Setelah akadnya bersama sang suami, Aleta mengetahui fakta yang menyakitkan. Laki-laki yang baru beberapa jam menjadi suaminya ternyata selama ini mengkhianatinya. Lebih menyakitkan lagi selingkuhan dari sang suami yakni orang terdekatnya. Aleta hancur, hidupnya tak berati lagi, namun ia tak ingin hidupnya sia-sia untuk laki-laki yang telah mengkhianatinya. Ia bersumpah akan membalas rasa sakitnya kepada kedua orang yang sekarang menjadi incaran atas rasa sakit hatinya.
Namun siapa sangka? setelah mendapatkan kehancuran dalam hidupnya, Aleta justru dipertemukan dengan seorang laki-laki yang akan merubah hidupnya, ia juga yang membantu Aleta membalaskan dendam.
Arfandra Nanggala, laki-laki mapan,tampan, juga sangat pintar dalam bersandiwara, menyembunyikan setatus dirinya juga termasuk bagian dalam sandiwara Arfandra.
"Kamu tidak ingat perjanjian kita diawal?"
"Untuk sekarang aku masih ingat, tapi tidak tahu ke depannya."
Damn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 32
Aleta menatap Fandra tidak percaya. Ia merasa laki-laki di depannya ini orang lain, meski masih ada sedikit kemiripan tetapi semua sudah tergantikan laki-laki tampan dan gagah yang tidak pernah Aleta kenal.
"Maaf, aku tidak berterus terang denganmu." Fandra mencoba membujuk Aleta.
"Tapi sungguh, ini semua aku lakukan karena-"
"Karena dia nggak mau lagi dikejar-kejar wanita."
Suara itu seketika membuat Aleta dan Fandra menoleh.
"Mba Finda." Aleta sedikit membungkukan badannya untuk memberi hormat.
Ada keterkejutan dalam dirinya melihat Finda datang secara tiba-tiba.
"Hai Aleta, kamu pasti kaget bukan tahu siapa dia?" tanya Finda melirik Fandra dengan sedikit senyum.
Aleta mengangguk membenarkan tanpa menjawab, Aleta sendiri bingung harus berkata seperti apa. Selain itu ia juga kaget dengan munculnya Finda, bukan hanya fakta mengenai Arfandra.
"Sudah ku bilang kan Ndra? Harusnya kamu berterus terang saja dengan Aleta," lagi-lagi Finda melirik ke arah Fandra. Sebelum akhirnya wanita itu menarik tangan Aleta dan mengajaknya untuk pergi meninggalkan Fandra.
"Ck, menyebalkan," gumam Fandra melihat apa yang dilakukan oleh kakanya.
Aleta hanya menurut saja. Ia bingung harus bersikap seperti apa, terlebih Finda ini adalah atasannya. Tidak mungkin Aleta menolak, ia terlalu sungkan untuk bertindak seperti itu.
Keduanya kini sudah berada di sebuah ruangan yang hampir semua isinya putih, Finda menaruh sebuah minuman di depan Aleta, lalu wanita itu duduk menghadap Aleta.
"Mba Finda, terimakasih," ujar Aleta diangguki oleh Finda.
"Kita saudara Aleta," ujar Finda.
Aleta tampak terkejut, namun setelahnya ia kembali tenang ingin mendengarkan apa yang akan Finda katakan.
"Kita saudara satu ayah tapi beda ibu," lanjutnya lagi menjelaskan.
Lagi-lagi Aleta kembali dibuat terkejut dengan pengakuan Finda.
"Fandra pasti belum cerita tentang itu ya?" tanya Finda mendapat gelengan kepala dari Aleta.
"Oh ya Tuhan, mulutku ternyata memang perlu dilakban," setelah mengatakan itu terdengar tawa Finda.
"Tapi meski begitu, aku menyayanginya lebih dari apapun Aleta, dia adiku satu-satunya. Kami dibesarkan bersama," terangnya.
