika itu berarti harus berkorban.

Sementara itu, Lion perlahan mulai sadar setelah pertarungan selesai. Tatapannya kosong, seolah tak percaya bahwa dia telah diselamatkan sekali lagi. Rahel, yang sudah lama memendam ketakutannya, tak mampu lagi menahan air mata.

“Lion bodoh! Kenapa... kenapa kau terus saja membuatku khawatir seperti ini?! Aku sangat ketakutan kehilanganmu!” seru Rahel dengan suara bergetar, menggenggam tangan Lion erat-erat.

Lion menghela napas panjang, merasa bersalah tetapi juga lega bisa berada di sisi Rahel lagi.

“Sudah kubilang, aku akan terus menjaga seseorang yang sangat berharga bagiku. Itu sudah cukup menjelaskan segalanya, bukan?” ucapnya pelan, sambil berusaha untuk bangkit berdiri meskipun tubuhnya masih terasa lemah.

Rahel menatap Lion dengan mata berkaca-kaca. “Lion... kau selalu saja bertingkah seperti itu. Apa kau tak tahu betapa pentingnya dirimu bagiku?”

Lion hanya tersenyum tipis, tanpa kata-kata lebih lanjut, kemudian mereka berdua mulai berjalan menuju tempat pertarungan Kyio dan Klea.

Saat mereka tiba, betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di depan mereka. Tanah terbelah, reruntuhan tersebar, dan aura sihir yang sangat kuat masih menyelimuti area tersebut. Bahkan dari kejauhan, terasa hawa magis yang menyesakkan dada.

“Klea... sadarlah...” seru Rahel dengan panik ketika melihat Klea tergeletak di tanah, tak sadarkan diri dan penuh luka serta darah di sekujur tubuhnya. Rahel berlutut di sisinya, menggoyang-goyangkan tubuh Klea dengan penuh kegelisahan. “Bangun, Klea!”

Tak lama kemudian, Klea tersadar dengan napas terengah-engah. Dia menoleh dengan cepat, seolah mencari sesuatu. “Kyio...!” Teriak Klea, nadanya penuh ketakutan.

Lion segera menggunakan sihirnya untuk melacak keberadaan Kyio. Dia memejamkan matanya, merasakan jejak energi Kyio yang masih tersisa. “Aku menemukannya, tapi...” Lion terhenti sejenak, wajahnya berubah tegang. “Kau tak akan percaya apa yang kulihat.”

Rahel dan Klea mengikuti Lion menuju lokasi yang dia temukan. Ketika mereka tiba di sana, jantung mereka serasa berhenti.

Di depan mereka, Kyio terlihat terjebak dalam situasi yang mengerikan. Kedua telapak tangannya tertancap pada pohon dengan belati, darah segar menetes di tanah. Pakaian Kyio robek di bagian perut, memperlihatkan luka menganga yang terlihat serius. Suasana sunyi seketika, hanya terdengar suara napas berat mereka yang tertahan.

Klea berteriak dengan suara yang parau.

“Kyio! Tidak!” Air matanya langsung jatuh saat dia berlari ke arah Kyio, segera berusaha melepaskan belati yang tertancap di telapak tangan Kyio.

Tangannya gemetar, hatinya penuh dengan penyesalan. “Kyio... jangan tinggalkan aku!”

Rahel menatap Lion dengan wajah penuh ketakutan. “Kita harus segera membawanya ke tim medis terdekat! Nyawanya masih bisa diselamatkan, cepat!”

Tanpa membuang waktu, Lion mengangkat Kyio dengan sihirnya, memindahkan tubuhnya yang terluka ke dalam genggamannya. “Aku akan membawanya secepat mungkin, ikuti aku!” ucapnya dengan nada tegas.

Klea masih menangis sambil berlari di samping Lion. “Aku... aku tidak ingin kehilangan siapa pun lagi... sial, andai aku bisa lebih kuat!” Ucapnya dengan penuh penyesalan, air mata mengalir deras di pipinya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, seolah kekuatannya terserap habis.

Namun di tengah kegentingan itu, sebuah senyum tipis tampak di wajah Kyio yang terluka. “Sesuai rencana...” gumamnya dalam hati.

