NovelToon NovelToon
Kidung Lara Di Tepi Senja

Kidung Lara Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda Yuzhi

Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.


Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?

~~ Dilara Annisa ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saya Diet

Jarum jam menunjukan pukul 4.00 pagi. Dilara menggeliatkan tubuhnya yang terasa berat, seperti ditimpa sesuatu.

" Eeuhmm... Ini apa sih ? Desahnya mengeluh. Nyawanya belum terkumpul sempurna ketika melihat sebuah lengan besar melingkar posesif di pinggang rampingnya.

" Astaghfirullah aku lupa. " Gumamnya ketika menyadari bahwa semalam sang suami tidur dengannya. Segaris senyum getir terlukis di bibirnya ketika mendengar suara dengkuran halus dari balik punggungnya.

" Dia terlihat sangat nyenyak. " Perlahan wanita itu bangun dengan gerakan pelan agar tidak mengusik tidur sang suami. Disingkirkannya lengan besar itu dengan hati-hati lalu beringsut turun dari ranjang.

Setengah jam kemudian, Dilara menyelesaikan ritual mandi dan sekalian berwudhu. Ya, setelah pertemuannya dengan Dany kemarin. Hati kecilnya merasa tertampar. Mulai hari ini, dia berusaha memperbaiki sholatnya. Dia ingin memperbaiki diri menjadi hamba Allah yang lebih taat lagi.

Suara tarhim dari masjid yang jaraknya tidak jauh dari rumah, terdengar menggema membangunkan hamba-hamba Allah yang ingin bersimpuh, dari tidur lelapnya. Dilara menggelar sajadah dan duduk berdzikir menunggu adzan subuh. Hatinya seketika tenang. Perasaan damai perlahan menyusup ke dalam jiwanya. Kegundahannya sedikit terhapus. Tanpa sadar tetesan cairan bening mengalir dari sudut netra nan teduh itu.

Dilara mengingat dosa-dosanya. Dia mengingat, betapa selama ini dia telah lalai. Dia telah terlena dengan kenikmatan dunia yang membuatnya lupa sang pemberi nikmat. Sampai Allah menegurnya dengan cobaan yang harus dia syukuri. Ya, dia harus bersyukur, dengan cobaan bertubi-tubi ini dia menemukan kembali jalan pulang. Kembali menyandarkan hidupnya kepada pemilik hidup. Karena tidak ada tempat kembali yang pantas hanyalah kepada Allah SWT.

Suara adzan subuh berkumandang. Dilara bangkit untuk mendirikan sholat dua rakaat. Dengan perasaan malu, dia ingin mendatangi penciptanya. Dia malu dengan dirinya yang yang datang kepada Allah, hanya disaat keadaannya terpuruk.

" Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang hina ini Ya Allah. " Desahnya di dalam hati sebelum membaca niat sholat subuh lalu mengangkat takbiratul ihram.

Setengah jam kemudian. Fikri menggeliatkan tubuhnya dan meraba ruang di sisinya yang terasa dingin. " Lara ! " Gumamnya sontak bangkit dan terduduk ketika menyadari ada yang hilang dari sisinya. Dia ingat, semalam dia tertidur sambil memeluk tubuh istrinya. Dia tau itu bukan mimpi, karena saat ini dia bukan berada di kamarnya dengan Dilara.

" Ra ! Sayang ! Di mana kamu ? " Pekiknya panik, takut kehilangan sang istri kembali. Kilasan percakapannya dengan Umi kembali terngiang.

 " Lepaskan Dilara jika dia ingin melepasmu. Biarkan dia mencari kebahagiaannya dengan orang lain yang mungkin bisa membahagiakannya. " Ucap Umi ketika mereka mengakhiri pembicaraan.

" Tidak ! Dilara tidak boleh pergi dariku " Gumamnya panik. Diedarkannya pandangan, mencari sosok itu di setiap sudut kamar. " Kemana dia ? " Gumamnya seraya melangkah ke arah pintu balkon yang setengah terbuka.

" Sayang ! " Soraknya saat melihat sang istri sedang berdiri tertegun di tepi balkon.

Dilara diam tak menoleh meskipun dia mendengar seruan Fikri. Tatapannya lurus memandangan di bawah sana. Terlihat kabut tipis masih melapisi udara pagi ini. Jarum jam baru menunjukan pukul setengah enam pagi.

