Dendam Putri Gemuk

Sedangkan Asisten Mattias yang mengetahui bagaimana Alena mempersiapkan semua itu menjadi sangat ketakutan, dia sudah menghadapi Tuannya yang seperti monster kala di medan perang. Dan sekarang dia juga harus berhadapan dengan sang istri yang memiliki kecerdasan di luar nalar.

Kali ini Alena memang seolah melepaskan Aurel, dia juga memberi maaf seolah dengan begitu tulusnya dengan wajah polos. Namun di balik semua itu, hukuman yang sangat berat akan dialami Aurel.

Sangsi sosial yang begitu kejam akan dialami Aurel, namun Alena yang seolah telah berlapang dada tak akan mendapatkan sorotan lagi, karena Alena telah memaafkan segalanya, jadi mau tidak mau sangsi sosial itu tak akan ada hubungannya lagi dengan Alena.

Aurel mungkin saja akan dikucilkan dari kaum Bangsawan dia juga akan kesulitan menikah karena semua hal yang telah terjadi, selain itu keluarganya juga akan mengucilkannya karena Aurel telah mementingkan perasaan dibandingkan dengan keluarganya sendiri.

Sangat mengerikan, tak perlu Alena langsung turun tangan. Namun semuanya telah menyebar, Alena kini dikenal sebagai wanita baik hati dengan pesona yang seperti Dewi.

Asisten itu tersenyum miris, entah bagaimana masa depannya di kediaman Duke Mattias. Karena di masa depan, bisa saja seluruh pengkhianat akan langsung mati ditempat.

Asisten itu bergidik ngeri membayangkannya, namun dia juga senang akan hal itu. Karena dia adalah orang yang loyal dan setia, tentu saja dia tidak takut. Namun bagi beberapa orang yang tak tahu mengenai sisi lain Alena, maka mereka harus bersiap terkena badai dalam hidupnya.

“Alena, apa kaki anda baik-baik saja?” Tanya Mattias khawatir, dia juga telah mengobati kaki Alena namun dia tetap saja merasa cemas.

“Aku baik-baik saja, setidaknya saya akan bisa berjalan berdampingan bersama anda saat kita menikah nanti.” Bisik Alena, Mattias menelan saliva nya.

“Saya sangat lelah, bolehkah saya tidur sebentar?” Tanya Alena menyandarkan kepalanya di pundak Mattias.

Mattias merentangkan tangannya dan memeluk Alena, dia mengangguk dan membiarkan Alena untuk Istirahat sejenak. Namun nampaknya sejenak itu agak lama, karena setelah turun dari kereta kuda, Mattias langsung membawa Alena ke kamarnya dan membiarkan Alena pulas dalam tidurnya.

Semua orang merasa tenang setelah rumor buruk itu dipatahkan, dan Raja yang mendengar mengenai hal itu juga sangat senang. Nampaknya, pasangan dari Putrinya itu tak dapat dianggap remeh begitu saja. Raja menjadi harus berpikir ulang tentang cara membujuk Alena.

Alena menatap langit-langit kamarnya saat terbangun, dia juga mendapati Mattias yang berada di kamar itu dan tengah membaca beberapa pekerjaan yang dilakukan Alena.

“Mattias, apa yang anda lakukan?” Tanya Alena, Mattias mengangkat kepalanya dan tersenyum.

“Anda angkat hebat ya, bahkan anda sudah memiliki banyak rencana untuk keluarga baru kita.” Ucap Mattias, semburat merah terbentuk di pipi Alena.

“Ya, saya memang berusaha cukup keras untuk itu.” Ucap Alena, Mattias berjalan ke tepi ranjang dan duduk di sana.

“3 hari lagi kita akan menikah, istirahatlah dengan baik.” Ucap Mattias, Alena mengangguk.

“Dan besok, Ayahanda akan bertamu kemari.” Alena tertegun sejenak, namun pada akhirnya dia tersenyum dan mengangguk.

“Saya seolah tengah bermimpi saat ini,” Gumam Mattias, Alena tersenyum dan mendekat.

“Anda juga harus beristirahat dengan benar,” Alena masuk kedalam pelukan Mattias, rasanya hangat.

.

.

.

Di sebuah ruangan gelap yang lembab, seorang pria berjalan mendekat ke sana. Hingga seorang wanita nampak berada di balik jeruji besi.

“Ibunda, saya merindukan anda.” Ucap pria itu yang tak lain adalah Pangeran Carli, dan wanita itu adalah ibunya sendiri.

“Kau menangisi wanita itu lagi?” Tanya Ratu dengan wajah yang suram.