Luka di tubuhnya ternyata tidak seberbahaya yang terlihat. Semua ini sudah direncanakannya sejak awal, demi menguatkan Klea, meskipun itu berarti harus membuat orang-orang yang disayanginya cemas dan takut.

Mereka bertiga masih dalam kepanikan, histeris dengan situasi yang terjadi. Klea terus terisak sambil menggenggam erat tangan Kyio, merasakan betapa rapuhnya momen itu. “Aku akan menjadi lebih kuat, Kyio... aku berjanji. Aku tidak akan pernah membiarkan ini terjadi lagi.”

Kyio berhasil diselamatkan dan sekarang dirawat di sebuah penginapan penyembuh. Suasana di ruangan itu penuh dengan ketegangan yang halus, namun harapan masih terpancar dari wajah-wajah mereka yang menunggui Kyio.

Rahel duduk di sisi tempat tidur, menggenggam tangan Kyio dengan erat, seolah mencoba menyalurkan kekuatannya sendiri untuk membangunkan temannya yang tak sadarkan diri.

“Sadarlah, Kyio... aku ingin melihat aksi heroikmu lagi,” ungkap Rahel penuh harapan. Suaranya terdengar serak, seperti sedang menahan kesedihan yang tak tertahankan. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat, namun harapan tetap ada di dalam dirinya.

Lion, yang berdiri tak jauh dari Rahel, mengangguk pelan. Dia menatap Kyio yang terbaring lemah, tubuhnya dibalut perban di beberapa bagian. “aku yakin saat melihat Rahel mengkhawatirkan mu aku percaya kau juga pasti bisa bangkit dari rasa sakit itu” Ucap Lion dengan nada yang lebih tenang, meski hatinya juga cemas.

Di sudut ruangan, Klea hanya bisa duduk dan menangis. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya tak terbendung lagi. Dia menundukkan kepalanya, tak mampu berkata-kata. Rasa bersalah dan penyesalan menghantui pikirannya.

“Aku... aku seharusnya lebih kuat...” pikir Klea dalam hati. Namun, kata-kata itu tak pernah keluar dari mulutnya, hanya tersimpan dalam hatinya yang penuh sesal.

Waktu terasa bergerak begitu lambat di dalam ruangan itu, tetapi semua orang yang ada di sana masih menunggu dengan penuh harap. Meskipun Kyio belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran, keyakinan mereka bahwa dia akan bangun tetap kuat.

Rahel dan Lion membiarkan Klea yang berada di samping Kyio hingga pagi tiba, Kyio perlahan membuka matanya, merasakan sejuknya udara pagi yang masuk melalui jendela kamar penginapan penyembuh.

Ia mendapati Klea tertidur pulas di samping tempat tidurnya, wajahnya tampak lelah namun damai, seolah-olah rasa khawatirnya selama ini perlahan memudar. Melihat itu, Kyio tersenyum tipis dan memanggilnya dengan lembut, “Klea...”

Klea segera terbangun, suaranya begitu akrab di telinganya. Ketika ia menyadari bahwa Kyio telah sadar, air matanya langsung tumpah.

Tanpa berpikir panjang, ia segera memeluk Kyio erat-erat, isak tangisnya terdengar lirih di ruang yang sunyi. “Kyiooo... Aku... aku sangat takut kehilanganmu...” ungkap Klea, tangannya gemetar saat memeluk Kyio.

Kyio terkejut, namun perlahan dia mengelus kepala Klea dengan lembut. Sentuhan hangat di kepala Klea membuatnya sedikit tenang. “Hei... semuanya baik-baik saja sekarang, kan?” ucap Kyio dengan suara yang menenangkan, meskipun dia sendiri belum sepenuhnya pulih dari pertempuran itu.

Di balik perban dan luka, Kyio ingin membuat Klea merasa bahwa semuanya sudah kembali normal, meskipun kenyataannya jauh dari itu. Mereka berdua tetap berada dalam pelukan, hingga akhirnya Klea mulai merasa lebih tenang.

Keesokan harinya, Kyio sudah cukup pulih untuk kembali ke akademi. Meskipun masih ada beberapa perban di tangannya, Kyio tetap tampak bersemangat.

