Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 31. Godaan
Suara seorang wanita membuat Radi bangkit dari posisi berjongkok nya di sebelah Hasna. Pria berperawakan tinggi itu langsung mendekat ke arah pintu dan keluar dari ruangannya. Ia merutuki dirinya yang lupa menutup pintu ruangannya.
" Oh ada apa Bu Irene."
" Begini pak, apakah bapak mau makan siang bersama?"
" Maaf Bu Irene sepertinya saya tidak bisa. Saya harus segera pulang."
" Oh begitu. Baik kalau begitu pak, mungkin lain kali. Permisi Pak Radi."
Irene pun berjalan menjauh namun ia berhenti saat Radi memanggilnya kembali.
" Maaf Bu Irene."
" Iya pak," Jawab Irene senang. Ia berpikir Radi berubah pikiran.
" Sepertinya lain kali pun saya juga tidak bisa menemani anda untuk makan siang. Maaf saya tidak ingin anda salah paham. Selama ini saya membantu anda karena kita adalah rekan kerja tidak lebih dari itu. Maaf Bu Irene."
" Ba-baik Pak Radi."
Irene berbalik dan berjalan sedikit cepat. Ia mengepalkan kedua tangannya.
" Apakah dia sudah punya kekasih? Apakah yang tertidur di sofa ruangan nya itu adalah kekasihnya. Huh ... Siapa wanita yang berhasil membuat Radi terpesona. Apa hebatnya wanita itu dibanding dengan ku. Huh ... Aku sungguh sangat ingin tahu. Sial, dia bahkan sudah menolak ku sebelum aku mengatakan apa apa kepadanya."
Irene terus menggerutu di sepanjang jalan. Sedangkan Radi menghela nafas kelegaan.
" Semoga dia tidak melihat wajah Hasna."
Radi pun kembali masuk ke ruangan nya. Di sana tampak Hasna sudah bangun dan sedang menggeliat meregangkan otot otot nya.
" Sudah puas yang tidur?"
" Eh kak, sudah selesai rapatnya."
Radi menepuk pelan keningnya, ia benar benar tidak habis pikir dengan sikap sembrono sang gadis.
" Kau ini Has, bisa bisa nya tidur di sembarang tempat. Kalau ada yang macem macem bagaimana?"
Hasna memicingkan matanya mencoba menangkap maksud dari dosen killer calon suami nya itu.
" Ooh itu, tapi ini kan ruangan kakak. Menurutku ini bukan tempat sembarangan. Tidak ada yang berani masuk ke ruangan macan jantan."
Hasna mengucapkan kalimat terakhirnya dengan sangat lirih. Namun rupanya telinga tajam Radi sangat aktif hingga bisa mendengar ucapan lirih Hasna yang lebih tepat disebut gerutuan itu. Radi langsung menghampiri Hasna dan menyentil kening mahasiswa nya.
Pletak ...
" Auch ... Sakit kak, kdrt nih."
Radi menaikkan satu alisnya. Ia pun mengikis jaraknya dengan Hasna. Muncul dalam benak Radi untuk mengisengi calon istri kecilnya itu.
" Kdrt? ... Apakah itu kdrt ... Kalau begini kdrt bukan?"
Radi meraih tangan Hasna lalu mencondongkan tubuhnya di depan tubuh gadis itu. Wajah Radi sangat dekat dengan leher Hasna bahkan dia bisa mencium aroma shampo rambut Hasna. Wangi, itulah yang ada dalam benak Radi. Aroma Hasna membuat Radi melayang.
" Kak ... Kakak mau apa?"
Radi acuh dengan pertanyaan Hasna. Aroma tubuh Hasna membuat hasrat Radi naik. Ia pun segera melepaskan tangan Hasna dan menarik tubuhnya.
"Astagfirullaah, emang bener jika bedua dua an di sebuah ruangan maka yang ketiga adalah setan."
Radi bergumam sambil membalikkan badannya menjauhi Hasna. Berkali kali ia menghirup dan membuang nafasnya untuk menetralkan hasratnya yang terlanjur naik.
Tanpa Radi sadari Hasna sudah berada di belakangnya dan menyentuh punggung nya. Tangan lembut Hasna bisa ia rasakan saat menempel pada kulit tubuhnya meski terhalang oleh baju.
" Kak, kakak tidak apa apa. Apa kakak sakit lagi? Tadi wajah kakak memerah."
Radi menghela nafasnya dalam dalam, ia benar benar tengah berjuang saat ini menahan gejolak dalam dirinya.