" Sayang ! Kenapa pagi-pagi berdiri di situ ? Udara sangat dingin, sayang ! " Seru Fikri lalu memeluk tubuh sang istri dari belakang dan menyusupkan kepalanya di ceruk leher jenjang sang istri. Dia sangat merindukan Dilara.

Wanita yang sedang memakai cardigan rajut berwarna coklat susu itu tetap mematung di tempatnya tanpa bersuara. Sungguh saat ini dia sedang menetralkan perasaannya. Ada rasa marah, sedih dan kecewa bercokol di dalam hatinya.

Suasana hening. Keduanya diam dengan perasaan masing-masing. Dilara dengan tatapan dingin menatap lurus ke depan. Fikri dengan pelukan kerinduan dan rasa bersalah dalam hatinya. Semua menjadi canggung. Kicauan burung dari pohon di sekitar rumah tidak mampu membuat suasana canggung itu menjadi hangat.

" Biar saya siapkan kopi dulu untuk abang. " Setelah beberapa saat hening, akhirnya Dilara memecah keheningan itu. Dia mengurai pelan pelukan Fikri dan hendak berbalik.

" Biarkan begini dulu, Ra ! Abang sangat merindukanmu. " Mohon Fikri dengan suara lirih. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya. Entah air mata apa itu. Yang pasti Dilara merasakan basah di ceruk lehernya.

" Maaf ! " Bisik Fikri lirih semakin mengeratkan pelukannya.

" Lepas dulu ! Saya merasa sesak. " Ujar Dilara datar tanpa emosi.

Fikri tersentak. " Maaf, sayang. Abang tidak sengaja. " Ucapnya sambil mengurai pelukannya lalu menangkup bahu sang istri dan membalik lembut tubuh itu menghadap padanya.

" Maafkan abang. Beri kesempatan pada abang untuk menjelaskan semuanya. " Ucapnya sambil menatap lekat wajah yang dirindukannya beberapa hari ini.

" Bicaranya nanti selesai sarapan. Sebentar lagi Bu Atin akan mengantar sarapan ke sini. " Tukas Dilara datar. Dia memang menyuruh Bu Atin mengantar sarapan ke kamar, karena dia ingin menuntaskan masalahnya dengan Fikri. Rencananya dia akan bicara dengan sang suami setelah sarapan nanti.

" Abang rindu masakanmu, sayang ! " Ujar Fikri memelas. Beberapa hari ini memang dia makan kurang berselera, karena rindu dengan masakan sang istri. Dan hari ini dia merasa aneh, Dilara tidak menyiapkan sarapannya seperti biasa tapi menyuruh pelayan yang melakukannya.

" Maaf ! " Sahut Dilara lirih entah apa maksud dari kata maafnya itu. Dia memang sengaja tidak menyiapkan makanan buat suaminya. Dia ingin suaminya akan terbiasa tanpanya.

" Ya..tidak apa apa. Abang tidak memaksa, sayang. Kalau kamu lagi malas tidak apa-apa. " Ucap Fikri seraya tersenyum memaklumi. Pikirnya tanpa disiapkan oleh Dilara pun dia sudah senang, asalkan istrinya itu ada bersamanya.

Dilara menepis pelan tangan besar sang suami lalu duduk di kursi balkon menunggu sarapan yang diantar oleh Bu Atin.

Fikri menarik napasnya berat melihat sang istri menghindarinya. " Sayang ! Kenapa diam ? Kamu sakit ? " Tanyanya seraya berlutut di depan Dilara.

Dilara menundukan pandangan, menatap dingin wajah memelas sang suami. " Duduk di kursi, bang ! Saya baik-baik saja. " Jawabnya tenang tanpa emosi.

" Saya ?! " Beo Fikri dengan suara lirih. Setelah kesekian kali dia mendengar Dilara memakai kata saya dalam menyebutkan dirinya, akhirnya dia merasa aneh Lara memakai bahasa formal dengannya. Seolah sang istri sedang membangun tembok pembatas untuknya.

" Jangan berlutut di hadapan saya, bang ! Saya bukan junjungan abang. " Ujar Dilara lagi. " Duduk di kursi sana, bang ! "

" Stop, Ra ! Abang --- " Sentak Fikri ingin menyela ucapan Dilara, tapi ketukan pintu membuatnya mengatup kembali mulutnya..

" Masuk, Bu ! Pi tunya tidak terkunci. " Seru Dilara mengetahui yang mengetuk pintu itu adalah Bu Atin. Fikri seketika beranjak bangkit dan duduk di kursi yang bersebrangan dengan Dilara.

