Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Ternyata
Pukul setengah dua malam keluarga Reyza datang ke rumah Ninda. Ratu sang kakak menatap adiknya sedih, dahi nya sudah diperban karena berdarah. Kemudian lengan tangan kirinya juga diperban akibat luka seperti disayat benda tajam.
Intan yang memperhatikan bersama Bisma pun turut prihatin. Entah apa di balik semuanya. Tak berselang lama setelahnya Reyza tiba-tiba tersadar.
"Argh ... Aduh, aku di mana nih?" Matanya mengarah ke mana-mana. Hingga pandangannya terpaku pada sosok Ninda di sampingnya.
"Alhamdulillah, lo udah sadar, Rey?" tanya Ninda sedikit lega.
Reyza masih celingukan bingung. Di sisi lain tubuhnya masih terasa remuk semua. Ia masih di posisi tidur terlentang.
"Eja kenapa bisa kayak gini? Eja tahu gak, kakak khawatir banget tahu. Kamu kenapa sih?"
Di ruang tamu semuanya berkumpul.
Reyza memutuskan untuk beranjak duduk, dibantu oleh Ninda yang tampak canggung.
"Sebelumnya maaf, kalau keadaan aku sekarang jadi buat repot kalian semua. Oh iya, sebelumnya aku mau ke samping rumah Ninda boleh gak? Mau ambil sesuatu," kata Reyza.
Niko bertukar pandang dengan istrinya. Lalu, beliau pun mengizinkan Reyza.
"Silakan, Reyza. Tapi, hati-hati ya, karena kondisi kamu masih lemah." jawabnya.
Lelaki itu mengangguk. "Santai, Om. Aku udah lumayan baik kok. Gak terlalu sakit banget lah, meski remuk sih nih," ujarnya sembari pergi keluar sambil terkekeh.
Reaksi Ratu mendengus kesal. Hal tersebut ditenangkan oleh Risa.
"Gak papa, Sayang. Reyza kuat kok, kamu tahu 'kan, dia itu kuat." Nasihat Risa memberikan senyum.
Beberapa menit kemudian Reyza datang kembali dengan membawa sebuah buket bunga besar dan satu kotak lumayan besar terbalut pita.
Ninda terkesiap bukan main, ia bahkan terduduk sambil menutupi wajahnya menunduk. Ratu beserta keluarga yang awalnya panik berujung tersenyum.
"Happy birthday Ninda Afika Putri. Semoga panjang umur, terus tetap berbakti sama orang tua lo ya. Jangan mikirin cinta-cintaan dulu, pikirin sekolah aja masih pusing. Jadi, jangan melenceng dari tugas lo sebagai pelajar itu belajar." Kata-kata Reyza membuat Ninda mengalihkan kepalanya ke samping guna menghapus air matanya yang menetes.
Ketika tak ingin ketahuan bahwa dirinya menangis, Ratu duduk di sofa samping Ninda.
"Nin, se-cuek apapun kembaran gue itu, dia gak akan jahat sama lo. Dan sejahat apapun dia, gak bakal lupa sama hari kelahiran lo. Gue bangga sih, sama rencana dia yang ketus akhir-akhir ke lo. Sebenarnya itu katanya kejutan buat lo." sahut Ratu sambil mengusap punggung Ninda.
Reyza dengan cepatnya menyodorkan buket bunga sekaligus kotak hadiah untuk Ninda. Tak hanya itu pula, Bisma dan Intan turut datang ke rumah perempuan tersebut karena membawakan kue ultah beserta sebuah kado spesial.
"Makasih ya, Rey. Sumpah, gue kira lo beneran marah sama gue. Ya ... Kalaupun emang lo gak suka diantara kita ada rasa juga pasti gue bakal hapus kok, tapi, gak dengan cara lo ketus juga ke gue." jawab Ninda cemberut.
Sang adik atau kembaran Ratu itu terkekeh.
"Enggaklah, ngapain sih marah sama temen kembaran gue. Gue gak sejahat itu jadi cowok, gini-gini gue masih menghargai lah minimal ketika ada orang yang suka sama gue. Cuma ya, itu tadi, gue belum mau pacaran dulu."
Bisma bersama Intan memberikan dua kotak kado dan dua kue ulang tahun. Ninda pun sontak terharu, lalu menangis bahagia.
Sementara Ratu juga memberikan dua kado yang berbeda. Satu sebuah boneka beruang besar, dan satunya lagi kotak besar berisi jam tangan serta hoodie.
"Ihh, Ratuu ... Aah, lo mah, ihh makasih ya. Gue suka banget sama boneka ini." Ninda sampai loncat-loncat saking senangnya.
Ratu terkekeh. "Syukurlah kalo lo suka, soalnya itu hadiah dari Reyza, hahaha." celetuknya seketika membuat Ninda berhenti meloncat.
"Hah? Dar-dari si-siapa, Rat? Dari ... Adek lo?" tanya Ninda tak menyangka.
Reyza hanya memalingkan wajahnya agar Ninda mau menerima hadiah paling besar darinya.
"Abis tiga ratus ribu tuh, cuma si Reyza doang. Kalo gue mah yang pas-pasan aja."
Ninda jadi merasa tak enak kepada Reyza.
"Kenapa se-mahal ini lo beli kado buat gue? Kan cukup bilang selamat aja gue udah seneng. Kok sampai segitunya buat apa? Lagian, gue bukan cewek yang gila kado mau minta apa-apa ke kalian. Gue cuma minta doa nya yang baik-baik." ucap Ninda.
Reyza menunduk sembari mendekat ke Ninda. "Gue cuma kasih apa yang gue bisa. Selagi gue gak merasa rugi, itu gak masalah buat gue. Asal lo tahu aja kalo Ratu ultah, sampai alat shalat, makanan, pakaian, barang kesukaan pun gue beliin."
"Gue cuma ngasih bentuk terima kasih ke lo karena ketika lo suka sama gue, lo masih nerima buat tetap temenan aja. Bagi gue, jarang ada cewek yang ikhlas gak diterima sama cowok yang dia suka." lanjutnya.