Sequel Belenggu Cinta Pria Bayaran.
Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.
Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.
"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio
----
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 03 - Sisi Gelap Mikhail
Siang berganti, menutup hari dengan sejuta cerita yang beragam dan kini malam berkuasa. Alunan musik terdengar menggema, menelisik indera pendengaran dan menghanyutkan setiap jiwa yang tengah terlena dalam gemerlapnya dunia malam. Sudah berapa gelas ia tegak minuman haram itu, entah apa yang dia cari hingga lebih kerap menghabiskan waktu di tempat seperti ini.
Ya, begitulah cara Mikhail Abercio, putra sulung Ibrahim Megantara itu menjalani hidup. Kekecewaan lantaran pengkianatan cinta membuatnya berubah 180 derajat hingga sang mama angkat tangan. Menjelang 28 tahun usianya, bukannya semakin bijaksana Mikhail justru semakin menggila.
Sudah berbagai cara Kanaya lakukan, perjodohan yang sempat dianggap sebagai jalan keluar nyatanya justru menggoreskan malu lantaran Mikhail kabur seenak dengkul di hari pertunangannya. Saat ini club malam menjadi tempat favorit Mikhail, dan Kanaya hanya bisa berdoa putranya pulang dalam keadaan utuh, itu saja.
“Come on, kita kesini bukan cuma untuk mabuk, Khail.”
“Kau saja, jangan ganggu aku.”
Edgard membuang napas kasar, dua wanita sudah berada di sisinya dan tidak mungkin Edgard meminta salah satunya keluar. Dia membayar keduanya di awal cukup mahal dan semua itu dia berikan cuma-cuma untuk Mikhail.
“Yakin? tidak ingin bersenang-senang bersama mereka, Khail?” tanya Edgard menarik sudut bibir, hal yang paling tidak bisa dipercaya di dunia adalah penolakan Mikhail tentang surga dunia.
“Hm,” jawabnya singkat, padat dan sama sekali tidak jelas.
Pria itu memang terlihat tak peduli dan memilih sibuk sendiri, menjadikan minuman keras sebagai temannya sudah dia jalani sejak beberapa tahun terakhir. Mengenal Edgard di titik terendahnya 3 tahun lalu membuat Mikhail mantap memilih jalan bahagia seperti yang Edgard jalani.
Pengkhianatan, kekecewaan dan sakit yang dia rasakan merubah Mikhail sepenuhnya. Susah payah Kanaya dan Ibra mendidiknya, nyatanya pria itu patah usai melihat kekasihnya bercinta bersama seorang pria yang tak lain sahabatnya sendiri.
Kesetiaan yang ia agungkan, bahkan hati Mikhail yang lembut hilang begitu saja. Terlalu peduli dengan kebahagiaan orang lain membuatnya lupa cara membahagiakan diri sendiri hingga diinjak semudah itu. Sejak saat itu, Mikhail benar-benar tidak percaya cinta dan menganggap semua wanita itu murah dan tak lebih sebagai hiburan.
“Terlalu banyak, kamu sudah mabuk, Khail.” Jemari lentiknya menahan tangan pria itu dan menatap wajah Mikhail yang begitu sempurna di matanya.
“Khail? Kamu berani memanggilku Khail?” Mikhail tertawa sumbang, matanya yang sudah memerah namun masih menyadari jika wanita yang tadinya ada di sisi Edgard kini berpindah kepadanya.
“Memang namamu kan? Lalu aku harus memanggil apa?” Dia mulai berani dan tertantang untuk melakukan hal lebih, jemarinya bermain di dada bidang Mikhail dan jantungnya berdegub kencang kala senyum itu nyata Mikhail berikan untuknya.
“Honey mungkin,” jawabnya tertawa kecil, kepala Mikhail sudah terasa pusing namun sentuhan kecil wanita itu tak dapat dia tolak.
“Honey?” Sebagai wanita jelas saja dia memiliki naluri yang sama, sejak tadi matanya sudah dibuat jatuh cinta kepada salah satu tamunya ini.
Dia tidak menjawab, pria itu hanya diam dan menatap wajah wanita itu lekat-lekat. Mata yang memerah dan aroma alkohol yang menyeruak bukan pemandangan asing bagi wanita itu, akan tetapi mendapati tamu yang seperti ini rasanya baru pertama kali.
“Hahaha … aku kurang apa sebenarnya? Hm? Aku berkali-kali lipat lebih baik darinya, apa matamu tidak berfungsi lagi, Sayang?” racau Mikhail kemudian menahan jemari lentik yang hendak membuka kancing kemejanya.
“Hm?” Wanita itu mengerutkan dahi, sepertinya yang Mikhail maksud bukan dirinya melainkan wanita lain yang ada dalam pikirannya.
Pria itu beranjak pergi dan mendorong kasar tubuh wanita itu. Benar-benar tidak bisa ditebak dan jika sudah begini terpaksa Edgard juga harus ikut karena jika dibiarkan pergi sendiri, Mikhail bisa saja menyebabkan orang lain mati sia-sia.
“Mikhail tunggu!! Ays … benar-benar merepotkan manusia itu.”
Hal seperti ini kerap terjadi, dan sebagai orang yang dimintai pertanggung jawaban dari Ibra, Edgard terpaksa merangkap jadi bodyguard karena takut pria itu kembali menjadikan jalanan sebagai pelampiasan amarah.
Hidup Mikhail memang tak lepas dari masalah, bahkan Kanaya sangat membenci malam tiba karena menurutnya Mikhail akan berubah ketika sinar mentari telah berganti. Meski demikian sebagai putra pertama, Mikhail tidak melupakan tanggung jawab dan selalu berhasil membuat sang papa merasa bangga dengan pencapaiannya.
-
.
.
.
"Lupakan, Khail ... wanita bukan dirinya saya, lebih baik kau putuskan saja, ku tak mau batinmu tersiksa."
Niat serius tapi yang terjadi pada Mikhail justru mengingatkannya pada sebuah lagu band legendaris yang karyanya masih dikenal hingga saat ini.
"Ck, aku sedang tidak butuh hiburan, Edgard," gerutu Mikhail kesal, pria itu seakan tengah mengejek keterpurukannya.
"Siapa yang mengibur? Aku serius!! Selama ini selalu terpuruk dengan alasan yang itu-itu saja ... sampai kapan kau akan bertahan luka?"
"Jangan sok bijak!! Buaya sepertimu mana paham perihal hati." Dia sedang mendeskripsikan diri sendiri, tanpa sadar bahwa sejak 2 tahun terakhir dia juga sama seperti Edgard.
"Dih, bawa-bawa hati ... sekarang aku tanya, kau tidur dengan banyak wanita itu pakai hati? Tidak kan? Buaya teriak buaya."
Terserah, Mikhail enggan berdebat malam ini. Dia sudah pusing dan berhadapan dengan Edgard membuatnya semakin pusing. Pria itu memilih bersandar dan bersedekap dada, mencari posisi nyamannya.
"Cinta tak selamanya indah, jangan terlalu berlebihan dalam mencintai sesuatu karena nanti sakitnya juga berlebih."
Edgard masih memberikan kata mutiaranya meski pria di sampingnya sudah tak lagi besuara. Entah tidur atau sengaja mengabaikannya, yang jelas Edgard ingin mengungkapkan fakta itu.
TBC
hmm.. anda sehat, Bu..
semangat Thor.. aku padamu..