Shea dianggap sebagai istri tidak berguna, bahkan pembawa sial, hingga ditinggalkan oleh Delon demi wanita lain. Tanpa perceraian, Shea disingkirkan karena dianggap jelek dan memalukan keluarga. Namun, setelah dua tahun, Shea kembali sebagai model ternama dengan kekayaan melimpah.
Kehadiran Luis, paman angkatnya, membantu menyembuhkan luka masa lalunya. Luis begitu perhatian dan menjadikan Shea sebagai prioritas utamanya. Namun, perasaan rumit tumbuh di antara mereka.
Kini, Shea harus memilih antara masa lalunya yang pahit dan masa depan yang cerah dengan Luis. Di tengah pertarungan batin antara cinta dan keterikatan, Shea harus menemukan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vera Ngaku-Ngaku Jadi Nona Besar
Dalam perjalanan menuju restoran, suasana dalam mobil terasa tegang. Vera duduk di belakang bersama Nyonya Lee, namun hawa dingin terasa mengelilingi mereka. Vera mencoba menahan rasa kesalnya, tetapi tatapan tajam dari Nyonya Lee membuatnya semakin tak nyaman.
Delon berkonsentrasi pada kemudi, tak memberi sedikit pun perhatian pada Vera. Itu membuatnya merasa diabaikan dan tidak dianggap sama sekali. Seluruh perjalanan berlangsung dalam hening yang membeku, tidak ada yang berbicara, kecuali suara mesin mobil yang terus berderu.
Nyonya Lee menoleh sebentar ke arah Vera, namun ekspresinya begitu dingin sehingga membuat Vera merasa tersisihkan dan tidak diinginkan. Vera menekan perasaan kesalnya, tetapi semakin lama semakin sulit baginya untuk menahan emosinya.
Dalam keheningan yang menyiksa itu, Vera merindukan suasana hangat dan kebersamaan yang biasa mereka nikmati di keluarga Lee. Tetapi saat ini, semuanya terasa begitu jauh dan dingin baginya.
"Sampai kapan kalian akan diam seperti patung dan menganggap seolah-olah aku ini tidak ada?" tegur Vera. Namun tak ada jawaban, mereka tetap bisu. Dan hal itu membuat Vera merasa semakin kesal ketika tegurannya tidak direspon oleh Delon dan mertuanya. Tatapan mereka yang acuh membuatnya semakin terpukul.
"Sampai kapan kalian akan bersikap begitu menyebalkan?" ulang Vera dengan nada yang lebih tajam. Namun tetap saja, mereka tidak menghiraukannya.
Nyonya Lee hanya memalingkan wajahnya dengan dingin, seolah-olah tidak peduli dengan kemarahan Vera. Sedangkan Delon tetap fokus pada kemudi, seolah-olah mencoba menghindari konfrontasi.
Vera merasa semakin diabaikan dan merasa tak berdaya di hadapan sikap dingin keluarga suaminya. Rasanya seperti berbicara pada dinding, tanpa ada respon yang memuaskan. Tetapi dia tidak berniat menyerah begitu saja.
Vera merasa emosinya meluap begitu saja, kesal dengan sikap dingin dan acuh dari Delon dan mertuanya.
"AKU SEDANG BICARA DENGAN KALIAN!!" teriaknya dengan suara yang gemetar, mencoba menarik perhatian mereka.
Tetapi tetap saja, Delon dan Nyonya Lee tidak bergeming, seolah-olah tidak terpengaruh oleh kemarahan Vera. Mereka masih terdiam, menunjukkan sikap acuh yang membuat Vera semakin frustasi.
"Vera, sebaiknya kau diam, jangan merusak suasana," tegur Nyonya Lee dengan nada tajam, matanya melotot tajam pada Vera yang masih terpancing emosi.
Vera merasa tertohok dengan kata-kata itu, tetapi dia tetap bertahan. "Aku tidak akan diam ketika kalian semua memperlakukanku seperti sampah!" bentaknya dengan suara yang penuh amarah.
Vera menghembuskan napas panjang. Tiba-tiba dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi seseorang. "Kakek, ini aku. Sebaiknya pengajuan kerjasamanya Lee Corp terhadap Qin Empire abaikan saja," ucap Vera dengan suara yang serius, memperhatikan ekspresi bingung di wajah semua orang di dalam mobil.
Sontak Nyonya Lee menatapnya dengan heran. "Vera, apa maksud ucapanmu itu?" tanyanya dengan nada penasaran.
"Ya, kalian kan belum tahu, bahwa aku adalah Nona besar Qin, cucu satu-satunya dari Tuan Besar Qin. Dan kalian semua telah menyinggungku," jelas Vera dengan mantap, mencoba menarik perhatian Delon dan orang tuanya dengan kebohongan besar yang ia ciptakan.
