Vanny wanita yang terkenal barbar disekolahnya. dia yang suka membuat ulah dan membuat emosi semua guru yang ada disekolahnya.
Suatu hari ketika vanny akan dijodohkan dengan Arvan seorang CEO yang terkenal dingin dan kejam. Alasan mereka menikah hanyalah sebatas balas budi sang ayah kepada orang tua Vanny yang berhasil menyelamatkan nya dari kecelakaan maut.
Kevin terselamatkan ketika mobil yang jatuh kejurang dan tepat diperkampungan orang tua Vanny tinggal. Mereka menyelamatkan nya sebelum akhirnya mobil itu meledak terbakar. Ayah Vanny berlari dan memeluk tubuh Kevin untuk diselamatkan dan dibawa pulang untuk dirawat. Karena kebaikan orang tua Vanny yang tulus, Kevin sepakat untuk menjadikan anak perempuan satu-satu mereka menjadi menantu, dan akan dinikahkan dengan Arvan putranya.
Tak disangka perjodohan ini membuat mereka akhirnya menjadi suami istri, namun keduanya sepakat bahwa pernikahan ini adalah bohongan, kerena mereka tidak mencintai satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvani Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kau kembali
Sungguh diluar dugaan, Arvan kembali bertemu dengan Erika, wanita yang meninggalkannya, hanya dengan alasan yang tidak jelas. Hanya karena mengejar impian menjadi model ternama, ia tega meninggalkan Arvan tanpa perasaan.
"Hai, selamat malam pak Arvan.! Ucap Gilang yang merupakan CEO dari PT Angkasa Group Tbk Yang saat ini menjadi urutan kedua perusahaan terbesar setelah PT Gemilang Group Tbk.
"Selamat malam pak Gilang, aku harap lain kali jika kita melakukan pertemuan, kau datang dengan tepat waktu." Ucap Arvan dengan nada dingin.
"Baik pak, maaf atas ketidak disiplinan saya, lain kali saya akan datang tepat waktu. Oh ya, pak Arvan kenalkan ini Erika, sepupu saya yang baru saja pulang dari negara A setelah ia berhasil meraih impiannya menjadi model Internasional."
Erika pun menjabat tangan Arvan, dan dibalas oleh Arvan, dua orang itu seperti orang asing, yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Seolah bram menyadari kecanggungan di antara keduanya, diapun langsung menjabat tangan Erika.
"Erika.? Setelah sekian lama kau pergi, akhirnya kau kembali menunjukkan wajahmu juga. Apa ini kebetulan, atau memang kau sengaja ingin bertemu Arvan.? Ucap bram dengan nada meremehkan.
Bram memang tidak pernah suka dengan Erika yang selalu egois dan mementingkan dirinya sendiri. Baginya walupun Vanny barbar dan selalu bertingkah urakan tapi tidak munafik lebih baik dari Erika yang selalu menjaga image tapi berhati licik dan munafik.
Arvan menatap Erika dengan raut wajah dingin dan tak terbaca. Bagai mana tidak, Erika tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada terlihat perasaan bersalah di wajah Erika saat pertemuan mereka untuk yang pertama kali, setelah sekian lama tak bertemu lagi semenjak Erika pergi meninggalkannya.
"Hai, lama tak bertemu." Akhirnya Erika bersuara.
"Kau mengenal pak Arvan.?" Tanya Gilang pada Erika.
"Bukan hanya mengenal saja, bahkan Arvan pernah menjadi orang yang sangat spesial dalam hidupku." Ucap Erika tanpa basa basi
Sontak Arvan pun terkejut dengan ucapan Erika, bagai mana bisa Erika berkata begitu lancangnya, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun dihatinya. Bahkan ia tau, jika Erika pergi meninggalkannya bukan hanya alasan mengejar cita-cita.
Selama Erika dinegara A, diam-diam Arvan selalu memperhatikannya, melalui orang kepercayan yang ia kirimkan ke negara A untuk mengetahui apa saja yang dilakukan Erika di sana. Ternyata Erika memiliki hubungan spesial dengan laki-laki lain, yaitu produser model Internasional yang mengangkat nama Erika hingga sangat terkenal dan di ketahui oleh seluruh dunia.
