NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 holi(2)day ii

Gavin yang sebelumnya tengah berenang bersama yang lain, langsung berenang ke tepi begitu mendengar Aditya bersiul menatap kedatangan para gadis. Wajahnya sudah sangat kaku. Padahal ia sudah mengantisipasi hal ini kemarin-kemarin, ia sengaja tidak mengingatkan Safira membawa baju ganti. Dengan memendam kesal ia berjalan menghampiri Safira. Walaupun baju Safira tidak terbuka seperti yang lain, tapi itu cukup sexy di mata Gavin. Tidak bisa dibiarkan.

"Safira, kamu—"

"Kenapa kak? Aku pinjam bajunya dari Frisca, jelek, ya?"

Gavin langsung menghalangi tubuh Safira dari pandangan yang lain. "Di mana baju kamu?"

"Tadi Lisa yang bawa." Safira menunjuk Lisa yang sudah berada di laut.

"Shit! Ayo kita ke mobil sekarang!" Gavin menarik tangan Safira tapi ditahan gadis itu. "Kenapa?"

"A-aku mau berenang."

"Tapi kamu gak bisa."

"Kenapa? Aku udah sembuh sekarang."

"Tidak dengan tatapan semua lelaki itu. Kita berenang di villa."

"Hah? T-tapi—" Safira pun menurut saat Gavin membawanya dari sana.

...

Benar saja apa yang dikatakan Gavin, Safira diajak kembali ke villa. Tidak ada siapa pun di sana, koki dan petugas pembersih akan kembali nanti malam. Jantung Safira berdegup begitu mereka tiba di ruang tengah villa. Jam tangannya sampai berbunyi dengan warna orange.

"Sayang, kamu baik-baik aja?" Gavin menyentuh pundaknya yang terbalut kemeja lelaki itu.

Safira bisa merasakan tangan hangat Gavin di sana. Belum lagi Gavin yang tidak mengenakan pakaian, lengkap sudah godaannya. Tatapannya melayang ke segala arah dan tanpa sadar berkata, "kak, kalau aku pakai bikini sekarang, boleh?"

Gavin terkejut dengan permintaan Safira. Ia menelan ludah tanpa sadar. "Kamu yakin?"

Safira mengangguk dengan wajah yang sudah memerah. Gavin pun menyetujui permintaan Safira lantas menunggunya dengan gelisah. Entah apa yang ia khawatirkan, mungkin takut Safira terlalu menggoda. Tak berselang lama Safira keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sangat sexy bagi Gavin. Berbeda dengan Safira yang biasanya. Bentuk tubuh gadis itu begitu jelas, hanya terhalang bra dan celana dalam. Sexy dan manis di saat bersamaan.

"Kak, ayo!"

Seolah tersadar kembali ke dunia nyata, Gavin menyusul langkah Safira ke kolam. Gavin membantunya turun ke dalam kolam. Air kolam itu sebatas pundak Safira. Ini kali pertama Safira masuk ke kolam renang, karna kondisi jantungnya kini sudah berbeda. Rasanya menyenangkan sekaligus menyesakkan. Tanpa sadar ia berpegangan pada tembok. Hingga Gavin menariknya dan menjadikan lelaki itu tumpuannya. Mereka hanya diam dengan Safira yang mengalungkan lengannya pada lelaki itu.

"Aku pegang ini, boleh?" Gavin menyentuh pinggang Safira yang tak berbalut apapun, kulit itu terasa lembut dan dingin di tangannya.

Safira mengangguk. Setelahnya Gavin semakin mendekatkan jarak mereka.

"Gimana? Kamu suka?" Gavin berbisik di telinganya.

Wajah Safira sudah bertambah merah sejak tadi. Sebentar lagi sunset, tapi posisi sekarang lebih ia sukai daripada melihat pemandangan. "Aku suka sekarang."

Gavin tersenyum jahil. "Maksud aku kolamnya, sayang. Bukan yang ini." Gavin dengan sengaja menaik-turunkan tangannya sepanjang punggung polos Safira, membuat gadis itu terkesiap.

Safira bisa merasakan napas panas laki-laki itu menyapu pipinya. Begitu Safira menatap matanya, tak butuh waktu lama bagi bibir keduanya bertemu.

.

.

Aditya menyembul dari dalam kamar menghampiri Gavin dan Safira yang tengah menikmati cokelat panas di ruang tengah.

"Kita senang-senang di pantai, kalian malah mesra-mesraan di sini," ketus Aditya seraya menjatuhkan pantatnya di sofa dekat Gavin.

"Aku gak mau berbagi sama yang lain," jawab Gavin sekenanya.

"Hah?" Aditya bingung, tapi sejurus kemudian ia tersenyum jahil. "Padahal Safira manis pakai baju renang, aku lihat sekilas tadi."

Gavin langsung saja melotot dan membuat Aditya tertawa.

"Ah, gak seru kalau Safira-nya dimonopoli terus sama kak Gavin." Lisa mendekati mereka dan ikut mengeluh. Reza juga datang bersamanya.

"Tapi Safira bersenang-senang juga kok, iya 'kan?"

Safira hampir menjatuhkan gelasnya saat Gavin memeluk pinggangnya, ia pun mengangguk dengan gugup menjawab pertanyaan laki-laki itu.

Lisa tersenyum jahil. "Padahal Safira sexy pakai baju renang, kenapa harus diajak pulang, sih?"