"Jadi Aleta, apa kamu juga menyukai dia?"
Belum sempat menjawab pintu sudah terbuka dan menampilkan Fandra yang berdiri di sana. Melihat kedatangan Fandra seketika membuat Finda mendengus kesal.
"Ck, kenapa harus datang sih? Aku sedang membantumu untuk mendapatkannya," ujar Finda frontal.
"Aku tidak butuh bantuanmu," balas Fandra mencoba mengajak Aleta untuk keluar dari sana.
"Apa-apaan kamu? bahkan minuman Aleta saja belum disentuh Fandra," kesal Finda.
Fandra menatap minuman yang masih berisi penuh di sebuah gelas. Lalu menatap Aleta secara bergantian.
"Aku minum dulu," ujar Aleta mengambil minuman tersebut dan meneguknya hingga tandas.
"Sudah kan? Aku akan antar dia pulang," ujar Fandra kembali menarik Aleta untuk mengikutinya.
Finda tidak lagi protes, ia hanya menatap kepergian Fandra dan Aleta dengan menggelengkan kepalanya.
"Takut banget aku bongkar rahasia kamu?" ujar Finda.
Seperti katanya. Fandra mengajak Aleta keluar dari rumahnya, bukan menggunakan motor buntutnya lagi, tetapi mobil mewah yang lagi-lagi belum pernah Aleta lihat.
Kali ini Aleta tidak lagi berbicara banyak seperti biasanya, atau bahkan gadis itu tidak menganggap Fandra meminjam mobil seperti yang sudah-sudah.
Fandra sendiri berniat tidak menutupi apapun dari Aleta, gadis itu sudah tahu siapa dirinya jadi ia akan melakukan seperti kehidupannya yang sesungguhnya.
"Kenapa ke sink?" tanya Aleta melihat mobil Fandra berhenti disebuah rumah makan.
"Kita makan dulu sebelum aku antar kamu pulang," jelas Fandra.
"Tata, kalau kamu masih marah denganku, itu hak kamu, tapi biarkan dan jangan larang aku untuk berusaha memperbaiki hubungan ini,"
"Hubungan kita hanya sebatas teman bukan? Selebihnya kamu membantu aku-"
"Aku tahu, maka dari itu aku sedang berusaha, sebaiknya kita segera masuk ke dalam."
Selama makan malam bersama, tidak banyak yang mereka bicarakan, sesekali Fandra membantu Aleta dari hal-hal kecil, seperti mengambilkan tisu juga menambah lauk yang tersedia, namun agaknya Aleta masih tetap belum bisa seperti sedia kala.
Fandra pun tidak memaksa, ia justru senang harus semakin gencar dalam berusaha, ini pertama kalinya Fandra berusaha untuk merebut hati seorang perempuan, biasanya ia yang akan dikejar sampai harus pura-pura menjadi seseorang yang kehidupannya jauh dari kemewahan.
"Bisa antar aku ke rumah?" tanya Aleta ditengah perjalanan.
"Tentu," balas Fandra.
Aleta berniat pulang ke rumah kedua orang tuanya. Sudah cukup lama ia tidak berkunjung ke sana. Datang pun Aleta tidak disambut dengan hangat, bahkan sampai sekarang papanya masih mendiaminya. Berbeda dengan mamanya yang sudah mulai menerima perceraian Aleta.
"Terimakasih," ujar Aleta setelahnya turun dari mobil Fandra.
"Sama-sama Aleta, kalau ada apa-apa kabari aku ya? Nomorku masih sama," ujar Fandra hanya dibalas anggukan kepala oleh Aleta.
"Aleta tunggu."
Langkah Aleta terhenti, ia membalikan tubuhnya dan melihat Fandra yang sedang turun dari mobil seraya membawa paper bag coklat.
"Ini."
"Untuk apa?" bingung Aleta.
"Oleh-oleh tangan, aku ngga tahu nyebutnya apa karena aku belum pernah melakukannya."
