Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Gaji pertama
Mengigil Nara di dalam kamar karena masuh terbayang kejadian tadi bagai mana sadis nya Celia saat mengambil ginjal gadis itu, Bahkan dengan santai nya memberikan ginjal kepada istri yang sudah menyuruh atau menyewa pembunuh bayaran dengan harga mahal. Karena agensi Edwar memang menyediakan apa yang pelanggan minta walau sekalipun hal yang sangat sulit, Lagi pula mengambil organ nya korban tak membuat pembunuh merasa kesulitan karena mereka juga sudah menghabisi nyawa orang yang mereka bunuh, Mudah saja hanya untuk mengambil dan memberikan. Sama seperti Celia tadi melakukan pembunuhan dan juga mengambil ginjal selingkuhan, Hanya saja melibatkan Nara yang masih tak tahu apa apa.
Akibat nya sekarang gadis itu menggigil ketakutan dengan perasaan yang sangat tidak menentu, Mau makan tentu saja tidak akan tertelan karena sangking ngeri nya dengan kejadian tadi. Tangan yang biasa untuk memetik kopi atau menanam padi di sawah malah untuk menusuk perut dan mengambil ginjal, Parah nya tadi karena Nara tak tahu tata letak yang benar. Dia malah salah mengambil organ lain sehingga usus nya ikut tertarik keluar, Itu lah yang membuat Nara sangat mual bukan main karena teringat dengan usus itu, Duduk meringkuk dalam kamar karena mau keluar juga rasa kaki sakit sekali untuk berjalan karena tulang nya belum pulih sepenuh nya.
"Ini bagian mu." Edwin memberikan delapan gepok uang merah.
"Terima kasih, Tuan." Celia mengambil nya dan memasukan kedalam tas.
"Kerja bagus! Terus pertahan kan kinerja mu yang seperti itu." Puji Edwin.
"Hanya untuk kerja saja aku bagus, Untuk hal lain aku tak akan bagus." Celia berkata getir.
"Jangan membahas hal yang tak perlu! Aku tak mau membicarakan hal yang sudah ku tegas kan berulang kali." Geram Edwin.
"Aku semangat hidup lagi karena mu, Bukan karena dendam atau pun hal lain nya." Celia berkata sambil menatap Edwin tajam.
"Keluar lah jika tak ada urusan lagi." Usir Edwin.
Celia membuang nafas kasar karena pria ini masih saja sama seperti tiga tahun yang lalu, Tetap menolak cinta nya Celia. Gadis ini bersemangat menjalani hidup karena Edwin yang di jadikan tujuan nya, Namun Edwin terus saja menghindar karena dia memang tak ingin punya hubungan dengan siapa pun. Banyaj gadis yang ia tolong dan di jadikan pembunuh bayaran, Tapi tak ada satu pun yang menarik hati nya.
"Apa yang Nara lakukan saat kau ajak?" Edwin baru ingat ketika Celia sudah mau keluar.
"Seperti biasa, Orang baru adalah beban." Jawab Celia agak ketus.
"Itu tugas mu untuk menuntun dia supaya tak menjadi beban." Ucap Edwin.
"Akan ku lakukan." Celia segera pergi dari ruangan nya Edwin.
Setelah Celia pergi dari ruangan nya, Edwin mengeluarkan foto Nara yang rambut nya di kepang dua. Senyum gadis itu sangat manis bila sedang tak ingat dengan beban pikiran nya, Tanpa sadar sudut bibir Edwin juga melengkung karena melihat foto Nara.
Di buka nya CCTV yang ada di kamar Nara, Gadis itu masih sama posisi nya seperti tadi. Tampak nya dia sangat terguncang dengan apa yang sudah di alami nya. Bahkan sambil memijit kaki nya yang mungkin sakit, Edwin bangun dari kursi nya menuju kamar Nara yang paling ujung.
"Mau sampai kapan kau begitu, Nara?!" Suara Celia masuk kedalam gendang telinga Nara.
"Eh, Kakak! Aku cuma lagi pijit kaki saja." Dusta Nara menyembunyikan rasa takut nya.
"Kau pikir bisa berbohong padaku? Aku tak menerima kebohongan!" Bentak Celia.
"Kakak!"
Nara menahan tangan Celia yang mau bergegas pergi, Walau Celia bisa di bilang galak pada nya. Namun Nara merasa nyaman, Bahkan sekarang dia memeluk pinggang Celia yang sedang berdiri dan postur tubuh Celia yang tinggi membuat Nara terlihat sangat kecil. Sekali banting saja pasti sudah patah tulang nya Nara, Namun Celia tak pernah main kasar dengan anak didik nya.
"Aku memang takut! Sungguh aku takut sekali tadi." Nara mengakui nya.
"Lalu bagai mana, Mau ku pulang kan saja kerumah orang tua mu?!" Tawar Celia menyeringai iblis.
"Jangan! Aku janji akan belajar supaya lebih berani, Aku bersumpah akan menjadi kuat seperti mu." Teriak Nara yang panik mau di pulangkan.
"Apa aku tak salah dengar? Mimpi saja kau mau menjadi seperti ku, Lihat darah saja kau takut." Ejek Celia.
"Kedepan nya pasti tak akan begitu lagi, Pokok nya aku akan semangat." Janji Nara.
"Ku pegang omongan mu! Ku beri waktu satu bulan, Bila kau tetap tak ada kemajuan maka kau akan ku buang." Ancam Celia.
Nara mengangguk cepat karena takut di buang, Pokok nya dia bertekad akan kuat seperti Celia. Dari pada hidup terhina di bawah tekanan para iblis yang ada di rumah itu, Lebih baik Nara berjuang keras di sini supaya bisa menjadi kuat dan bahkan bisa balas dendam pada orang yang sudah menyakiti nya bagai kan binatang hina.
"Ini uang untuk mu, Beli apa yang kau ingin kan." Celia memberikan uang merah dua puluh lembar.
"Dua juta! Kakak memberiku uang sebanyak ini?" Nara tak percaya dengan jumlah nya.
"Itu nominal paling sedikit karena kau tadi ketakutan." Ucap Celia.
"Kalau tidak takut berapa tadi aturan nya upah ku?" Tanya Nara penasaran.
"Tak usah bertanya soal upah padaku! Lebih baik kau berlatih dengan giat supaya dapat gaji sesungguh nya dari Tuan Edwin." Celia segera pergi setelah berucap demikian.
Nara yang tak pernah memegang uang sebanyak itu jadi girang bukan main, Dulu uang paling banyak yang ia pegang adalah lima puluh ribu. Itu pun ia dapat ketika lebaran dan ada orang yang memberikan THR maka Nara akan dapat uang, Bila tidak maka tak ada uang sedikit pun dalam hidup nya. Kerja keras pun tak pernah dapat gaji dari Pak Tono, Dia hanya di suruh kerja saja tanpa upah.
"Pokok nya aku harus kuat seperti Kak Celia." Tekad Nara berusaha membuang rasa takut dalam hati nya.
Sangking senang nya karena mendapatkan uang, Nara berguling guling di atas ranjang sambil menciumi uang yang menurut dia sangat lah wangi sekali. Tak sadar bahwa Tuan besar tegak di depan pintu memperhatikan tingkah laku nya yang sangat norak.
"Mau sampai kapan kau berguling guling?!"
"Eh, Tuan!"
Edwin berdiri di depan pintu dengan wajah dingin nya, Dia memperhatikan uang yang ada di tangan Nara. Pasti Celia yang sudah memberi gadis ini uang, Celia memang baik namun tak bisa membuka hati Edwin juga sayang nya.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini