NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penipu ulung

Madava pikir setelah pertengkaran mereka tadi, Ayu akan membatalkan rencananya untuk pergi ke taman permainan air atau waterpark. Namun, dugaannya salah. Ayu tetap pada rencananya. Bahkan ia sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu.

"Sial! Dasar istri durhaka!" umpatnya kesal karena Ayu tetap saja pergi meskipun ia sudah memarahinya.

Kesal, ia pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang yang ia perintahkan untuk mencari keberadaan Via.

"Kenapa lama sekali? Apa kalian tidak bisa bekerja?" sentak Madava yang melampiaskan kekesalannya pada orang suruhannya itu.

"Maaf, Tuan, kamu sudah berusaha. Tapi kami memiliki informasi penting untuk Tuan."

"Apa itu?"

"Menurut investigasi yang kami lakukan, kami mendapatkan informasi kalau pak Janu dan Bu Lia sebenarnya bukan orang tua kandung nona Via. Melainkan mereka hanya orang bayaran yang diminta untuk berpura-pura menjadi orang tuanya."

"Apa? Apa kalian tidak salah informasi?"

"Tidak, Tuan. Kami bahkan sudah berhasil menemukan tempat tinggal pak Janu dan Bu Lia. Mereka sepasang suami istri yang dikenal sebagai penipu dari daerah C. Bahkan kami sudah berhasil mengorek informasi dan mereka mengaku kalau mereka dibayar oleh nona Via untuk menjadi orang tuanya."

"Brengsek! Dasar perempuan sialan!" geram Madava yang benar-benar tidak menduga kalau perempuan yang hampir ia nikahi itu merupakan seorang penipu ulung. Bahkan ia membayar sepasang suami istri untuk menjadi orang tuanya. Ia benar-benar tidak menduga ia akan ditipu mentah-mentah seperti ini. Ia sudah seperti orang bodoh karena bisa masuk kedalam jebakan perempuan itu. Sandiwaranya begitu apik hingga ia tidak pernah menduga kalau Via sudah menipunya habis-habisan.

"Apa kalian sudah tanyakan keberadaan Via?"

"Sudah, Tuan. Sayangnya mereka tidak tahu. Mereka hanya bertemu saat Nona Via membutuhkan bantuan mereka."

"Cepat cari tahu dimana perempuan brengsek itu berada! Aku tidak mau tahu menahu, pokoknya kalian harus menemukan keberadaannya sesegera mungkin."

"Baik, Tuan."

Madava melemparkan ponselnya asal ke atas tempat tidur. Ia menggeram marah karena sudah dibodohi habis-habisan oleh perempuan yang hampir saja menjadi istrinya itu.

"Dasar, brengsek! Awas kau! Tunggu pembalasanku!" raung Madava meninju udara.

Sementara Madava sedang dilanda amarah karena sudah ditipu mentah-mentah oleh calon istrinya, di Ocean Park tampak Ayu sedang murung. Hatinya masih saja kesal dengan apa yang Madava katakan padanya tadi. Asrul yang sedang berada di kolam arus bersama Rafi menoleh. Ia bisa menangkap raut murung di wajah Ayu. Asrul pun beranjak setelah meminta Rafi tetap berada di sana.

"Rafi di sini aja, ya. Jangan kemana-mana! Om mau bicara sebentar sama Mama," ujar Asrul.

Rafi mengangguk. Ia yang sedang bersantai dengan ban berenang memperhatikan Asrul berjalan menuju sang ibu. Ayu memang melarang Rafi bermain permainan yang agak ekstrim. Bagaimanapun, Rafi berbeda dari anak-anak yang lain. Tubuhnya lemah. Ia mudah kelelahan dan rentan sakit.. Bahkan tubuhnya sering sekali membiru membuat Ayu bingung apa penyebabnya. Tak jarang, Rafi mengalami mimisan bila ia kelelahan ataupun merasa ketakutan. Hal itulah yang membuat Ayu selalu menjaga Rafi extra hati-hati. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Rafi.

Bu Shanum mengatakan akan kembali dalam tiga hari. Setelah Bu Shanum pulang, barulah mereka berencana membawa Rafi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

"Kamu kenapa murung gitu? Berat banget kayaknya tuh pikiran," celoteh Asrul membuat Ayu tersenyum tipis.

"Aku nggak papa kok. Cuma kecapean aja," kilah Ayu. Mana mungkin pula ia menceritakan masalah rumah tangganya pada Asrul. Meskipun ia baik, ia juga teman dari suaminya, rasanya tak etis menceritakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan laki-laki itu. Baginya, masalah rumah tangga suami istri itu cukuplah mereka yang tahu. Orang lain tidak perlu tahu. Baik buruknya suaminya pun cukup ia yang tahu. Meskipun semua orang bisa melihat bagaimana sikap Madava padanya, tak perlu pula ia memperjelas dengan menceritakan masalah rumah tangga mereka.