Bersama Klea, mereka berjalan menuju kantin untuk mencari makanan. Namun, di tengah perjalanan, suara familiar memanggil mereka dari belakang.

“Kyio! Klea! Tunggu!” Rahel melambaikan tangannya dari kejauhan, diikuti oleh Lion yang berjalan di sampingnya. Mereka tampak tergesa-gesa.

Kyio dan Klea berhenti dan menunggu mereka. “Ada apa?” tanya Kyio sambil tersenyum, meskipun masih ada rasa lelah di matanya.

Rahel, dengan ekspresi serius, langsung mengajak mereka berdua menuju perpustakaan. Saat mereka tiba di sana, Rahel tak membuang waktu.

“Kyio, Klea, bagaimana dengan si Joker? Apa mungkin dia sudah dikalahkan?” tanyanya dengan nada penuh keheranan.

Klea yang masih merasakan trauma dari pertempuran itu, menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Aku... aku terakhir melihatnya saat dia melemparkanku dengan kekuatannya hingga aku tak sadarkan diri. Setelah itu... hanya Kyio yang berusaha menahan serangannya.” Suaranya bergetar, mengingat momen-momen kritis itu.

Lion, yang selama ini diam, menambahkan. “Menurutku sih iya, banyak darah berserakan di area terakhir kalian bertarung. Apa kalian tidak melihatnya?” Dia menatap Kyio dengan curiga, merasa ada sesuatu yang masih disembunyikan.

Kyio, yang menyadari bahwa Lion mungkin sedang berusaha menggali lebih dalam, akhirnya angkat bicara.

“Saat rantai itu hampir memotong tubuhku, seseorang dengan skateboard terbangnya datang menyelamatkanku.” Ungkapnya, berusaha membuat ceritanya terdengar meyakinkan, meskipun ada beberapa bagian yang disembunyikannya. Kebohongan kecil yang ia buat untuk melindungi orang-orang yang tak seharusnya terlibat.

Rahel menatap Kyio dengan penuh kebingungan. “Pantas saja, saat kami melawan As terdengar ledakan besar. Tapi, siapa orang itu? Apakah dia sekutu kita?”

Lion mengangguk setuju, mencoba mengungkap teka-teki itu lebih lanjut. “Kalau dia benar-benar sekuat itu, mengapa dia tidak langsung memperlihatkan dirinya pada kita? Siapa dia sebenarnya?”

Klea, yang selama ini menahan diri, akhirnya bicara dengan nada penuh tekad. “Aku... aku tidak ingin kalah lagi.” Matanya menyala, menunjukkan betapa dalam rasa bersalah dan keinginannya untuk menjadi lebih kuat.

Kyio menatap Klea, kemudian memandang Rahel dan Lion. “Perdebatan ini selalu menemukan titik buntu. Hanya seseorang yang sangat kuat, bekerja di balik layar. Mungkin bukan saatnya kita mencari tahu siapa dia. Fokus kita sekarang adalah menguatkan diri.” Ucap Kyio sambil meletakkan tangannya di pundak Klea, mencoba memberinya dorongan untuk tidak terlalu terjebak dalam perasaan bersalah.

Percakapan itu berakhir di sana, namun rasa penasaran tentang sosok misterius itu tetap menggantung di udara. Mereka tahu bahwa pertarungan belum berakhir, dan kekuatan besar sedang mengintai di balik bayang-bayang. Namun, untuk sekarang, mereka memutuskan untuk melangkah maju, mengabaikan misteri itu hingga waktunya tiba.

Uji tes sihir di akademi pun dimulai, dan seperti yang sudah diprediksi, Kyio dan Klea mendapati diri mereka berada di peringkat terendah.

Meski begitu, Klea masih berada di zona aman, hanya selisih beberapa poin dari batas terendah. Namun, nasib Kyio tidak seberuntung itu. Sebagai peringkat terakhir, hukumannya adalah berlayar ke negeri sebelah untuk membawa pulang artefak kuno yang ada di sana—misi berbahaya di tengah ketegangan politik yang sedang meningkat.

Klea menatap papan peringkat dengan cemas, matanya melebar saat melihat nama Kyio di posisi terakhir. “Tidak... ini tidak mungkin!” gumam Klea, suaranya bergetar. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mendekati Kyio, menarik lengannya. “Aku harus ikut denganmu, Kyio. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian!”

