Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KADO.UNTUK AYAH 2
Lino mendatangi saudaranya yang lain. Ia memberitahu perihal yang baru saja ia lihat.
"Jadi ayah udah beli?" bisik Ajis bertanya dengan tatapan tak percaya.
Lino mengangguk lemah, semua anak terdiam. Mereka bingung ingin memberikan apa untuk pria yang selama ini menyayangi mereka.
"Jadi beli apa dong?" tanya Amran putus asa.
"Andai ayah nggak punya uang ...."
"Eh ... istighfar! Kalo ayah nggak punya uang. Kita nggak akan seperti ini!" peringat Lana pada adiknya, Leno.
"Astaghfirullah!' Leno beristighfar.
"Kita pikirin nanti aja ya!" sahut Nita salah satu anak angkat Bart.
Frans tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Pria itu baru tau jika Herman sebentar lagi ulang tahun. Pria itu mendatangi Terra.
"Sayang, kapan ayah ulang tahun?" tanyanya langsung.
"Tanggal dua puluh, kenapa?" tanya Terra dengan kening berkerut.
"Dua puluh bulan ini?" tanya Frans yang dijawab anggukan oleh Terra.
"Emang kena ... astaghfirullah!" Terra menutup mulutnya.
"Te lupa belum beli kado!" lanjutnya berbisik.
"Beliin yuk ... anak-anak bingung mau beliin ayah apa," bisik Frans lagi.
"Mau beliin ayah apa?" tanya Terra juga tak tau.
"Ayah sudah punya semua. Kalau ada yang mau dia beli langsung dia beli tanpa mikir harga," lanjutnya masih berbisik.
Melihat dua orang dewasa tengah berbisik, membuat para perusuh sangat ingin tahu apa yang dikatakan oleh dua orang itu.
Al Bara menguping pembicaraan antara Frans dan Terra. Batita itu lalu pergi di mana saudaranya berkumpul.
"Days!" panggilnya.
"Pa'a?" sahut semua perusuh termasuk yang berjalan dengan dengkul mereka.
"Tate Blans pama netnet Teya ladhi binun woh!" ujarnya memberitahu.
"Binun teunapa?" tanya Xierra, putri Felix dan Sari.
"Tatana meuleta inin tasih wadiah puwat Tate Heyan!" jawab Al Bara.
"Pa'a Tate Heyan wuwan pahun?" tanya Fathiyya dengan mata bulat.
"Seupeltina beudithu!" jawab Al Bara lagi.
"Tapan? Tot eundat lada tue wuwan pahun??" tanya Aaima.
"Muntin butan seutalan ... pati meuleta binun bawu tasyih tado pa'a!" jawab Al Bara menjelaskan.
"Dampan ipu!" sahut Arsh santai.
"Pita tasyih doa!" lanjutnya sangat serius.
"Talo doa ipu piyasa Baby!" sahut Maryam.
"Woh ... tado teulpait ipu butantah doa?!" ujar Arsyad membela Arsh.
"Beutun ipu!" angguk Arsh yang memang benar.
"Wiya pahu ... Pati basa suma doa!' sahut El Bara.
"Banyiin ladhu pandut laja!" ujar Aaima memberi saran.
"Ladhu pandut yan bimana?" tanya Meghan.
"Teumana ... teumana ... teumana ... tuhalus beuncali teumana ... sistlipu teulsinta ... tat pahu limbana ... lama pidat pulan teulumah!' Aaima menyanyikan lagu sebuah dangdut dengan judul alamat palsu.
"Beumana beudithu punyi ladhuna?" tanya Arsh merasa asing.
Aaima mengerutkan keningnya, ia pun menggendikkan bahu tanda tak tau.
"Basa ladhu sih!" protes Nouval putra dari Hendra.
"Pita eundat bunya wuwan tah?" lanjutnya bertanya.
"Wuwan? Puwat pa'a?" tanya Arsh.
"Puwat peduli pestuwatu!' jawab Nouval.
"Pita bamen laja!" ujar Xierra memberi ide.
"Bamen pimana? Bampu palupintas?" cecar Arsh bertanya.
"Pita tat atan pisa teuluan mumah!" peringat Maryam.
"Pati Paypi Jenjel pisa!" sahut Chira menimpali.
"Atuh udha Pisa!" angguk Ryo.
"Nggak usah keluar Baby!" ujar Azha menyela.
"Tapi pita bawu sali uwan Ata'!" sahut Fatih kesal.
"Ngamen aja di sini bareng kakak! Gimana?" tawarnya.
"Pide yan badhus!" sahut Maryam setuju.
"Bian selu ... teunapa eundat bitin pampu palupintas pohonan laja!" sebuah ide brilian tercetus dari mulut Aaima.
"Ide yang bagus baby!" ujar Azha tersenyum.
Aaima ikut tersenyum, Harun mencari mainan alat musik. Al Bara memilih sebuah kaleng biskuit dan pemukulnya. Bayi itu langsung menabuhkan benda itu.