Sedangkan orang yang dihubungi Vera tampak kebingungan. Terdengar suara dari seberang sana. "Vera, apa yang kau katakan?" tanya suara itu kebingungan.
"Baiklah, Kakek, aku tutup dulu teleponnya," sahut Vera lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
Pandangan Vera bergulir pada ibu mertua dan suaminya. "Kalian telah menyinggung seorang Nona besar, dan aku merasa sakit hati," ucap Vera dengan nada tajam.
Sikap Nyonya Lee yang tadinya dingin seketika berubah menjadi hangat setelah mengetahui bahwa Vera adalah seorang Nona besar.
"Vera, kau jangan marah, itu hanya salah bicara saja kok. Mama tidak mungkin benar-benar marah padamu. Mama hanya sedikit kesal saja," kata Nyonya Lee mencoba meredakan kemarahan Vera.
Dengan senyum terselip di bibirnya, Vera merasa puas. Ternyata sangat mudah meluluhkan hati mereka. Mulai sekarang, Vera akan memerankan perannya sebagai Nona besar di hadapan Delon dan orang tuanya dengan lebih percaya diri. Langkah ini diharapkan dapat membuat mereka menghargainya lebih dari sebelumnya.
...🌺🌺🌺...
"Lebih lembut lagi, Jessica. Berikan ekspresi yang natural," ujar sang fotografer sambil memandu Shea.
Shea mengikuti arahan dengan cermat. "Bagaimana ini?" tanyanya sambil memperlihatkan ekspresi lembut.
"Itu bagus, tapi coba lagi dengan sedikit tersenyum. Buatlah hubungan dengan alam di sekitarmu," jawab sang fotografer dengan penuh semangat.
Shea mencoba lagi, kali ini dengan senyum yang lebih terang. "Begini, ya?" ucapnya sembari menunjukkan senyumnya.
"Iya, sangat bagus! Tahan pose itu sebentar lagi," kata sang fotografer dengan antusiasme.
Shea mempertahankan pose tersebut, menikmati momen menjadi bagian dari alam yang indah di sekitarnya. Sang fotografer terus mengambil gambar dengan penuh perhatian, mencari momen yang sempurna untuk menangkap kecantikan alami Shea bersama dengan produk yang dipromosikan.
Sementara itu, tim kreatif yang lain sibuk memastikan pencahayaan, latar belakang, dan detail lainnya sesuai dengan visi keseluruhan dari sesi pemotretan ini.
Setelah beberapa jam berlalu, sesi pemotretan pun selesai. Shea merasa puas dengan hasilnya, dan tim juga tampak senang dengan apa yang telah mereka capai.
"Sesi pemotretan hari ini luar biasa, Jessie. Terima kasih atas kerja kerasmu," ucap sang fotografer sambil memberikan pujian.
Shea tersenyum puas. "Terima kasih juga kepada tim yang telah bekerja keras. Saya senang bisa menjadi bagian dari proyek ini," ujarnya dengan tulus.
Mereka semua membubuhkan tanda tangan pada kesuksesan hari ini, dan Shea pun pulang dengan perasaan yang sangat bangga dengan hasil kerja kerasnya.
Sebuah mobil Lamborghini Aventador tiba-tiba berhenti tak jauh dari lokasi pemotretan. Seorang lelaki tampan keluar dari mobil tersebut. Dia bersandar pada body mobilnya sambil memperhatikan Shea yang masih berbincang dengan beberapa kru.
Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Mengeluarkan satu batang lalu menyulutnya. Asap putih keluar dari sela-sela bibir Kiss ablenya. Siapa lagi dia jika bukan Luis, Luis datang untuk melihat Shea.
Luis memperhatikan Shea dengan intens, tersenyum melihat kepiawaian dan kecantikannya. Setelah beberapa saat, dia membuang puntung rokoknya dan melangkah mendekati Shea.
Shea tersenyum saat melihat Luis mendekat. "Paman, apa yang membawamu ke sini?" tanyanya dengan ramah.
Luis menyilangkan tangannya di depan dada. "Aku datang untuk melihatmu, tentu saja. Bagaimana hasil pemotretanmu?" tanyanya sambil menatap wajah Shea dengan penuh perhatian.
Shea tersenyum bangga. "Hm, semuanya berjalan lancar. Fotografer dan kru sangat profesional," jawabnya dengan antusias.
Luis mengangguk puas. "Bagus sekali. Kau memang luar biasa, Shea," ucapnya dengan penuh penghargaan.
Shea tersenyum lebar mendengarnya. "Terima kasih, Paman. Ini semua berkat dukungan dan bimbinganmu," katanya dengan tulus.
Luis tersenyum bangga mendengarnya. "Kau memiliki bakat yang luar biasa, Shea. Aku yakin akan ada banyak kesempatan bagimu di masa depan," ujarnya dengan keyakinan yang tulus.