"Kalau itu cuma aku yang boleh lihat," Gavin lantas mengecup pipi kekasihnya. "Termasuk hal lainnya."

Kontan saja kekasihnya kini sudah semerah kepiting rebus. Sementara yang lain bersorak dengan tindakan Gavin yang mulai berani mesra di depan umum.

"Maaf, Non. Makan malamnya di halaman belakang," ucap seorang pelayan yang datang menghampiri mereka.

"Yeah, barbeque's time!" Lisa bersorak paling keras.

Acara makan malam kali ini adalah private barbeque yang disajikan langsung oleh si chef dan tentu saja eksklusif.

...

Safira mencari gelas di lemari dapur, tapi jaraknya cukup tinggi untuk diraih. Dia hendak meminta bantuan yang lain, hingga sebuah tangan mengambil gelas itu. Ternyata Gavin.

Safira menerima gelas itu lalu mengisinya dengan air hangat dari dispenser. Dia duduk di kursi dan meminum obatnya yang ada di meja. Gavin duduk di sebelahnya.

"Gimana kondisi kamu? Lebih baik?" Gavin mengusap pundaknya.

Safira mengangguk. "Ya, lebih dari sebelumnya. Tapi kakak tahu 'kan kalau operasinya belum tentu berhasil, bisa aja—"

"Hei," Gavin meraih punggung tangannya lantas mengecupnya beberapa kali. "Kamu pasti sembuh, aku percaya. Kamu harus tahu betapa paniknya waktu itu, beruntung dokternya mau datang karna kondisimu yang kritis. Kami hampir putus asa Safira."

"Ya, tapi harganya yang tiga kali lipat membuatku sedih. Apa aku pantas mendapatkannya?" Sebab sejak operasinya selesai, kedua orang tuanya terlihat seperti biasanya. Tidak ada yang berubah.

"Sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kalau aku juga punya uang sebanyak itu, sudah pasti aku yang akan maju."

Safira tersenyum masam. "Jangan konyol!"

Gavin menarik Safira ke dalam pelukannya. "Kamu lebih berharga dari itu semua."

.

.

Pagi ini mereka semua sarapan di atas yacht— yang membawa mereka berkeliling menikmati lautan. Semuanya tertawa bersenang-senang, Aditya dan Lisa menjadi yang paling heboh diantara mereka. Safira tidak tahu bagaimana rasanya berlibur dan senang-senang bersama teman— sampai hari ini semua itu bisa ia rasakan. Safira kira hubungannya dengan Lisa tidak akan selancar sekarang, Lisa yang ia kira pendiam ternyata jauh berbeda. Safira bahagia dengan perbedaan mereka semua.

"Aku gak bakal kaget kalau keluarga kamu punya pulau," ujar Lisa dengan wajah senang berkilau terkena sinar matahari.

"Sebenarnya itu properti keluarga besar. Dan sedang dipakai kak Revan," ucap Safira jujur.

Semuanya berteriak penuh kekaguman.

"Stop, stop! Gue gak mau makin iri sama si bodoh ini." Aditya memukul pundak Gavin. Sementara Gavin meliriknya tajam.

"Hei, kak Gavin itu pintar. Cuma kadang otaknya suka nge-blank sebentar." Safira membela Gavin seraya bersandar di pundak lelaki itu.

Aditya mengerang frustasi dengan keromantisan Safira. Sementara yang lain berteriak menggoda Safira bergantian.

"Safira, kamu gak bakal maafin Maura, ya?" Pertanyaan tiba-tiba dari Aditya membuat semuanya bungkam seketika. Hanya suara ombak yang terdengar dari lautan.

"Maksudnya apa, hah?!" Lisa yang berteriak kesal.

"Maura itu gak tahu apa-apa tentang kalian. Yang menyulut pertengkaran waktu itu juga 'kan kalian sendiri, kenapa harus menyalahkan orang lain?" Aditya mengutarakan semuanya dengan blak-blakan, bahkan tatapan tajam dari Gavin pun ia abaikan. Semuanya agar kembali normal lagi, baik Safira maupun Maura harus ada yang memulai untuk berbaikan.

"Kak Gavin mau aku maafin dia?"

"Hm?" Gavin melirik Safira yang malah bertanya padanya.

"Apa aku harus maafin Maura?" Ulang  Safira lagi.

Gavin berdeham sebelum berkata, "aku gak bisa mutusin itu untuk kamu, karna yang merasakannya kamu sendiri. Aku tahu Safira itu baik."

"Kalau aku maafin dia, kakak bisa janji gak akan pernah nemuin dia lagi?"

"Safira, kamu harus tahu kondisi Maura sekarang. Dia itu butuh bantuan, kondisi ekonominya jauh berbeda dengan kesenangan yang kita lakukan sekarang."

"Udahlah kak, tinggal bilang 'iya' apa susahnya!" Lisa berteriak saking kesalnya.

"Ya. Aku janji."

.

.

Setelah kepulangan mereka malam itu, Safira kembali ke rumahnya. Di ruang tamu ada Ayahnya, yang tidak biasa ada di sana, seolah sudah menunggu kedatangannya. Safira pun secara natural duduk di dekat Ayahnya.

"Gimana liburan kamu?"

"Lancar."

"Ya, ada bagusnya juga sesekali liburan untuk kesehatan kamu."

"Iya, Yah."

"Ingat ini baik-baik, Ayah selalu mengawasi hubungan kalian."

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!