🥈JUARA 2 YAAW S2 2024 🏆
Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.
Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.
Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?
Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14
#14
Hari pertama di Yogyakarta.
Aldy menatap pemandangan pagi di salah satu sudut jalanan kota Yogyakarta. Ia memilih keluar dari Hotel selepas sholat subuh tadi, berjalan santai melemaskan otot-otot kakinya yang sedikit tegang.
Biar bagaimanapun Aldy tak bisa menepis perasaannya, berada di kampung halaman mantan istrinya, membuat pikiran Aldy kembali tertuju pada Hilda. Sekian tahun lamanya ia mencoba abai, dan tak peduli, nyatanya perasaan bersalah terus menghantui, karena p setiap bulan Aldy tak pernah lupa mengirimkan sejumlah nominal pada mantan istrinya tersebut. Setidaknya ia bahagia karena Hilda menerima uang pemberiannya, terbukti dengan berkurangnya uang dalam rekening tersebut di waktu-waktu tertentu.
Kini kembali berada di Yogyakarta membuatnya ingin mewujudkan niatnya menemui Hilda. Tapi apakah itu mungkin? Mengingat bagaimana Hilda pergi begitu saja tanpa pamit, membuat penyesalannya tak berarti apa-apa.
Tujuh tahun lamanya, demi menghormati dan menghargai keberadaan Widya di sisinya, Aldy tak pernah ingin mencari tahu keberadaan Hilda, termasuk ingin menanyakan bagaimana kabar Hilda kini? Aldy sama sekali tak tahu. Dan hari ini hingga dua minggu kedepan ia berada di Yogyakarta, apakah ia akan tetap diam tanpa mencari tahu?
Entahlah
.
.
Tumpukan Box berwarna hijau Daun dengan logo HK catering itu sudah siap diantar ke lokasi tujuan.
Bisnis Catering yang dirintis Bu Ratih dan Hilda, kini semakin maju pesat, tak hanya melayani Catering pernikahan, serta pesta tertentu, HK Catering juga melayani Catering harian, menu diet, atau menu khusus sayuran organik, termasuk diantaranya Fresh Vegetable Juice.
Masing-masing mobil bergerak ke tempat tujuan, mengantarkan box berisi menu pesanan untuk makan siang di beberapa tempat serta gedung perkantoran. Ada juga yang mengantar menu prasmanan di acara arisan ibu-ibu sosialitas terkemuka.
Dan begitulah setiap harinya, HK Catering semakin terdepan, terutama sekali dengan menu andalan mereka yakni makanan berbumbu lengkap seperti rendang, rica-rica, gulai, dendeng dan masih banyak lagi menu berbumbu khas indonesia yang rasanya sangat menggoyang lidah. Bahkan Gudeg pedas buatan Hilda pun sangat digemari para pelanggan Catering, karena rasanya yang mantap, perpaduan gurih, asin, pedas dan tak terlalu manis dengan cita rasa yang sempurna.
“Ayo… pamit dulu sama Bunda…” Suara Irfan menginstruksikan pada Ammar agar berpamitan sebelum pergi ke tempat les sepak bola.
“Bundaaaa … mau pamit.”
Hilda yang masih sibuk dengan catatan di tangannya segera menoleh, nampak Ammar sudah siap dengan kostum bola serta ransel di punggungnya. “Waaahh hebat anak Bunda,”
“Iya dong… siapa dulu Ayahnya?” seloroh Irfan dengan bangga.
“Dihh… Bunda gak diakui??” tanya Hilda pura-pura mencebik kesal.
“Anak Bunda juga dong…” Jawab Ammar seraya memeluk sang Bunda yang berlutut di hadapannya.
“Ayah… jadi pergi belanja bibit baru?”
“Iya Bund,” Jawab Irfan, “Ammar nanti pulangnya, tunggu di jemput Yangkung yah?”
Yangkung, adalah sebutan untuk Pak Han yang sudah bertahun-tahun menjadi sopir pribadi Bu Ratih.
“Siap!!!” Jawab Ammar seraya meletakkan telapak tangannya di kening, seperti sedang hormat bendera.
“Eh … sudah pamit Eyang Putri?” Tanya Hilda pada sang putra.
“Oh, iya lupa…” Ammar menyeringai, ia kembali berbalik masuk ke dalam rumah, demi berpamitan dengan sang Eyang.
“Nanti Ayah pulang agak malam yah?”
“Iya… hati-hati bawa mobilnya, Mas.” Pesan Hilda ketika mencium tangan Irfan.
“Pasti sayang.”
