NovelToon NovelToon
Dear, My First Love

Dear, My First Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:16.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mae_jer

Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.

Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Aerin menolak niat Anson yang ingin mengantarnya pulang. Tapi Anson bersikeras ingin mengantarnya. Akhirnya dengan terpaksa Aerin pun setuju di antar oleh pria itu.

"Kalau begitu antarkan aku ke alamat  ini." kata Aerin menunjukkan sebuah alamat yang ada di hapenya.

"Hotel?"

Anson menatap Aerin. Mereka berdua sudah berada di dalam mobil Anson.

"Ya, aku sedang ingin menginap di hotel. Ada masalah?"

Lelaki yang duduk di bangku sopir tersebut memandangi Aerin serius. Lalu ia teringat perkataan mama gadis itu semalam. Apakah karena perkataan mamanya? Aerin tidak pulang ke rumah karena mamanya mengeluarkan kalimat menyakitkan itu semalam?

Mama Aerin memang terlalu keterlaluan. Sebenarnya Anson tidak begitu suka Aerin menginap di hotel, tapi kalau gadis itu pulang di rumahnya dan tambah bikin stres, lebih baik memang tidak pulang rumah. Apa dia bilang gadis itu tinggal di rumahnya saja?

Rumahnya besar, ada banyak kamar. Tinggal di kamarnya pun boleh. Dan keluarganya pasti tak ada yang akan keberatan. Adiknya Zuya juga keliatan sangat menyukai gadis itu. Tapi Aerin yang akan menolak pasti. Kalau begitu biarkan saja dia menginap di hotel dulu.

"Mau antar atau tidak? Kalau tidak aku akan memesan taksi saja sekarang." ujar Aerin menatap Anson karena pria itu belum ada tanda-tanda ingin menyalakan mesin mobilnya juga. Aerin berusaha menciptakan batas dengan pria itu.

"Tidak ada taksi di sini, hanya aku yang bisa mengantarmu." balas Anson kemudian menghidupkan mesin mobilnya. Beberapa menit kemudian mobil itu pun keluar dari halaman besar milik keluarganya.

Sepanjang perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang bicara. Suasana di dalam mobil begitu hening. Anson dan Aerin sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sesekali Anson akan melirik Aerin dari sudut matanya. Ia mendapati tatapan gadis itu kosong. Anson ingin memeluk Aerin lagi, namun ia sadar kesalahannya terhadap gadis itu begitu besar.

Mungkin selama ini dirinya yang terlalu berlebihan melihat Aerin sebagai wanita jahat, semakin ke sini Anson makin merasa Aerin tidak seburuk yang dia pikirkan dulu.

Anson tidak bisa lagi terus diam di tempat. Dia sadar dirinya tertarik pada Aerin. Ia ingin memahami gadis itu. Ingin menjadi tempat sandaran bagi Aerin. Anson tidak bisa membohongi perasaannya lagi. Tapi dia menyadari Aerin sudah terlalu kecewa padanya.

Namun dia tidak akan menyerah. Dia akan memperbaiki hukuman mereka perlahan-lahan, mulai hari ini.

"Anson, Anson."

"Hotelnya sudah lewat, Anson!"

Tiba-tiba Anson berhenti mendadak hingga kepala Aerin terbentur dasboard mobil. Pria itu terlalu larut dalam lamunannya hingga tak sadar sudah lewat hotel. Aerin meringis kesakitan, benturannya cukup kuat. Tangannya mengelus-elus kepalanya yang sakit.

Melihat hal itu Anson cepat-cepat melepaskan seatbelt dan maju mendekati Aerin.

"Kau tidak apa-apa? Mana yang sakit?" seru Anson khawatir. Ia ikut memegangi kepala Aerin, memeriksa kalau gadis itu terluka atau tidak.

"Tidak apa-apa, hanya benturan ringan." Aerin berusaha menjauhkan diri dari Anson tapi lelaki itu menahannya.

"Bunyi tadi keras Aerin. Biar aku periksa dulu. Jangan keras kepala." tegas Anson. Aerin pun terdiam. Ia akhirnya membiarkan pria itu memeriksa.

"Auww ..."

"Apa aku menyakitimu?" tatapan Anson turun ke Aerin. Gadis itu menggeleng, sembari menggigit bibirnya lirih. Ia baru sadar kalau jarak mereka sangat dekat. Diam-diam Anson tersenyum.