Dari kenyataan itu, Arvan tentu sangat merasa sakit hati, sekaligus jijik melihat Erika yang begitu murahan dan gampang sekali menduakan cintanya yang begitu tulus. Tapi tak bisa dipungkiri wanita itu masih bertahta di hatinya. Erika seolah menggenggam erat hati Arvan sehingga membuat si empunya hati sulit untuk berpaling.
"Baiklah pak Gilang, saya rasa kita harus menghemat waktu, dan jangan membahas apapaun yang tidak berkaitan dengan kerja sama kita." Ucap Arvan dengan tegas, seolah tak mau terjebak lama dengan keadaan yang menyulitkan hatinya.
Mereka pun akhirnya menyelesaikan pertemuan itu, baik Arvan maupun bram izin mengundurkan diri terlebih dahulu. seolah Bram mengerti dengan suasana hati Arvan, iapun langsung mengajak Arvan untuk pulang.
Jam sudah menunjukkan 23.30 Wib, Arvan barusan sampai di apartemen. Dia melihat Apartemen dalam keadaan sunyi, dan tak melihat Vanny. Ia pun berfikir jika Vanny sudah tidur dikamarnya.
Dengan hati yang masih campur aduk, Arvan pun melangkah gontai menuju kamar tidurnya. Sebelum sempat membuka pintu kamarnya, dia dikejutkan dengan sosok wanita berwajah putih dan menyeramkan
"Hei, kau sudah pulang." Ucap Vanny dengan tiba-tiba.
"Astaghfirullah... Se..se..setaaann..!!!" Ucap Arvan begitu syok melihat wanita bermuka putih di hadapannya. Dan ia pun segera menyalakan lampu.
Sontak Vanny pun terkejut, sekaligus tertawa melihat ekspresi Arvan ketika sedang ketakutan.
"Hahaha.. Ya ampun, kau benar-benar terlihat menggemaskan di saat ketakutan seperti itu."
"Kau sengaja mau menakutiku, dengan mengecat seluruh mukamu menjadi putih dan mematikan lampu, agar kau benar-benar mirip seperti hantu.?"
"Ya ampun, aku hanya memakai masker, untuk merawat kulit wajahku, agar tetap cerah dan glowing."
Vanny benar-benar membuat jantung Arvan hampir copot, yang muncul tiba-tiba dengan muka putih karena memakai masker wajah, yang rutin ia lakukan, untuk merawat wajahnya agar selalu sehat dan cerah.
"Kau kenapa.? Apa Kau sakit.?, kulihat wajahmu pucat, lemas seperti tidak bertenaga." Ucap Vanny yang melihat Arvan seolah tak memiliki semangat hidup.
"Tidak apa-apa, aku hanya capek saja. Oh ya van, aku istirahat ya. Bye.!!" Arvan pun meninggalkan Vanny dan masuk ke kamar tidurnya.
Didalam kamar Arvan kembali mengingat Erika, yang masih menari-nari difikirannya. Dia tak menyangka jika ia hanyalah seorang laki-laki bodoh yang tak mampu berpaling, meski Erika sudah menyakitinya.
Hampir saja Arvan memejamkan mata, tiba-tiba ponselnya berdering.
Kring.! Kring.!
Nomor tak dikenal memanggil.
"Hallo..? "
"Halo Arvan, apa aku bisa bicara sebentar denganmu.?"
Arvan pun diam membisu, seolah suara itu sangat familiar, dan sudah pasti ia bisa menebak, jika pemilik suara itu tak lain adalah Erika.
"Ya, ada apa kau menelepon ku." Ucap Arvan dengan nada dingin.
"Arvan bisakah besok kita bertemu, ada hal yang ingin aku bicarakan."
"Aku rasa tidak ada lagi yang harus dibicarakan, semua sudah jelas saat kau memilih pergi meninggalkanku." Ucap Arvan dengan tegas tapi berbeda dengan hatinya, ia sebenarnya sangat merindukan Erika.
"Aku mohon, besok jumpai aku ditempat favorit kita, Kau masih ingatkan.? Taman Erika di pusat kota. Taman terindah yang kau buat dengan menggunakan namaku.
Arvan terdiam, seakan tak mampu menolak, diapun akhirnya menyetujui keinginan Erika untuk bertemu dengannya.