Sebuah kecupan Irfan labuhkan di kening Hilda, rutinitas wajib, ketika ia pamit meninggalkan rumah untuk urusan pekerjaan. Irfan pun pergi mengantar Ammar ke sekolah Bola, kemudian berlanjut pergi membeli beberapa bibit sayuran.
.
.
Siang menjelang sore, Aldy mengakhiri rapat koordinasi dengan para bawahannya. Kelangkaan bahan baku masih menjadi masalah utama perusahaan.
Di samping itu, kini banyak produk impor berbahan kayu yang masuk dan pelan pelan mengambil alih pasar domestik.
Aldy menutup berkas terakhir yang baru selesai ia tandatangani, ketika seorang Office Boy membawakan kotak makan siang serta kopi untuknya.
“Silahkan, Pak…” OB tersebut mempersilahkan Aldy menyantap makan siangnya yang sudah sangat terlambat.
“Terima kasih,” Jawab Aldy dengan senyum tersungging di bibirnya.
Dengan dibantu Ayla sekertaris nya, Aldy menumpuk berkas-berkas pekerjaan yang berserakan di atas meja kerjanya.
Berdiri sesaat melemaskan otot-ototnya yang mulai menegang, akibat terlalu lama duduk. Aldy membawa box makan siangnya ke Sofa, dan makan bersama Pak Husein, daripada makan sendiri di meja kerjanya. “Saya boleh makan di sini kan?”
“Silahkan, Pak, saya tidak keberatan.” Jawab Pak Husein.
“Apa perusahaan sering memesan ini untuk makan siang?” tanya Aldy ketika mulai fokus mengamati box makan siangnya.
Pak Husein tersenyum, “hanya sesekali pak jika kita sedang menerima kunjungan atau tamu penting, seperti saat ini.”
Pandangan Aldy kini mengarah pada Logo HK Catering, yang ada diatas Box berwarna hijau segar tersebut, ‘HK? Hilda Khairunnisa?’ tanpa sengaja Aldy menggumamkan nama lengkap mantan istrinya.
“Apa, Pak?”
“Oh… tidak ada pak, tiba tiba saya ingat seseorang yang memiliki inisial nama HK,” Jawab Aldy asal.
Aldy membeku sesaat, manakala menatap isi Box makan siangnya, Ayam bumbu rica-rica, berwarna merah menggoda, taburan kemangi menambah aroma segar menggugah selera para penikmatnya, capcay seafood, serta telur pindang, menjadi menu pelengkap, bahkan ada rujak serut sebagai dessert.
Untuk sesaat Aldy merasa tengah menatap isi piringnya ketika dulu masih menjadi suami Hilda. Mengingat bagaimana dulu ia bisa tambah nasi berkali kali ketika menyantap masakan Hilda, dan rujak serut ini adalah dessert favorit Hilda, serutan wortel serta bengkuang, dengan kuah asam pedas sungguh segar jika di santap dalam kondisi dingin, bila musim mangga tiba Hilda pasti menambahkan mangga kedalamnya.
“Pak… Pak Aldy?” Tepukan pelan di pundaknya membuat Aldy tersadar dari lamunannya.
“Kenapa, pak? Apa Pak Aldy tak cocok dengan menu makan siang hari ini?” Tanya Pak Husein memastikan. “Kami memesan menu ayam rica-rica, karena kami dengar anda sangat menyukainya.”
“Sama sekali tidak Pak, terima kasih sudah memikirkan makanan kesukaan saya.” Jawab Aldy.
“Ah… syukurlah, Pak, saya kira anda tidak suka, karena saya sudah meminta Ayla memesan dari Catering ini, 5 menu makan siang untuk beberapa hari kedepan,”
Aldy mengangguk paham, dengan tak sabar ia mulai membaca basmallah dan mencicipi ayam rica-rica bersama dengan sesendok nasi.
Aldy seperti kembali terlempar di masa 7 tahun yang lalu, masa dimana ia selalu merasakan kehangatan ketika Hilda menyambutnya sepulang kerja dengan senyuman. Bahkan lidah nya selalu di manjakan dengan masakan lezat penggugah selera.
Aldy menunduk menatap lantai yang ia pijak, rasanya tak sanggup melanjutkan suapan berikutnya, ayam rica-rica ini rasanya terlalu mirip dengan masakan Hilda, bahkan capcay serta tekstur nasinya pun demikian.
“Pak … apa Pak Husein kenal dengan pemilik HK Catering?” tanya Aldy penasaran.
andai..andai.. dan andai sj otakmu skrg