"Ini bengkak. Aku akan mengambilnya minyak dan mengurutnya sebentar." kata Anson kemudian.

"Tidak perlu! Nanti juga hilang sendiri bengkaknya."

"Kau seorang dokter Aerin. Kau tahu bengkak seperti itu tidak baik dibiarkan begitu saja bukan? Patuhlah,"

Aerin pun terdiam. Dia belum begitu terbiasa dengan sikap Anson yang tiba-tiba berbeda ini. Ia melihat Anson keluar mengambil sesuatu di bagasi mobilnya. Tak lama kemudian pria itu kembali dengan minyak urut.

"Aku sendiri saja." kata Aerin ingin mengambil minyak urut dari tangan Anson.

"Kau tidak bisa lihat bengkaknya, biar aku saja."

Aerin menahan napas begitu Anson mulai mengurut kepalanya. Sesekali ia meringis saat bagian bengkak itu agak di tekan.

"Tahan," gumam Anson. Wajah Aerin berada di depan dada Anson, bahkan sesekali menyentuh dada bidang tersebut saat gerakan Anson di kepalanya sedikit kuat.

Gugup?

Jelaslah dia gugup. Mereka berjarak sedekat ini. Bagaimana dia tidak gugup coba. Tapi Aerin sengaja menutupi rasa gugupnya. Jangan sampai Anson tahu.

"Bagaimana, sudah lebih baik sekarang,?" tanya Anson. Aerin mengangkat wajah lalu mengangguk pelan.

"S ... Sudah sampai, aku turun dulu. Terimakasih sudah mengantarku." ucap Aerin kemudian. Ia sudah siap-siap keluar tapi Anson tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Gadis itu berbalik, tatapan mereka bertemu.

"Mungkin ini terlambat, tapi aku ingin minta maaf atas semua sikap kasarku padamu dulu. Aku tidak ingin bermusuhan denganmu lagi, Aerin." gumam Anson. Ia mengatakan itu dengan tulus.

"Kau mau memaafkanku?" genggamannya tak lepas dari tangan Aerin. Menatapnya dengan sangat serius.

"Anson, aku tidak pernah membencimu. Mengenai sikapmu, walau terkadang keterlaluan dan membuatku sedih, tapi aku sudah melupakannya. Biar bagaimanapun aku juga pernah melakukan kesalahan padamu dulu."

"Jadi, apa kau mau kembali lagi ke tim-ku?"

Aerin berpikir. Anson menatapnya penuh harap. Tentu ia berharap Aerin akan setuju. Namun harapannya pupus saat melihat gadis itu menggeleng.

"Aku tidak cocok bekerja di tim-mu."

ucap Aerin.

Raut wajah kecewa terpampang jelas di wajah Anson.

"Maaf," kata Aerin lagi lalu keluar dari mobil, membiarkan Anson dengan segala pikirannya yang penuh.

Lelaki itu mendesah berat. Lalu tersenyum hambar. Aerin menggunakan kesempatan itu untuk keluar.

"Terimakasih sudah mengantarku." ucapnya sebelum berbalik pergi.

1
lidya makadada
Luar biasa
Ratna Komala
itu kan ada dokter anestesi cb Laras dan Rara di suntik dl supaya aman,tentram,damai 😅😅😅😅
Risty
Lumayan
Ratna Komala
sedih bngt...tanggung jawab nih Thor semua readers pada 😭😭
Ratna Komala
ko ada ya orang tua kyk gitu.....aduh ortu macam apa itu..
Ratna Komala
aduh aerin...jgn ikut lah,ngapain jg udah di sakitin jg di tmpt kerja eh mlh skg DTG,gimana sih....
dhedoy wahyudi
Luar biasa
Nicky Andong
walah tua" keladi udh bau tanah, emang pas sama nenek sihir 😁👹👹
Yuliana Pesik
Luar biasa
Lola Melinda
by
Ratna Wati
lanjutttttt Thor
Eni Ria
happy end
Eni Ria
ternyata,,,
Endah Lestary
Luar biasa
Ratna Wati
emang ada ada gitu,cewek yg brutal begitu??? dokter loh....
Sri Utami
Luar biasa
Ratna Wati
hadeeehhh tahan nafas....
Eni Ria
di balas dong
Eni Ria
pepet trus nick
Nandaa
/Angry/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!