NovelToon NovelToon
Bloodlines Of Fate

Bloodlines Of Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Vampir / Cinta Beda Dunia
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.

Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.

Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...

Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

di Balik Teka-Teki

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Di pagi itu, Elara Grey bangun dari tidurnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimpi-mimpi aneh yang dialaminya semalam masih segar dalam ingatannya. Dia kini duduk di tepi ranjang, memijat kepalanya pelan, mencoba mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

"Aku pasti terlalu lelah," gumamnya sambil meregangkan tubuh.

Namun, ketika pandangannya tertuju ke jendela kamar, rasa bingung semakin mendominasi. Elara tertegun sejenak. Jendela yang seharusnya terbuka karena dia masih ingat.

“Semalam aku sengaja membukanya! Tapi, kini tertutup rapat.”

Elara memperhatikan gorden. Sedangkan gorden yang biasanya tertutup di malam hari justru terbuka lebar, membiarkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kamarnya.

"Ini tidak masuk akal," bisik Elara pada dirinya sendiri.

Semalam, sebelum tidur, dia yakin benar telah membuka jendela agar ada udara segar dan membiarkan gorden tertutup. Namun, kini semua berubah.

"Apa mungkin angin yang melakukannya?" pikirnya sejenak, tetapi kemudian menepis pemikiran itu.

"Tidak, mustahil. Angin tak mungkin bisa menutup jendela dengan rapat."

Elara mendekati jendela, memeriksanya dengan saksama. Hatinya mulai diliputi rasa tidak nyaman. Kejadian aneh terus-menerus terjadi akhir-akhir ini. Dia mengingat kembali saat-saat semalam, perasaan samar seperti ada sesuatu yang menyentuh wajahnya ketika dia terlelap. Apakah itu mimpi atau kenyataan? Lalu, bayangan Aiden Valen dalam mimpinya juga tak bisa hilang dari benaknya.

"Kenapa aku bermimpi tentang dia? Dan kenapa dia ada disampingku saat aku tertidur?"

Elara menggelengkan kepala, mencoba mengusir rasa cemas yang perlahan merayap di pikirannya. "Mungkin aku hanya terlalu memikirkan pekerjaan," katanya, berusaha menenangkan diri. Namun, satu hal yang pasti, pikirannya sedang kacau.

Tanpa berpikir panjang lagi, Elara segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Dia melihat jam, dan perasaan panik langsung menyergap. "Astaga! Aku bisa terlambat," desisnya sambil bergegas mengambil tas dan keluar dari apartemen.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Di kantor, Aiden Valen duduk di kursinya yang megah. Pagi itu, dia memandangi pemandangan kota dari jendela kantornya, tetapi pikirannya tidak tertuju pada gedung-gedung pencakar langit yang terlihat. Dia memikirkan Elara Grey. Ada sesuatu tentang wanita itu yang membuatnya gelisah.

Di atas meja, ada sebuah foto tua yang dia temukan dari arsip keluarga perusahaan. Di foto itu, Elara terlihat memeluk seorang wanita tua mungkin itu neneknya. Wajah Aiden mengeras saat memandangi gambar itu. Dia harus tahu lebih banyak tentang Elara. Ada rahasia yang harus diungkap.

Dia menekan tombol di interkom dan memanggil Kevin. "Kevin, cari tahu semua yang kamu bisa tentang kehidupan Elara Grey. Lakukan diam-diam."

Kevin hanya mengangguk patuh, tak bertanya lebih lanjut. Dia tahu, ketika Aiden memberi perintah, itu artinya sesuatu yang serius.

Setelah Kevin pergi, Aiden duduk kembali di kursinya. Pikirannya berputar-putar tentang Elara. Tidak hanya tentang pekerjaannya di perusahaan, tetapi juga tentang sesuatu yang lebih dalam sesuatu yang mungkin ada hubungannya dengan masa lalu Aiden yang kelam. Namun, sebelum dia bisa memikirkan lebih jauh, dia harus tetap fokus pada urusan bisnis. Elara kini menjadi bagian penting dari rencananya.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Beberapa saat kemudian, Elara dipanggil ke ruangan Aiden. Ketika dia masuk, Aiden duduk dengan tenang di balik meja besar kayu mahoni yang selalu membuat Elara merasa kecil.

“Elara,” suara Aiden rendah namun jelas, “Kevin sedang ada urusan di luar hari ini. Itu berarti kamu harus mulai bisa mengerjakan tugas tanpa bantuannya.”

Mendengar hal itu, Elara merasa gugup. Selama ini, Kevin adalah sosok yang selalu membantunya dalam segala hal di kantor. Namun, dia tahu, ini adalah ujian yang harus dihadapinya. “Saya akan berusaha keras, Pak Aiden,” jawab Elara dengan penuh tekad.

Aiden menatapnya sejenak sebelum berkata, “Bagus. Saya berharap kamu bisa menjadi sekretaris yang baik, Elara. Mulai sekarang, kamu akan lebih banyak terlibat dalam pekerjaan penting.”

Elara mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. Dia tidak ingin mengecewakan Aiden lagi setelah insiden semalam. Dengan penuh semangat, dia mulai bekerja. Meskipun Aiden dikenal sebagai bos yang tegas, Elara tahu bahwa dia harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru ini.