"Beneran? Bukannya ini ada hubungannya dengan Dava ya? Apa terjadi sesuatu diantara kalian? Atau ... Dava sebenernya melarang mu pergi denganku?" cecar Asrul membuat Ayu kebingungan harus menjawab apa.

"Mama," teriak Rafi membuat Ayu sontak menoleh. Matanya seketika membulat saat melihat Rafi yang berada di atas ban berenang terbawa arus air yang bergelombang karena pergerakan orang-orang di dalamnya. Posisi Rafi kini sudah cukup jauh. Jelas saja Ayu khawatir.

"Rafi," pekik Ayu khawatir. Bagaimanapun, Rafi masih kecil. Apalagi ia kini terbawa ke kolam yang cukup dalam. Rafi juga tidak bisa berenang, begitu pula dirinya. Jantung Ayu bagai dipompa kencang. Ia benar-benar ketakutan.

"Kamu jangan khawatir. Aku akan segera membawa Rafi ke sini!" ucap Asrul seraya masuk ke dalam air. Ia pun segera berenang mengejar ban Rafi. Setelah beberapa menit, akhirnya Asrul berhasil mendapatkan Rafi. Ia pun segera membawa Rafi menepi mendekati Ayu.

"Ya Allah, Nak, mama benar-benar khawatir tadi. Kamu nggak papa?" cecar Ayu yang memang sudah panik bukan main.

Rafi menggeleng pelan. "Rafi nggak papa, Ma. Cuma tadi Rafi takut. Bagaimana kalau Rafi terjatuh 'kan Rafi nggak bisa berenang."

Ayu tersenyum lembut. "Syukurlah kamu nggak apa-apa, Nak. Kita udahan dulu ya! Kapan-kapan kita kemari lagi," ujar Ayu ingin mengajak Rafi pulang. Alasannya pertama karena ia tidak ingin Rafi kelelahan kemudian jatuh sakit. Dan kedua ia tidak ingin Madava semakin marah padanya. Terlepas dari pernikahan mereka yang terjadi karena keterpaksaan, tapi status mereka itu jelas. Sah secara hukum dan agama. Ada hak dan kewajiban yang mesti mereka patuhi dan laksanakan.

"Tapi Ma, Rafi masih mau main?"

"Iya, Yu. Kasian Rafi, dia masih ingin bermain. Baru juga satu jam," sela Asrul.

"Maaf, Mas, tapi Rafi dan aku harus pulang," ujar Ayu yang kukuh mengajak pulang. "Rafi nggak lupa 'kan, Rafi nggak boleh ... tuh tuh 'kan, baru saja mama bilang."

Ayu seketika panik saat darah segar mengalir dari lubang hidung Rafi. Begitu pula dengan Asrul, ia mendadak panik. Ayu yang sudah terbiasa pun berusaha untuk tenang. Ia segera mengambil tisu dan menyeka darah yang mengalir di bawah hidung Rafi. Kemudian ia membantu Rafi untuk duduk tegak, sedikit condong ke depan, dan menutup kedua lubangnya dengan cara mencubit hidung selama 5 hingga 10 menit untuk menghentikan mimisan. Proses ini dapat diulangi untuk membantu menghentikan mimisan.

Setelah mimisan Rafi mereda. Ia pun mengumpulkan tisu bekas darah dan membuangnya di tempat sampah.

Setelah mengalami mimisan, wajah Rafi tiba-tiba pucat. Asrul pun akhirnya setuju saat Ayu kembali mengatakan ingin pulang.

"Rafi sering mimisan gitu ya, Yu?" tanya Asrul saat mereka sudah berada di dalam mobil. Tampak Rafi yang sudah mengantuk kemudian memejamkan matanya di pelukan sang ibu.

"Hmmm ... "

"Sudah diperiksa di rumah sakit?"

"Belum."

"Kenapa? Mau periksa sekarang? Aku khawatir lho. Kita harus segera memeriksakannya supaya bisa segera tahu apa penyebabnya."

"Mas Asrul nggak perlu khawatir, Rafi nggak papa kok. Dia anak yang kuat. Tapi terima kasih atas tawarannya." Ayu tersenyum tipis.

Sebenarnya Ayu pun khawatir. Ibu mana yang tidak khawatir saat melihat anaknya sakit. Namun ia terlalu lelah untuk terlalu banyak menceritakan perihal dirinya pada Asrul. Biarpun Asrul baik, tapi tetap saja ia orang asing. Terlebih Ayu memang orang yang tertutup. Ia tidak mudah untuk menceritakan perihal dirinya. Selain itu, ia tidak ingin mudah berbaik hati dan percaya pada seseorang. Pengalamannya membuktikan, tidak ada orang yang benar-benar tulus dan tidak ada orang yang bisa benar-benar dipercaya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!