NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Ardo merasakan dirinya berada di dalam kegelapan, layar demi layar muncul di sekitarnya dan mengelilinginya, dia memperhatikan isi layar layar itu yang menampilkan wajah Intan dari sejak berusia 10 tahun sampai ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis bernama Diana di sebuah mall bersama dengan Franki, seluruh layar itu seakan akan menampilkan perjalanan hidup seorang gadis bernama Intan yang di ketahui oleh Ardo.

“Gue ingat...gue ingat sekarang, alasan gue deketin Intan di mall karena gue kenal orang yang bersamanya dan gue berpikir harus menghentikan Intan yang bertujuan membunuhnya karena orang itu sangat berbahaya.....tentu saja Adel dan Andin pasti salah paham karena mereka pasti berpikir Intan ninggalin gue demi orang itu, gue ngerti semuanya sekarang, alasan Intan menjauh dan dingin ke gue, pulang ke rumah mamanya yang sudah bercerai, sampai mengubah namanya semua itu cuman untuk balas dendam,” ujar Ardo dalam hati.

[Ping pong, tepat sekali, sudah ingat semuanya tentang Intan ?]

“Sudah, gue juga inget nolongin lo waktu masih kecil barengan sama Intan di bukit yang ada di belakang rumah nenek gue,” jawab Ardo.

[Benar, walau saat itu aku tertidur, tapi aku bisa merasakan apa yang terjadi.]

“Desi adalah Intan, selama ini dia ada di samping gue dan gue tidak sadar, (memegang keningnya) masih banyak ingatan gue yang kabur dan belum kembali, semua masih samar samar,” ujar Ardo.

[Kegunaan kunci memori itu hanya membuka sebagian ingatan kamu, boleh aku bertanya satu hal, apa kamu masih ingat dengan wajah asli mama mu atau nenek mu ?]

Mendengar pertanyaan Beringin, Ardo mencoba mengingat wajah mamanya dan wajah neneknya, namun yang ada di pikirannya adalah layar berisi semut yang berdesis seperti tayangan televisi yang sudah habis walau tidak merasakan sakit.

“Gue masih belum bisa ingat, tapi gue inget siapa pria itu, Franki, anak didik om Gilang juga,” ujar Ardo geram.

[Baiklah, aku mengerti, pelan pelan saja, tidak perlu memaksakan dirimu dan kamu benar, pria itu bernama Franki, mulai sekarang kita buka satu persatu ingatan mu, nah sekarang kamu harus bangun.]

Sebuah layar muncul di hadapan wajah Ardo, dia melihat Adel dan Andin yang sepertinya baru turun sedang merawat luka luka Irwan yang terbaring di sofa dalam keadaan masih pingsan. Ardo memejamkan matanya, dia merasakan tubuhnya melayang layang dan akhirnya dia merasakan dirinya duduk di sebuah kursi, Ardo membuka matanya dan dia melihat pemandangan yang sama persis dengan apa yang dia lihat di layar.

“Adel, Andin....aku mau bicara,” ujar Ardo memanggil kedua adiknya.

Mendengar Ardo memanggil, Adel dan Andin menghentikan kegiatan mereka dan duduk sofa yang berada di kanan kiri Ardo,

“Ada apa kak ?” tanya Andin dengan wajah serius.

“Iya kak, kita masih ngurusin om Irwan, ada apa ?” tanya Adel.

“Aku sudah ingat soal Intan dan aku akan menceritakan kepada kalian apa yang aku alami sebenarnya,”

Adel dan Andin langsung kaget, keduanya menatap Ardo yang terlihat sangat serius, Ardo menceritakan semuanya mengenai dirinya dan Intan yang menyaksikan pembunuhan ayah Intan di sasana tinjunya dan siapa pelakunya sampai pada akhirnya mereka bertemu di mall dan Ardo di bawa oleh anak buah Franki, Ardo juga menjelaskan alasan dan tujuan dia bercita cita menjadi atlet mma selama ini yang sebenarnya hanya ingin membalas dendam kepada Franki dan menolong Intan. Mendengar ucapan Ardo, tentu saja Adel dan Andin menjadi naik pitam,

“Kalau begitu, waktu itu di mall, ngapain dia merangkul lengan cowo jelek itu ? ga masuk akal,” ujar Andin.

“Aku ga seneng kak dengernya, walau kamu udah ingat, kamu sekarang bisa ingat kan apa yang dia lakukan di mall itu dan apa yang dia katakan di mall itu, trus dia diam saja ketika kamu di seret keluar, ingat kan, dia itu membuang kamu kak, sadar dong,” ujar Adel.

