Kidung Lara Di Tepi Senja
Dilara mengusap pelan tengkuknya yang terasa dingin. Perasaan gelisah semakin menguasai batinnya. Wanita cantik berumur dua puluh enam tahun itu menatap nanar cake cantik yang terletak di atas meja bundar di depannya.
Hembusan napas berat terdengar keluar dari mulut sang wanita " Kenapa bang Fikri belum datang juga ? seharusnya dia sudah tiba dari sejam yang lalu. Atau pesawatnya delay ya ? Tapi kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi ?" Gumam Lara gusar seraya melirik penanda waktu yang melingkar di pergelangan tangannya, setelahnya dia melempar tatapan teduhnya ke arah kolam renang.
Harusnya malam ini menjadi malam istimewa untuk Dilara dan Fikri, sang suami. Hari ini adalah anniversary pernikahan mereka. Pernikahan mereka sudah menginjak usia lima tahun. Meskipun mereka belum dikaruniai momongan, rumah tangga mereka sangatlah bahagia dan selalu mesra. Setiap ulang tahun pernikahan, mereka akan merayakan berdua, hanya mereka berdua tanpa orang lain. Saat moment seperti ini, mereka tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Wanita anggun berwajah teduh itu bangkit dari duduknya, berjalan menuju tepi kolam renang yang ada di rumah mewahnya itu. Hiasan dekorasi yang dirancangnya dari subuh tadi di sekitar kolam renang terlihat indah, ditatapnya dengan tatapan sendu.
Beberapa saat kemudian, perlahan wanita itu membalikkan badannya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Malam semakin larut. Jarum jam sudah menunjukan pukul dua belas lewat dua puluh menit. Udara dingin semakin menusuk membuat kuduknya meremang. Dia tidak ingin lagi menunggu kedatangan sang suami. Entah apa yang menghalangi laki laki kesayangannya itu, sehingga sampai saat ini belum menampakan batang hidung. Berulang kali dia coba menghungi suaminya, tapi ponsel lelaki itu tetap berada di luar jangkauan.
" Mbak Ina, tolong bawa masuk cake-nya dan simpan ke dalam kulkas. " Titah Dilara lembut pada asisten rumah tangga berumur tiga puluh tahun, yang sedari tadi setia berdiri tidak jauh dari tempat duduknya tadi.
" Biarkan Pak Wahyu yang akan melepas dekorasinya besok pagi. " Imbuh Dilara lagi
" Iya bu. " Sahut Ina lalu bergegas mengambil cake yang berada di atas meja tadi. Art itu menatap sendu punggung majikannya yang perlahan menjauh masuk ke dalam rumah.
" Kasihan Bu Dilara. Beliau pasti sedih. Entah kenapa Pak Fikri akhir-akhir ini lebih banyak di luar. " Gumam Ina sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
♡♡♡
Langkah kaki Dilara menapaki satu persatu undakan tangga menuju lantai dua rumahnya. Tubuh lunglainya masuk ke dalam kamar yang terasa dingin. Sudah dua minggu ini sang suami berada di kota Makassar. Dan itu memang hal yang lumrah. Sebagai pengusaha perhotelan, suaminya memang tidak menetap di kota tempat tinggalnya. Hotel usaha milik Fikri sudah tersebar di seluruh sudut pulau sulawesi. Suaminya itu dari dulu memang sangat sibuk, tapi tidak pernah meninggalkan Dilara lebih dari tiga hari, apalagi harus melewatkan moment berharga seperti sekarang ini.
Sepanjang pernikahan mereka, Fikri dan Dilara tidak pernah absen merayakan hari jadi mereka ini. Sesibuk apapun itu, Fikri akan menyempatkan waktu akan merayakannya bersama Dilara.
" Sshhh..." Dilara meringis pelan sambil meremas perutnya yang tiba-tiba nyeri. Keringat dingin seketika mengucur dari pori-porinya.
Dilara tertatih menuju ranjang mewah di dalam kamar. Dia membaringkan tubuhnya perlahan seraya menahan rasa sakit di perutnya bagian bawah.
" Ya Allah..kenapa semakin hari sakitnya semakin intens. " Keluhnya lirih sambil meringkuk di tempat tidur. Wanita cantik itu tak sempat lagi membersihkan diri atau sekedar mengganti gaun yang dipakainya dengan piyama tidur. Rasa sakit yang mendera membuatnya seketika melemah dan sekujur tubuh semampai itu begetar menahan rasa sakit.
Dilara berdzikir di dalam hati untuk menepis rasa sakit. Hatinya kembali teriris pilu ketika harus menahan rasa sakit ini tanpa sang suami.
" Andai bang Fikri ada saat ini, pasti rasanya tidak sesakit ini. Biasanya dia akan mengusap perutku kalau tiba tiba sakit seperti ini. " Gumam Dilara lirih kembali mengingat sang suami. Entah di mana sang suami sekarang, kegelisahan hatinya semakin menjadi-jadi.
" Yaa Allah..jagalah suamiku, di manapun dia berada. " Lirihnya seiring mata cantiknya tertutup perlahan. Entah dia tidur atau pingsan.