"Lain kali kalau kamu mengijinkan, aku sendiri yang akan membawakan langsung untuk orang tuamu," lanjutnya lagi.
"Aku pergi ya? Jaga diri baik-baik. Bye."
Aleta diam mematung di tempatnya. Bahkan sampai mobil Fandra semakin menjauh Aleta masih mencerna kata-kata Fandra barusan. Sebelum akhirnya ia tersadar dan tanpa disadari sudut bibirnya tertarik ke atas.
"Mobil kak Dipta?" gumam Aleta yang baru menyadari jika mobil Dipta terparkir di pekarangan rumahnya.
Entah kenapa jantung Aleta tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat, namun langkah Aleta tetap membawanya akhirnya sampai di depan pintu.
Aleta terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka pintu. Di ruang tamu tampak sepi tidak ada seorang pun, namun samar-samar suara percakapan juga tawa orang mulai terdengar dengan langkahnya yang semakin masuk ke dalam.
Sampai akhirnya, langkah Aleta terhenti di meja makan. Di sana ada kedua orang tuanya juga Alesa, tetapi ada satu orang yang membuat jantung Aleta rasanya ingin keluar dari tempatnya.
Dipta juga berada di sana dan bahkan sedang tertawa kecil saat Aleta tadi datang, laki-laki yang sangat Aleta benci di muka bumi ini.
Untuk apa ia di sini? Atau Dipta dan kakaknya mulai terang-terangan dengan hubungan terlarang mereka sebelumnya?
"Tata," ujar mamanya.
Semua yang berada di sana langsung menoleh ke arah Aleta. Tidak terkecuali Dipta yang juga mengarahkan tatapannya pada Aleta.
Aleta menelan ludahnya susah. Ia mencoba tersenyum dan mendekat.
Setelah menyalami kedua orang tuanya. Aleta duduk di sebelah mamanya, kebetulan posisinya berhadapan dengan Dipta.
Dapat terlihat jelas perubahan pada wajah Dipta. Laki-laki itu mencoba tersenyum dan menyapa Aleta.
"Bagaimana kabarmu Tata?" tanya Dipta.
"Baik," singkat Aleta.
"Oh ya ma, ini dari temen aku." Aleta menyerahkan paper bag dari Fandra.
"Wah apa ini Ta?" tanya mamanya mendapat gelengan kepala dari Aleta.
"Kamu sudah makan Ta? Ayo kita makan bersama," ajak mamanya kembali mendapat gelengan kepala dari Aleta.
"Aku sudah makan ma tadi sama-"
"Aku ke atas dulu," ujar papanya tiba-tiba.
Melihat sikap papanya Aleta hanya mendesah pasrah. Sementara Alesa sedari tadi masih diam sejak kedatangannya.
"Oh ya, ada acara apa kok kak Dipta bisa ada di sini?" tanya Aleta seketika membuat semuanya terdiam.
"Aku ke sini karena masih berhubungan baik dengan keluargamu, yang berpisah kita, tetapi mereka masih aku anggap sebagai orang tua," ujar Dipta membuat Aleta tersenyum sinis.
"Baguslah kalau begitu. Aku kira karena ada maksud tertentu," ketus Aleta.
"Tata, jangan seperti itu," tegur mamanya.
"Enggak kok ma, Tata hanya becanda, iya kan kak?" ujar Aleta melirik Alesa.
dobel up..
gapapa laah mas Fandra, pembukaan dlu. nanti di Perancis dilanjutin🤭🤭🤭
mau tau Fandra berapa lama redmoon nya😁😁🤭🤭🤭
cm seminggu paling kl ga 9 harian laaah.
tp kan hbs itu lgsg bs unboxing kq😁😁
sabar ya mas Fandra😉
nanti bakal ada masa masa indah pernikahan sm Tata🥰🥰
kenapa ketahuan nya setelah menikah.....