“Ibunda, dia merampas segalanya dari saya. Dia mengambil kasih sayang Ayah. Dia juga mengambil wanita yang saya inginkan, dan dia juga mengambil kepercayaan para Bangsawan. Sekarang, hanya Ibu yang saya miliki.” Ucapnya dengan ratapan, air matanya juga lolos begitu saja.

“Jangan terus seperti ini Nak, ingatlah untuk saat ini yang terpenting adalah kau harus menjadi Raja. Bila kau menginginkan wanita itu, kau bisa mendapatkannya saat kau telah menjadi Raja. Kau juga akan mendapatkan kepercayaan dari para bangsawan hingga dunia ini hanya akan mengagungkan mu saja Nak.” Ucap sang Ratu dengan suara yang seolah mendidih.

“Anda benar, saya harus menjadi Raja!” Ucap Pangeran Carli dengan wajahnya yang dipenuhi api amarah.

“Ya, jadilah seorang Raja. Dan segala sesuatu yang kau inginkan dengan mudah akan bisa kau dapatkan. Bersabarlah, hingga tua bangka itu mati!” Ucap Ratu dengan penuh amarah.

Pria yang dulu amat dicintainya itu justru mengambil Ratu dan bukan dirinya, dia patah hati dan menjebak sang Raja. Dia hamil, namun putranya tak sedikitpun mirip dengan sang Raja. Justru Putranya lebih mirip akan dirinya.

Dia begitu marah saat melihat Raja yang begitu pilih kasih pada kedua putranya, dia juga pilih kasih pada dirinya dan istri pertamanya. Dia sangat cemburu hingga membuatnya gelap mata dan membunuh ibu dari Pangeran Mattias.

Setelahnya dia juga membunuh keluarga Mattias dan berharap anak itu juga mati, namun sayang, ternyata Mattias lebih tangguh dari perkiraannya dan akhirnya dia tetap selamat.

Dia kian marah saat dirinya digusur ke penjara bawah tanah tanpa belas kasihan, dia marah dan sangat marah. Cinta yang dia miliki dibalas dengan penghinaan seperti itu.

Ratu ingin menggunakan Pangeran Carli untuk membalaskan dendamnya, dia ingin membuat semua orang bertekuk lutut di hadapannya termasuk sang Raja sendiri.

Keduanya akhirnya bertukar cerita tentang apa saja yang telah terjadi di Istana, dengan otak liciknya. Ratu juga berhasil membuat Pangeran Carli untuk bersikap tenang sementara waktu.

.

.

.

Pagi hari tiba, Alena dan Mattias tertidur dalam kasur yang sama. Para pelayan dibuat panik karenanya, karena mau bagaimanapun juga orang yang belum bersumpah di hadapan dewa tidak boleh melakukan hubungan badan.

“Astaga, Tuan Duke! Banguuun!” Teriak seorang Pelayan senior. Dia nampak sudah sangat marah, Alena juga terbangun dan mendapati Mattias yang sedang diomeli habis-habisan.

“Apa anda tahu apa yang anda lakukan ini? Hari ini bahkan yang mulai Raja harus menunggu karena anda berdua yang bangun kesiangan. Saya sempat panik karena anda tak ada di kamar anda, namun lihatlah apa yang saya lihat saat ini? Apa anda melakukan sesuatu hal pada Nyonya kami?” Pekiknya, Mattias menutup telinganya.

“Diamlah, maafkan saya istriku yang manis. Saya tidak melakukan apapun pada tubuh anda bukan?” Tanya Mattias dengan suara serak khas bangun tidur. Alena dengan cepat mengangguk, mereka tertidur karena memang mengantuk jadi mereka tak melakukan apapun selain tidur.

“Saya tidak apa-apa, kalian jangan salah faham. Tuan Duke hanya menjaga saya semalam karena kaki saya sakit.” Ucap Alena, para pelayan akhirnya menghentikan kecurigaan mereka.

“Benarkah demikian?” Selidik salah satu Pelayan senior, Alena dan Mattias mengangguk bersamaan seolah telah berkompromi.

“Agak diragukan, tapi ya sudahlah. Yang lebih penting sekarang adalah, Yang Mulia Raja tengah menunggu kalian di bawah!” Teriak salah satu Pelayan, Mattias mengangguk dan pergi ke kamarnya begitu saja.

“Alena?” Mattias kembali masuk ke kamar Alena, Alena mengangkat wajahnya “Selamat pagi!” Ucap Mattias sebelum tubuhnya di tarik oleh salah seorang Ksatria agar cepat bersiap. Alena justru terkekeh melihat tingkah Mattias yang menggemaskan seperti itu.