Bu Atin meletakan napan berisi dua mangkok bubur ayam serta segelas teh melati untuk Dilara dan segelas kopi susu untuk Fikri. " Silahkan dinikmati sarapannya, Bu ! Pak ! " Ujar wanita paruh baya itu sebelum undur diri.

" Terima kasih, Bu Atin ! " Tukas Dilara seraya tersenyum manis ke arah pelayan itu.

" Silahkan, Bang ! " Ucap Dilara setelah menyodorkan mangkuk bubur ayam pada sang suami. Fikri menatap wajah tanpa senyum sang istri. Dihempaskannya napas berat, tapi tak pelak dia menyambut mangkok bubur itu.

" Kau terlihat kurus, Ra " Celetuk Fikri masih menatap wajah Dilara.

" Saya diet " Jawab Dilara sekenanya.

1
Hanipah Fitri
satu bab panjang banget Thor, apa gak cape ngetiknya
Agus Tina
langsung ceraikan Maria ... jangan tunggu lama
Senja Ariestya: hi..hi...kejam amat 🤭🤭
total 1 replies
Agus Tina
Habis ini Maria mandul ya thor gqk bisa punya anak lagi ... biarin .... udah membunuh darah dagingnya sendiri dengan sengaja menjatuhkan diri agar keguguran ...
Senja Ariestya: 😁😁 astaaga....
total 1 replies
Agus Tina
Buat Maria pisah sama Fikri dong thor ... gedek aku ..
Senja Ariestya: ikuti terus kisahnya yaa kak...🙏🏻
total 1 replies
Nani Rahayu
bukan gak ada yg berpihak padamu BG Fikri....tp kamu yg terlalu panik dlm menghadapi masalah ...
Nani Rahayu
lara yg sabar n percaya sama suamimu...dia sedang berdekatan dengan manusia manipulatif....jangan sampai kalian tertipu
Agus Tina
Fikri yang tegas dong, aku kaaigan sama Dilara. .... untung mertuanya baik banget. Double up thor bagus ceritanya ... suka
Senja Ariestya: Terima kasih kak 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Hermiati hermiati
dasar suami egis,buang saja lara
lanjut thor
Nani Rahayu
hamil Maria ..dilara hamil...anak Fikri... oke...!!!dah anteng dirumah ya daripada terusir. ....🤭🤭
Senja Ariestya: baru nongol kak ☺️
total 1 replies
Agus Tina
suka, tapi sediih
Agus Tina
Sakit banget jadi Dilara
..
Senja Ariestya: makasi sudah mampir 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Nani Rahayu
ayo Fikri jujur ..tegas...jangan sampe nyesal .. karena kesempatan tidakbdatang dua kali...dilara love youuu🥰🥰
Nani Rahayu
Alhamdulillah...semoga kita semua diberi kesehatan...setia dong Thor🥰🥰
Senja Ariestya: Makasi 🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Cepet sehat, hangan sampai Fikri tergoda sama Maria ya thor ... jijik aku
Senja Ariestya: Aamiin 🤲🏻
makasi yaa
total 1 replies
Nani Rahayu
semoga author cepat sehat.....kami mmg menunggu up nya selalu...tp kalo mmg LG sakit istirahat dulu Thor......semoga kita semua sehat2 terus yaaaaa
Senja Ariestya: Aamiin...
terima kasih dukungannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Baru mampir, sepertinya ceritanya menarik ... rajin2 up ya jangan gantung nanri sakiit
Senja Ariestya: terima kasih sudaah mampir
total 1 replies
Nani Rahayu
nikmati drama mu neng maria
Senja Ariestya: 🤭🤭🤭🫣🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
Nani Rahayu
good job lara. .... kita liat Maria masih mau gak hidup dengan pria yg kantongnya udah kempes🤭🤭🤭🤭
Nani Rahayu
Fikri terlalu gampang menyalahkan...tp kok y kasian ma Fikri
Senja Ariestya: salam.sama lajangnya yaa kak
Senja Ariestya: Ahaiii...😅
total 4 replies
Nani Rahayu
kalo Maria yg kecebur drama lagi....terus Fikri percaya LG...berat bener ujianmu fikri 🤭🤭semoga kamu tidak lupa karakter asli istrimu ya
Cakrawala_Jingga: nah itu yg terlintas di otakku...
hidup Maria itu penuh manipulasi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!