Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Seusai aku membereskan barang belanjaan. Aku langsung membersihkan diri dan menjalankan sholat lima waktu. Memohon ampunan kepada sang Pencipta.
Sehabis sholat aku mengambil hp yang masih berada di dalam tas. Ada banyak notifikasi dan pembeli. Aku langsung membuat list dan mengirimkan nya ke sofi. Sofi langsung mengirim pesan kepadaku.
("Widdiih.. banyak juga pembeli nya") pesan dari sofi.
("Heheheh.. rezeki anak sholehah") balasku.
("Mantaaaap jiwa.. Oh ya may keuntungan kemaren gue kirim ya ke rek lo.")
("Ok sip. No rek gue yang dulu ya. Rek sebelum gue nikah tahu kan lo")
(Tahu lah... masa gue ga tau no rek lo yang dulu sih. Gue kirim sekarang")
Ting. Notifikasi dari M-banking masuk ke dalam ponsel ku.
"Wow.. banyak juga keuntungan nya" batinku.
Aku langsung mengirim pesan ke sofi.
("Thanks you sis.. uang nya udah masuk.. besar juga ya keuntungan yang gue dapat. Lumayan lah buat beli cendol se gerobak")
("Sama-sama cin.. lumayan kan keuntungan nya. Jangan kan cendol se gerobak. Lo beli cimol juga bisa. Wkwkwkwk") balasan sofi
("Sialan lo") jawab ku
("Semangat terus promosi nya boss") pesan sofi
("Asyiaaap boss sofi. Gua lanjut lagi ya promosi nya bye..")
Setelah menutup aplikasi gagang telpon aku langsung mempromosi kan kembali produk-produk di semua media sosial. Dan melanjutkan menulis cerbung kembali.
Adzan magrib berkumandang aku langsung meletakan hp. Tak lupa aku menyimpan tulisan biar nanti bisa aku lanjutkan kembali.
Sehabis membersihkan diri dan sholat aku berjalan menuju dapur. Mbok jum sudah menyelesaikan masakan dan membersihkan perkakas yang sudah di gunakan saat memasak.
"Mbok, udah makan belum?" Tanya ku
"Belum non. Non mau makan?? Mbok siap kan ya??" Ucap mbok jum
"Boleh mbok. Tapi mbok temenin may makan ya. Makan berdua may. Mbok mau kan??"
"Siap non."
Dan kami pun makan bersama. Sehabis makan aku langsung meletakan piring makan ke dalam wastafel. Lalu aku mengambil gelas untuk membuat kopi latte di campur es bantu. Tak lupa cemilan.
Aku duduk di ruang tengah sambil membuka aplikasi gagang telpon milik suami ku yang sudah aku sadap. Tak lupa aku screenshot. Dan aku simpan ke dalam drive.
Terlalu banyak pesan yang dikirim atau terkirim oleh suamiku dan selingkuhan nya. Membuat hati ku hancur. Kata-kata romantis bahkan kata-kata dan gambar-gambar vulgar ada di dalam pesan tersebut. entah lah aku tak tahu bagaimana bentuk hati ini. Jika di ibaratkan kaca. Mungkin sudah hancur berkeping-keping dan tak berbentuk.
Jam sudah menunjukan pukul 00.00 dan mas adam belum juga tiba di rumah. Aku mencoba menghubung in mas adam. Tapi no.tlp nya tidak bisa di hub.in
Ku buka aplikasi pelacak untuk mencari tahu dimana mas adam sekarang.
Deg.
Lokasi menunjukkan di salah satu apartment mahal yang berada di pusat kota. Air mata turun seperti sungai yang mengalir sampai jauh.
Ku hapus air mata. Aku langsung membasuh muka dan mengambil wudhu untuk melaksanakan kewajiban serta memohon petunjuk kepada Yang Maha Esa.
Setelah itu aku langsung mencari dokumen-dokumen penting atas nama aku pribadi. Surat-surat kepemilikan harus aku selamatkan. Dan menaruh nya di dalam tas kerja lama ku yang aku simpan ke dalam kolong tempat tidur. "Besok akan aku pindahkan ketempat yang aman" batinku.
Aku tidak mau apa yang aku milikin berpindah tangan ke mas adam. Ini jerih payah ku selama aku berkerja. Ada pun harta bersama aku tidak memperdulikan nya toh mas adam cukup memenuhi semua kebutuhan rumah dan kebutuhan pribadi ku.
Setelah semua aman aku langsung mempersiapkan semua kebutuhan ku jika suatu saat aku memilih untuk berpisah dari mas adam. Jika mas adam berpikir aku terlalu cinta dan tidak mau untuk berpisah.