♡♡♡
" Sayang, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengabaikanmu. " Suara lirih terdengar dari seorang laki-laki. Laki-laki tampan itu menatap intens wajah pucat sang istri yang terlelap seraya meringkuk bagaikan bayi di dalam kandungan.
" Apa kau menungguku sampai tertidur ? Lihatlah, kau tidak mengganti gaunmu dengan baju tidur. " Imbuhnya lagi semakin merasa bersalah.
Laki-laki itu merangkak naik ke tempat tidur tanpa mengganti bajunya lagi. Perlahan dia membaringkan tubuh kekarnya di samping sang istri dan membawa tubuh ramping itu ke dalam dekapannya lalu mengecup pelan kening Dilara.
" Emmm.." Dilara melenguh lemah. Tidurnya terusik dengan pergerakan sang suami. " Bang Fikri ! Abang sudah datang ? " Ujarnya dengan suara serak seraya mendongak menatap wajah tampan sang suami.
" Sstt...tidurlah lagi ! Inj masih subuh. Kau kelihatan sangat capek. " Bisik Fikri lembut sambil mengecup pelan bibir pucat istrinya.
Dilara hanya mengerucutkan bibirnya, tapi tak urung menyusupkan kepalanya ke atas dada sang suami. " Lara rindu. " Rengeknya dengan nada manja.
Fikri terkekeh pelan. " Abang lebih rindu lagi. " Bisiknya mesra membuat wajah Dilara seketika tersipu malu.
♡♡♡
" Happy anniversary, sayang ! " Fikri mengabsen seluruh wajah Dilara dengan kecupan lembut. Kecupannya itu berhasil membuat tidur nyenyak Dilara menjadi terusik.
" Morning, Bang ! " Seru Dilara lirih menahan rasa geli karena ulah sang suami.
" Sudah, bang. Lara mau siapkan sarapan dulu. " Tepis Dilara lembut saat suaminya kembali ingin menyerangnya dengan kecupan.
" Telat sayang. Ini bukan jamnya sarapan lagi. Ini sudah jam sebelas siang. Makanya, ayo bangun dulu. Kau sudah melewatkan sarapanmu tadi, jangan sampe telat lagi makan siang. " Ujar Fikri terkekeh geli.
Dilara tersentak. Sontak dia bangun sambil membelalakan matanya. " J-jam sebelas ? " Pekiknya sambil melihat jam kecil yang terletak di atas nakas.
" Astaghfirullah...kenapa bisa aku tidur sampai siang ? " Gerutunya kesal dengan dirinya sendiri.
Tidak biasanya dia akan bangun kesiangan seperti ini. Atau dia terlalu nyaman tidur di pelukan sang suami, sehingga dia bisa tidur begitu lelap. Entahlah, tapi kalau mau jujur setiap Fikri pergi dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Dilara merasa bersalah dengan sang suami. Seharusnya saat suaminya pulang ke rumah, dia harus sigap melayani suaminya itu.
Meskipun mereka mempunyai asisten rumah tangga, tapi Dilara tidak pernah menyerahkan segala yang berkaitan dengan sang suami kepada orang lain. Dia yang harus menyiapkan sarapan ataupun pakaian sang suami.
" Maaf, bang. Lara kebablasan tidurnya. " Ucap Dilara lemah sarat dengan penyesalan.
" Sstt...tidak ada yang perlu dimaafkan, sayang. Kau tidak salah. Sekali-kali kita bisa merubah kebiasaan kita, untuk demi menyamankan diri. Abang tidak masalah kau tidur kesiangan. Sepertinya kau kecapekan yaa ? Lihatlah, wajahmu terlihat pucat. " Sahut Fikri seraya menangkup wajah sang istri.
Dilara tertunduk lalu menggeleng pelan. " Aku tidak capek, bang. Rutinitasku tidak sesibuk itu sampai membuatku capek. Aku mengunjungi cafe hanya sekali-kali. Lebih banyak aku menyusun tesisku yang sebentar lagi kelar. " Ujar Dilara pelan menghindari kontak mata dengan sang suami. Dia tidak ingin memberitahu Fikri bahwa dia sering sakit perut akhir-akhir ini.
Fikri memicingkan matanya menatap intens wajah cantik Dilara. " Kau tidak sedang berbohong kan ? Soalnya wajahmu sangat pucat " Cecarnya membuat Dilara gelagapan.
" Tidak, bang. Mungkin pengaruh siklus haidku yang tinggal beberapa hari lagi " Tukas Dilara akhirnya menemukan jawaban tepat.
Fikri melirik kalender duduk yang berada di nakas. Dia menatap intens tanggal yang dilingkari spidol merah. " Besok jadwal datang bulannya ? " Gumamnya, entah itu pertanyaan atau sebuah keluhan.
Dilara menunduk. Dia tahu, Fikri tidak ingin dia datang bulan.
" Maaf ! " Lirih Dilara sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Cakrawala_Jingga
keren ceritamu Thor /Good//Good//Good/
2024-08-25
0
Senja Ariestya
makasi 🙏🏻🙏🏻
2024-08-12
1