Tang! Tang! Tang! Bunyi bising terdengar. Semua orang tentu menutup telinga mendengar kebisingan itu.
"Atuh selolan patiten ... beumpunyai padan banjan ... talo peuljalan plot! Plot! Plot! Atuh seulolan patiten!" Fatih mulai bernyanyi.
"Pita tasyih syalam dulu tali ya?!" ujar Zaa memberitahu.
"Beulmisi ... pumpan banyi!" ujar Vendra mendatangi Demian, Jac dan Remario.
"Tuh pandan lamit peumuh pintan peulapuhan ... beulpeulap ...."
"Maaf ya Pak ... ke tempat lain aja!" tolak Demian menggoda bayi-bayi itu.
"Wah ... wowan puewit!" sungut Vendra kesal.
Jac menahan tawa sedang Remario menyembunyikan wajahnya karena sudah tertawa. Bayi-bayi itu pergi mendatangi kumpulan orang tua lain.
Setelah kepergian Vendra, Zaa dan Aarav. Aaima, Harun dan Xierra mendatangi Demian.
"Assalamualaikum!" ujar Harun lalu menepuk tangan.
"Maaf pak ... ke tempat lain aja ya!" lagi-lagi Demian menolak mereka dengan sengaja.
Harun tampak kesal, tetapi memang seperti itulah jika mengamen. Tentu saja bocah itu tau, tapi tidak dengan dua bayi.
"Atuh bunya ... ansin teusil ...."
"Maaf ya Dek ... di tempat lain aja!" usir Demian.
"Tuh peuli mana Beuli ...!" Xierra dan Aaima bersikeras bernyanyi.
"Ini dek!" Jac kesal dengan Demian yang usil.
Pria itu memberi uang dua puluh ribu keluaran terbaru. Harun tersenyum dan melanjutkan nyanyian adik-adiknya.
Akhirnya acara mengamen selesai. Mereka memilih mencari kakak-kakak mereka.
"Kak ... kita udah ngumpulin yang nih!" ujar Harun.
"Babies?" Azlan terkejut.
"Lumayan ini ada tiga ratus dua puluh enam ribu rupiah!" lanjut Ajis setelah menghitung uang adik-adiknya.
"Ini buat apa?" tanya Denta.
"Buat beli kado kak!" jawab Arraya.
"Kado buat ayah kan?" semua anak mengangguk.
"Uang terkumpul, ulang tahun ayah dua hari lagi. Siapa yang beli kado?" tanya Ajis lagi.
"Serahin sama kakak!" sahut Sky.
"Wah ... ide yang bagus!" ujar Anggraini setuju.
"Kalau kalian jangan deh!" sahut Azlan.
"Kak!" rengek Sky.
"Kalian terlihat seperti anak orang kaya. Bagaimana kalau kita minta bantuan Kak Diba aja!" lanjutnya memberi saran.
"Kan Kak Diba bisa keluar dan mampir ke toko beli hadiah!" lanjutnya.
"Iya ya, jadi nggak akan berbahaya bagi kita jika keluar rumah!" sahut Anggraini setuju.
Bahu Sky turun, Ia gagal melakukan misi keluar dari pengawalan bodyguard.
"Jangan lagi membuat orang tua khawatir baby, ingat kemarin kalian hampir jadi korban penculikan kan!" peringat Azlan.
Sky akhirnya mengangguk, ia menurut. Benar kata semua kakaknya, jika setiap dia keluar bahaya malah mengintai.
Azlan mendekati Adiba yang duduk sendiri. Bocah beranjak remaja itu mengatakan maksudnya. Adiba sangat setuju.
"Mau beli apa?" tanya wanita muda itu.
"Beli yang bermanfaat kak," jawab Azlan yang bingung.
"Kemeja, celana, sabuk dan dasi bagaimana?" tanya Adiba.
"Sepertinya itu bagus," angguk Azlan setuju.
"Ya sudah. Karena lusa ayah ulang tahun. Kakak akan beli sore ini bersama Paklek Satrio ya!" Azlan lagi-lagi mengangguk setuju.
Adiba menyimpan uang pemberian adiknya. Wanita muda itu menghargai usaha semua adiknya yang ingin memberikan sesuatu pada ayah tercinta dari hasil uang mereka sendiri.
Azlan mendekati semua saudaranya. Ia memberitahu apa saja yang akan dibelikan sebagai hadiah untuk pria yang paling mereka hormati.
"Oteh Ata' ... pita peumua beunulut pa'a yan teulbait!" ujar Arsh bijak.
Bersambung.
Readers doakan othor ... mata othor bengkak udah satu bulan ini makanya nggak pernah bisa update dua karena mata sangat pedih.
Satu bab ini saja menghabiskan waktu lima jam untuk membuatnya.
Sekali lagi maaf ya. makasih ba bowu 😍
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...