Suatu pemikiran yang salah. Cinta boleh tapi bodoh jangan.
***************************************************
Tengah malam aku terbangun karena haus. Aku menoleh ke samping dan ternyata mas ada sudah tertidur dengan lelap nya.
"Jam berapa kamu pulang mas? Mau sampai kapan kamu membohong in aku?"batinku berbicara.
Aku langsung turun perlahan dari tempat tidur dan membuka pintu dengan perlahan agar tidak berbunyi. Berjalan menuju dapur dan mengambil gelas serta membuat kopi latte dengan es.
Aku duduk di meja makan sambil memikirkan jalan apa yang harus aku ambil.
Karena mumet dengan pikiran-pikiran. Aku kembali ke kamar tak lupa mencuci gelas yang habis ku pergunakan biar tidak menumpuk di wastafel.
Aku langsung mengambil hp dan melanjutkan menulis cerita di salah satu aplikasi.
Terdengar suara adzan aku langsung bergegas membersihkan diri dan membangun kan mas adam. Untuk mengajaknya sholat berjamaah.
"Mas, bangun udah subuh. Sholat yuk"
"Hmm.. Mas masih ngantuk may. Kamu aja yang sholat duluan. Mas nanti nyusul" ucap mas adam. Dan suara dengkuran kecil pun terdengar.
Tak mau sia-sia kan waktu aku langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat. Tak lupa aku memohon ampun dan meminta perlindungan kepadaNya.
Selesai sholat aku berjalan ke dapur untuk membantu mbok jum menyiapkan sarapan pagi tak lupa kopi kesukaan mas adam dan segelas air putih. Setelah semua beres. Aku bergegas menuju kamar membangunkan mas adam.
"Mas bangun udah jam 6. Mas jadi jemput ibu jam berapa?" Tanya ku sambil menggoyang-goyangkan tubuh mas adam.
"Uuggh.. kenapa may? Udah jam berapa?" Tanya mas adam
"Udah jam 6 pagi mas. Mas jadi jemput ibu jam berapa?"
"Ooh udah jam 6 ya. Mas jemput ibu siang may. Mas tidur dulu ya. Mas masih ngantuk, may." Ucap mas adam sambil memeluk kembali guling nya.
"Sarapan dulu mas". Ujar Ku
"Nanti saja may. Nanti mas makan nya"
"Ya udah may sarapan dulu sama mbok jum"
"Uuhmm" mas adam langsung kembali tidur.
"Susah nya bangunin orang tidur kayak mas adam" gerutu ku sambil keluar dari kamar kami.
"Mbok jum, temenin may sarapan. Mbok belum sarapan kan?" Dengan muka cemberut karena ulah sang suami.
"Belum non. Bapak gak sarapan non?" Tanya mbo
"Gak mbok masih molor udah kayak kerbau habis di potong" ucapku karena kesal.
"Husssh gak boleh gitu non sama suami sendiri. Emang sih bapak kalau tidur udah kayak kerbau. Hehehe. Maaf non" dengan tawa khas mbok.
"Hahaha, ga pa pa mbok. Mas adam kalau tidur memang kaya kerbau. Susah di bangunin. Yuk makan mbok. May udah lapar sangat." Ajak ku ke mbok jum.
Kami pun makan sambil bersenda gurau. Ghibah sana ghibah sini. Setelah selesai mbok jum langsung membereskan semuanya.
"May.. may.." teriak mas adam
Aku langsung bergegas ke kamar.
"Apa sih mas. Ga usah teriak-teriak. Pendengaran aku belum rusak." Dengan kesal aku menjawab.
"Siapin baju mas. Mas mau jemput ibu. Oh iya, kamar ibu sama putri sudah rapi kan." Tanya mas adam tanpa meminta maaf karena teriakan nya.
"Udah rapi. Sudah mas mandi sana. Kasihan ibu nanti nungguin mas." Ujarku sambil mendorong mas adam masuk kedalam kamar mandi.
Aku langsung menyiapkan pakaian yang akan di pakai oleh mas adam. Lalu beranjak ke dapur untuk menyiapkan makanan dan kopi buat mas adam.
"Mas pakaian nya udah di atas kasur. Kalau sudah selesai mandi makan dulu. Kopi juga may buat kan." Teriak ku buat mas adam
"Iya may" balas mas adam dari dalam kamar mandi.
Sehabis mandi dan selesai sarapan pagi. Mas adam langsung pergi untuk menjemput ibu dan putri.