Hari itu, Elara berusaha keras menyesuaikan diri dengan tugas-tugas yang baru. Tanpa bantuan Kevin, dia harus berhadapan langsung dengan Aiden mengenai jadwal rapat, dokumen penting, dan persiapan lain yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Tantangan ini membuatnya gugup, tetapi dia bertekad untuk tidak menyerah.

“Semangat Elara, semangat!” bisiknya kepada diri sendiri.

Di beberapa kesempatan, Aiden memberikan arahan dengan tegas, terutama mengenai bagaimana mengatur jadwal pertemuan. Namun, Elara tidak menyerah. Setiap kali dia melakukan kesalahan, Aiden terlihat sedikit marah, tetapi keceriannya selalu berhasil mencairkan suasana. Elara tetap tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa cemas di balik sikap optimisnya.

Menjelang siang, Elara mengikuti rapat penting bersama Aiden. Ini pertama kalinya dia berada dalam suasana formal seperti ini. Di ruangan besar dengan dinding kaca, para eksekutif berkumpul untuk membahas proyek besar yang sedang berjalan. Aiden, dengan kharisma yang luar biasa, memimpin rapat itu dengan lancar. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar seperti komando yang tak terbantahkan.

Elara, yang duduk di sudut meja, diam-diam memperhatikan. Dia merasa kagum dengan cara Aiden bekerja. Meski sering terlihat dingin dan misterius, di rapat ini, dia menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang luar biasa. Semua orang menghormati pendapatnya, dan setiap instruksi yang diberikan dipatuhi tanpa ragu.

Di sela-sela rapat, Aiden sesekali memberikan arahan kepada Elara untuk mencatat hal-hal penting. Meski terlihat gugup, Elara berusaha menunjukkan kesiapannya.

“Aku tidak boleh mengacaukan semuanya,” pikirnya sambil menuliskan poin-poin diskusi dengan teliti.

Setelah rapat selesai, Aiden memuji Elara meskipun tidak secara langsung. "Kamu belajar dengan cepat," katanya singkat sebelum kembali ke ruangannya.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Perasaan lega melanda Elara. Dia berhasil melewati hari yang sulit ini tanpa membuat kesalahan besar. Ketika Kevin akhirnya kembali ke kantor, suasana semakin membaik. Kevin, seperti biasa, mengambil alih beberapa tugas yang lebih rumit, sementara Elara tetap fokus pada hal-hal yang bisa dia selesaikan.

Kevin, yang diam-diam memperhatikan, merasa ada perubahan dalam diri Elara. Meskipun dia sering bertanya soal detail-detail kecil, Elara mulai menunjukkan kemajuan. Kevin tahu bahwa Aiden mengharapkan banyak darinya, dan dia juga berharap Elara bisa memenuhi harapan tersebut.

Namun, di balik semua itu, Elara tetap tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang menyelimutinya. Tatapan Aiden yang dingin namun penuh misteri, perhatian berlebih yang diberikan kepadanya, serta semua kejadian aneh yang terjadi sejak dia mulai bekerja di perusahaan ini, semuanya membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.

“Elara,” suara Kevin memecah lamunan Elara, “Apakah kamu baik-baik saja?”

Elara tersentak, tersadar dari pikirannya yang berkelana. “Oh, ya. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah, mungkin.”

Kevin tersenyum tipis. “Jika ada yang mengganggumu, kamu bisa berbicara denganku. Aku tahu Aiden bisa sedikit… keras, tapi dia hanya ingin yang terbaik.”

Elara mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya, dia tahu bahwa apa yang mengganggunya jauh lebih dari sekadar tekanan pekerjaan. Ada sesuatu yang lebih besar yang belum terungkap, sesuatu yang berhubungan dengan Aiden Valen dan rahasia gelap yang mungkin tersembunyi di balik kepribadian dinginnya.

Dan Elara bertekad untuk menemukan jawabannya, apapun risikonya.

1
Mamah Tati
Wah anak nya berkhianat tuh Max! Kirain bkl jahat juga tuh si Nate
Mamah Tati
Jadi si Max Maxwell ini adalah Monvok. si Nate ini Lucian, yt si Dennis ayah tiri El
Mamah Tati
Nenek mu diculik oleh Monvok
miilieaa
semangat berkarya kak🥰
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
Cute
Imajinasi yang bagus, cerita luar biasa
sella surya amanda
lanjut kak
Mamah Tati
Makin seru aja ni cerita. lanjutkan/Angry/
Mamah Tati
Elara seharusnya dengan pernyataan ini dia sudah tahu siapa jati dirinya.
Mamah Tati
baik
Mamah Tati
sedih juga y, sebenarnya si Lucian/Nate ni gak sadar bahwa ia telah menghabisi nyawa Esta. kasian /Cry/
Mamah Tati
nak km juga Dhampir, kenapa si Aiden mengincar mu El
Mamah Tati
Nah udah ke bongkar juga ni, si Nate anak nya si Max Maxwell berarti mereka vampir' jahat. wah tungu² jangan² mereka adalah oh aku tau baru ingat kalau di bab awal² si Lucian ini kan anak nya si Serapahne sama Monvok bukan? mereka ini menyamar identitas diri.
Mamah Tati
nah benar bukan, ini vampir' vampir' jahat kayaknya. menghisap darah manusia.
Mamah Tati
sepertinya ini memang Dennis. dulu kyknya menyamar
Mamah Tati
siapa lagi ni Max Maxwell
Mamah Tati
mantap pasti El jd pusat perhatian ni
elze1
lanjut terusss
sella surya amanda
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!