Beautiful Nanny

Total dua hari lamanya Anggita dan Angkasa menginap di rumah Rosa. Berbagai cara telah dilakukan oleh Anggita untuk meraih perhatian Rosa tapi hasilnya sama saja, wanita satu anak itu masih acuh tak acuh padanya.

Sore hari, angkasa mengajak Anggita dan Nania kembali di rumah. Dia meminta Nania untuk santai dan tidak terlalu memikirkan tingkah Rosa. Lagi pula tanpa restunya sekalipun, angkasa akan tetap melamar dan menikahi Anggita.

Tapi bagi Anggita menikah adalah hal yang sakral dan hanya ingin dia lakukan sekali seumur hidup. Dia ingin kedua keluarga saling menerima, juga saling menyayangi satu sama lain. Tentunya agar tidak ada masalah besar dikemudian hari.

Mobil Angkasa tiba di halaman rumah, ada seorang wanita berpakaian seksi yang sedang menunggunya di depan pintu. Wanita itu tak asing bagi Angkasa, dia hapal betul dia siapa dari gaya berpakaian dan aroma parfumnya yang menyengat.

"Zoya," lirih Angkasa. Dia sedikit menekuk wajahnya. Batin Anggita terasa nyeri saat kekasihnya menyebut nama itu.

"Mau apa dia kemari? Ah, mungkin dia rindu pada putrinya," pikir Anggita dalam diam.

Mereka bertiga turun dari mobil, angkasa mendekati Zoya tapi Nania tetap di belakang menggandeng Anggita.

"Apa kabar sayang? Lama nggak bertemu," ujar Zoya. Rasa cemburu mulai menyayat hati Anggita. Wanita gila, sudah jadi mantan tapi masih bersikap romantis layaknya pasangan biasa.

"Mau apa kamu datang kesini?" tanya angkasa.

"Aku rindu anak kita," sahut Zoya.

"Dia anakku!" ucap Angkasa penuh penekanan.

"Anakku juga bukan?" cicit Zoya.

"Tentu bukan, kamu meninggalkannya untuk pria lain beberapa tahun lalu. Dia hanya anakku seorang!" tekan Angkasa.

Zoya tersenyum getir. Jelas masih tersimpan rasa benci, dendam dan jijik di wajah Angkasa pada Zoya. Zoya melihat ke arah wanita yang sedang menggandeng tangan putrinya, mereka nampak akrab dan dekat.

"Nak, mendekat lah pada Ibu," Zoya memajukan tangannya ke depan. Nania yang takut bersembunyi di belakang Anggita.

"Jangan dekati dia!" Omel Angkasa.

"Aku Ibunya," ucap Zoya kesal.

"Kamu bukan Ibuku, Ibuku cuma Kak Anggita." ceplos Nania lantang.

Zoya melempar tatapan pedas pada Anggita. Ternyata mantan suaminya telah memiliki wanita lain, dia harus menyingkirkan wanita itu atau rencananya untuk kembali dengan Angkasa akan gagal.

Biaya hidup Zoya sangat besar, dia pengangguran sekarang. Dia harus bisa bersama Angkasa lagi agar bisa menggantungkan hidup. Angkasa si pria kaya dan royal, pria yang pernah mencintainya seperti orang bodoh dulu.

"Siapa dia?" tunjuk Zoya kearah Anggita.

"Dia calon istriku, kami akan segera menikah," sahut angkasa. Sementara Anggita hanya diam saja. Dia bingung mau bicara apa dan mulai dari mana.

"Sayang, kamu nggak cocok untuknya. Dia terlalu muda, kumuh dan kurus," hina Zoya.

"Lalu, wanita seperti apa yang cocok untukku?"

"Seperti aku lah,"

"Penghianat sepertimu nggak akan cocok untuk siapapun, termasuk aku. Lebih baik sekarang kamu pergi dari rumah ini Zoya!" Usir Angkasa.

Angkasa yang dulu berbeda dengan saat ini. Dia galak, kasar dan penuh dendam. Zaskia mengkerut takut melihat dua biji mata milik Angkasa yang seolah mau lompat dari tempatnya.

"Jangan kembali lagi, atau aku akan menyeret kamu keluar secara paksa nanti!" lanjut Angkasa.

Zoya menendang lantai, dia ingin bertahan dan mengajak pria itu ribut. Tapi percuma, yang ada Angkasa hanya akan semakin membencinya. Zoya harus mencari cara lain untuk mendekati Angkasa. Saat ini, pulang dan menenangkan diri adalah cara terbaik yang bisa diambil Zoya.

***

Wanita itu pergi, tapi kenangannya masih ada dirumah ini. Anggita tiba-tiba sedih dan murung karena diterpa rasa takut yang begitu besar. Dia takut Zoya merebut angkasa darinya.

Tapi buat apa Anggita takut? Bukankah kalau sudah jodoh tidak akan kemana? Sekalipun Zoya berusaha keras merebut angkasa, jika angkasa jodohnya maka Zoya tidak akan berhasil.

Grep ...!

Angkasa memeluk tubuh Anggita dari belakang. Dia menaruh kepalanya di pundak Anggita.

"Ayo kita segera menikah," ucap Anggita.

"Kamu serius?" tanya Angkasa.

"Ya, aku serius," sahut Anggita mantap.

"Baik. Week end nanti kita akan pulang ke rumah Ibumu, aku ingin melamar mu secara resmi. Seminggu kemudian kita menikah," ucap Angkasa.

"Oke. Aku setuju," Anggita tersenyum lebar.

Tiba-tiba mengajak menikah, angkasa tau apa penyebabnya. Pasti karena Zoya. Anggita takut Zoya merebut Angkasa dari tangannya. Pria itu tersenyum, ada gunanya juga kemunculan wanita ular itu. Dia jadi bisa menikahi Anggita dalam waktu dekat.

***

"Sial! Dia mengusirku di depan wanita rendah itu!" Umpat Zoya.

Kepalanya panas, dia butuh sesuatu untuk melampiaskan emosi. Diambilnya barang barang diatas meja rias dan dibuangnya secara asal ke lantai.

Prak ...!

Prak ...!

Bunyi benda jatuh, Zoya belum puas. Dia melempar tas berisi ponsel, dompet dan satu set make up ke cermin rias.

Pyuk ...!

Cermin itu pecah dan hancur jadi berkeping keping. Sama seperti hati Zoya saat ini. Dia cemburu dan kesal karena Angkasa telah menemukan penggantinya, bahkan jauh lebih muda dan cantik darinya.

"Apapun caranya, kamu harus bisa menjadi milikku lagi Angkasa!" lirih Zoya.

Bersambung...