" Aku tidak apa apa, ayo pulang. Bunda sudah menunggu di rumah."
Hasna mengangguk patuh. Ia pun mengekor Radi menunju tempat parkir.
" Ya Allaah, ini berat asli. Huft ... Selama ini nggak pernah begini meskipun bimbingan sama para mahasiswi. Tapi mengapa dengan Hasna bisa begini."
Radi terus bermonolog dalam hati sepanjang jalan menuju ke parkiran. Sesekali ia melirik Hasna, fokus nya langsung jatuh ke bibir ranum gadis itu. Radi pun kembali menggelengkan kepalanya. Hasna sedikit merasa aneh dengan tingkah Radi namun ia tidak mau banyak tanya.
🍀🍀🍀
Sesampainya di rumah, Radi langsung berlari ke kamarnya membuat Sekar merasa sedikit aneh.
" Assalamulaaikum Bund?"
" Waalaikumsalam sayang, sudah ketemu dengan temanya?"
" Sudah kok, cuma sebentar trus tadi ikut Kak Radi. Lho ayah belum pulang to?"
" Belum, ayah ada hal lain yang harus di urus."
" Ooh begitu, ya sudah ya bund. Hasna mau ke kamar dulu. Mau lanjutin nyusun skripsi Hasna. Ntar dospem Hasna ngamuk kalau nggak selesai selesai."
Sekar terkekeh pelan. Calon menantunya ini senang bercanda. Ia pun mengangguk lalu mengusap kepala Hasna.
" Ya pergilah. Kalau dospem mu ngamuk biar bunda yang hadapi."
Hasna tersenyum, gadis ceria itu kemudian berlalu menuju kamarnya.
Tes ... Air mata Sekar tidak bisa terbendung lagi. Ia tergugu melihat punggung Hasna yang berlalu ke kamar. Kembali lagi ia mengingat sang sahabat.
" Mel ... Andaikan kamu masih ada. Kamu pasti bahagia melihat putrimu. Dia cantik, ceria dan menggemaskan."
Sekar menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Melati bagi Sekar bukan hanya sekedar teman dan sahabat. Ia bahkan menganggap Melati seperti adik. Perbedaan usia antara Sekar dan Melati seperti adik kakak. Sekar yang tidak memiliki adik perempuan sangat senang bisa mengenal Melati.
Huft ... Sekar menetralkan nafasnya. Namun rasa sesak itu muncul kembali saat ia mengingat Priska.
" Wanita itu, sejak kapan Yudi berhubungan dengan wanita itu."
Ada kemarahan dalam hati Sekar. Namun secepatnya ia meredam. Ia tidak ingin menuju hari bahagia Hasna ada hal yang menganggu pikirannya.
🍀🍀🍀
Aryo ternyata menemui Dika di RS Mitra Harapan. Ia tengah membicarakan sesuatu pada putra keduanya itu.
" Mas, apa mas punya kenalan orang untuk mengawasi Hasna, lebih tepatnya menjaga Hasna."
Dika menaikkan satu alisnya. Ia sedikit aneh dengan pertanyaan sang ayah.
" Mengapa ayah tiba tiba bertanya seperti itu."
" Huft ... Kata kakak mu Hasna beberapa kali diikuti oleh orang tidak di kenal. Ayah ingin membicarakan ini dengan kakak mu tapi ayah rasa kakak mu itu sedang sedikit risau."
Dika mengangguk paham. Ia tahu bagaimana sang kakak.
" Baiklah, Dika mengerti. Ayah sebaiknya pulang dulu. Nanti mas akan cari tahu."
Aryo mengangguk lalu keluar dari ruangan sang putra. Dika lalu mengambil ponselnya dan menghubungi sang istri. Untuk urusan seperti ini pasti istrinya lebih mengerti.
" Hallo sayang ... Apa sedang sibuk."
" Tidak mas, aku lagi makan. Kenapa?"
" Ini, baru saja ayah ke sini. Beliau bilang Hasna diikuti oleh orang tidak dikenal. Apa kamu bisa mencari orang untuk melindungi Hasna."
" Yak, anda datang kepada orang yang tepat. Tentu saja bisa. Beres itu mah."
" Ok sayang, thank you."
" Your wellcome honey."
Dika menutup panggilannya. Ia tersenyum, istrinya selalu bisa diandalkan untuk urusan seperti ini.
TBC
itu adik iparnya Radian
astaga😭🤣🤣
sama Priska. Reni sudah 18 tahun
sedangkan mamanya Hasna meninggal saat Hasna masih awal mulai kuliah.
Yudi kurang asam