Kyio menatap Klea dengan senyum kecil, mencoba menenangkan sahabatnya itu. “Klea, ini hukumanku. Kau tak perlu ikut dalam bahaya ini. Lagi pula, aku bisa menjaga diriku sendiri.”

Namun, Klea tidak mau mendengarkan. “Tidak, Kyio! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian. Aku sudah kehilangan terlalu banyak orang, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.” Suaranya penuh tekad, dan air mata mulai menggenang di matanya.

Sementara itu, Rahel dan Lion pun bergerak cepat. Mereka segera mendatangi ruang kepala sekolah, mencoba membujuk agar hukuman tersebut dibatalkan. Rahel, dengan nada memohon, berbicara di depan kepala sekolah.

“Tuan Kepala Sekolah, mengirim Kyio ke negeri sebelah dalam situasi seperti ini terlalu berbahaya! Konflik di perbatasan semakin memanas, dan kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi di sana.”

Lion ikut menambahkan, suaranya penuh rasa khawatir. “Kami mengerti bahwa peraturan akademi harus ditegakkan, tapi apakah ini benar-benar langkah yang bijak? Kyio mungkin tidak akan selamat jika sesuatu terjadi di sana.”

Kepala sekolah menatap mereka dengan mata tenang namun tegas. “Prinsip akademi tidak bisa diubah hanya karena ketegangan di luar. Hukuman ini sudah ada sejak lama, dan kami akan menjamin keselamatan Kyio. Tidak ada murid yang akan diabaikan begitu saja. Kami sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk memastikan dia pulang dengan selamat.” Kepala sekolah berbicara dengan nada yang tak bisa dibantah, menegaskan bahwa keputusan itu sudah final.

Rahel menatap Lion, merasa putus asa. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk membujuk kepala sekolah, namun tampaknya usaha mereka sia-sia.

Namun, di saat ketegangan meningkat, Kyio akhirnya angkat bicara. “Sudah cukup,” katanya dengan nada yang tenang namun penuh keyakinan.

“Aku akan pergi, dan kalian tidak perlu khawatir. Ini adalah kesempatan bagiku untuk menunjukkan bahwa aku bisa menghadapinya. Aku berjanji akan kembali dengan selamat.”

Klea masih menatapnya dengan penuh keraguan, tapi Kyio meraih tangannya dan menggenggamnya erat. “Percayalah padaku, Klea. Aku tahu ini berat, tapi aku akan baik-baik saja. Aku akan kembali sebelum kau sadar.” Senyuman Kyio begitu meyakinkan, seolah-olah dia sudah merencanakan semuanya.

Rahel menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Jika kau mengatakan itu, Kyio...” ucapnya, meski hatinya masih penuh keraguan.

Lion pun akhirnya menghela napas panjang dan mengangguk. “Kalau kau memang sudah memutuskan, kami akan menghormatimu. Tapi ingat, Kyio, jika kau butuh bantuan, kami akan selalu siap. Jangan ragu untuk memanggil kami.”

Mendengar itu, Kyio tersenyum lebar. “Terima kasih. Kalian adalah teman-teman terbaik yang bisa kuminta. Aku tidak akan mengecewakan kalian.”

Akhirnya, dengan tekad yang bulat dan hati yang berat, mereka semua setuju untuk membiarkan Kyio menjalankan misinya. Meski kekhawatiran masih menyelimuti hati mereka, senyuman meyakinkan Kyio berhasil meluluhkan ketegangan itu.

Kyio pun siap berangkat, membawa harapan dan tekad yang membara. Di balik senyum tipis membelakangi mereka “ ini semakin seru menuju perjalanan baru .”

1
AteneaRU.
Menarik dari setiap sudut
RIZKYs: 😉 sungguh ini akan semakin menarik
total 1 replies
Ryoma Echizen
Terima kasih thor, cerita ini membuatku semakin mencintai dunia literasi. ❤️
RIZKYs: sungguh hal yang hebat kamu menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini , jgn lupa besok update episode terbaru tentang kelanjutan " pesan terakhirku untuk takdir"/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!