Ardo terdiam sejenak membiarkan kedua adiknya mengeluarkan semua isi hati mereka dengan membentak dan marah pada dirinya. Setelah keduanya tenang,

“Udah ? nah sekarang aku kasih tau, waktu itu ketika di seret ke gudang, jujur aja ingatan ku masih samar samar, tapi yang pasti aku menjadi koma bukan karena di pukuli, aku merasakannya karena yang bertarung saat itu tubuhku, aku menang melawan anak buah orang itu, namun setelah itu aku tidak ingat apa apa dan ketika bangun aku ada di rumah sakit juga sudah lupa semuanya,” ujar Ardo.

“Waktu itu menurut polisi, kepala belakang mu di hantam menggunakan batang besi yang ada di tkp dan kita liat kamu jatuh tertindih tumpukan kerangka besi untuk tiang pancang dan batu bata beton panjang yang di simpan di gudang,” ujar Adel.

“Bener kak, waktu itu kamu emang di temukan di bawah tumpukan batu bata beton dan kerangka besi,” tambah Andin.

“Berarti karena tertumpuk itu, kaki dan lengan ku patah, aku belum ingat siapa yang memukulku sampai jatuh atau apa yang terjadi, tapi aku bisa yakinkan kalian, kalau ketika mereka mengeroyok ku, aku berhasil mengalahkan mereka,” ujar Ardo.

Adel dan Andin tidak berkata apa apa lagi karena mereka memang tidak mengalami dan tidak melihat apa yang terjadi sebenarnya saat itu. Mereka hanya menemukan Ardo yang tergeletak bersama papa dan mama mereka. Adel melihat wajah Ardo,

“Tapi tetep aja kak, aku masih ga bisa memaafkan kak Intan, dia begitu saja membuang kita, seharusnya dia cerita ke kita atau paling ga kasih tau kita kan supaya kita ga salah paham,” ujar Adel.

“Sama kak, padahal kalau boleh jujur, aku sebenarnya sayang sama kak Intan, tapi melihat dia seperti itu, aku sekarang benci sama dia,” tambah Andin.

“Aku mengerti perasaan kalian, tentu saja kalian yang tidak mengerti saat itu pasti membenci Intan, tapi aku jelaskan semua ini kepada kalian bukan supaya kalian tidak membenci dia atau memaafkan dia, aku hanya mau kalian tau yang sebenarnya terjadi,” ujar Ardo.

“Aku mengerti kak, tapi tolong, aku benar benar tidak mau lihat kakak seperti waktu itu lagi,” ujar Adel.

“Iya kak, aku juga sama kayak kak Adel,” tambah Andin.

“Aku mengerti, terima kasih kalian berdua,” ujar Ardo sambil mengelus kepala kedua adiknya.

Ardo terdiam, dia melihat wajah kedua adiknya yang mengkhawatirkan dirinya, dia berpikir keras di kepalanya,

“Sekarang pertanyaannya, kenapa dia mendekati gue di kampus dan tidak bercerita apa apa, hampir setiap kelas dia duduk di sebelah gue dan tidak bicara, dia juga ikut pergi bersama gue ke kondangan walau gue yakin dia tidak kenal dengan yang menikah,” ujar Ardo dalam hati.

“Ugh,” terdengar suara di sofa panjang tempat Irwan terbaring, ketiganya langsung melihat Irwan yang sudah mulai bergerak. Irwan membuka matanya dengan perlahan, dia melihat atap yang asing baginya dan langsung bangun terduduk, tapi ketika bangun dia langsung memeluk dirinya dan memegang pipinya, wajahnya nampak kesakitan. Adel dan Andin langsung membantu menenangkannya, kemudian Irwan melihat keduanya.

“Loh...Adelia...Andini ? kok ada kalian ? ini dimana ? loh ini bukannya rumah prof Adit ? kok saya ada di sini ?” tanya Irwan bingung.

“Kita menemukan om tergeletak di kursi teras belakang, sebenarnya ada apa om ? kenapa om babak belur seperti itu ?” tanya Ardo pura pura.

“Eh..Ardo ? oh...saya ga tau kenapa saya di rumah kalian...seharusnya saya berada di kantor bajing....ah...maaf,” Irwan menghentikan kata katanya dan tertunduk memegang keningnya.

Ardo, Adel dan Andin saling menoleh satu sama lain melihat Irwan yang terlihat bingung dan kesakitan, Andin mengambilkan segelas air untuk Irwan dan Ardo menyandarkan Irwan kembali di sofa, kemudian setelah Irwan minum dan tenang kembali, dia menoleh melihat ketiganya,

“Ardo, Adelia, Andini....ada yang saya mau jelaskan kepada kalian, mengenai prof Adit...tidak, mengenai papa kalian dan apa yang terjadi sebenarnya,” ujar Irwan.

Medengar ucapan Irwan, ketiganya langsung menelan saliva mereka dan antusias menunggu penjelasan dari Irwan.

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!