Shea merasa hangat mendengarnya. "Terima kasih, Paman. Aku akan terus berusaha keras untuk meraih impianku," ucapnya penuh semangat.
Luis mengangguk mantap. "Aku akan selalu mendukungmu, Shea. Kau tahu itu," katanya dengan tulus.
Shea tersenyum bahagia. "Aku tahu, Paman. Terima kasih atas segalanya," ucapnya dengan penuh rasa terima kasih.
Luis mengangkat bahunya. "Tidak perlu berterima kasih. Sekarang, ayo kita pulang. Aku akan membawamu makan malam di restoran favoritmu," ajaknya dengan senyum hangat.
Tiba-tiba Shea menghentikan langkahnya lalu berbalik badan dan menatap Luis penasaran. "tunggu dulu. Paman, apa yang terjadi pada mataku?" Bingung Stella saat melihat salah satu mata Luis ditutup perban.
Luis menggeleng. "Jangan cemas, mata Paman Baik-baik saja. Hanya sedikit iritasi, karena takut terkena debu dan semakin memerah, makanya Paman putuskan untuk menutupnya saja."
Shea mengangguk memahami. "Oh, begitu. Aku khawatir tadi melihatmu dengan perban di mata," ucapnya lega.
Luis tersenyum lembut. "Tidak perlu khawatir, Shea. Ini hanya tindakan pencegahan sementara," jelasnya.
Shea menghela napas lega. "Baiklah, Paman. Aku senang mendengarnya. Ayo, kita pergi sekarang," ajaknya dengan riang. Luis mengangguk sambil menunjukkan arah ke mobil Lamborghini-nya.
Shea mengikuti Luis dengan senyum cerah di wajahnya. Meskipun masih penasaran, dia merasa lega karena mendapat penjelasan dari Luis. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju restoran dengan semangat dan kebahagiaan yang menguar.
...🌺🌺🌺...
Vera melangkah dengan langkah mantap di dalam rumah besar keluarga Lee. Tatapannya penuh percaya diri dan kepuasan saat dia memandang sekeliling. Dia merasa seperti ratu di atas takhta, memerintah dengan anggun dan keanggunan.
Delon dan keluarganya, meskipun mencoba menyembunyikan perasaan keterkejutan mereka, tidak bisa menyembunyikan rasa takjub mereka pada Vera yang tiba-tiba muncul dengan klaim barunya sebagai Nona besar keluarga Qin. Vera tersenyum puas melihat reaksi mereka, menikmati perasaan berkuasa yang baru ia rasakan.
Dia berjalan dengan anggun menuju kursi di tengah ruangan, duduk dengan penuh martabat. Tatapannya menyapu ruangan dengan anggun, menyiratkan kekuasaan dan pengaruh yang ia klaim sebagai seorang Nona besar.
Baginya, ini adalah saat yang dinanti-nantikan, di mana dia bisa menunjukkan kepada Delon dan keluarganya bahwa dia bisa menjadi seseorang yang mereka taklukkan.
Namun, di balik tirai ketenangan yang ia tunjukkan, hati Vera terus berdebar-debar. Dia berusaha keras menyembunyikan kecemasannya yang mendalam. Apakah kebohongan besar yang dia mainkan akan terus berjalan lancar? Ataukah akan ada saat-saat sulit yang harus dia hadapi di masa depan?
Namun, untuk saat ini, dia menikmati peran barunya dengan sepenuh hati. Tidak ada yang akan menghalangi dia merayakan kemenangan palsu ini, bahkan jika itu hanya untuk sementara.
"Vera, sebaiknya sekarang kau pergi istirahat." Pinta Nyonya Lee. Vera mengangguk dengan tatapan datarnya.
"Baik, Mama," jawab Vera dengan nada rendah, meskipun di dalam hatinya masih terus bergemuruh pertanyaan tentang keberhasilan aktingnya sebagai Nona besar keluarga Qin.
Dengan langkah anggun, Vera meninggalkan ruangan menuju kamar pribadinya. Dia membutuhkan waktu untuk merenungkan segala peristiwa yang baru saja terjadi dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Meskipun berhasil menarik perhatian Delon dan keluarganya, dia menyadari bahwa kebohongan ini hanya akan bertahan sampai waktu tertentu.
Di dalam kamar yang teduh, Vera duduk di atas tempat tidur dan membiarkan pikirannya melayang jauh. Apa langkah selanjutnya yang harus dia ambil? Bagaimana cara menjaga agar kebohongan ini tetap terjaga tanpa terbongkar?
Dalam keheningan kamar, Vera memutar rencana-rencana yang rumit di benaknya. Dia tahu bahwa permainan yang dia mainkan bukanlah sesuatu yang bisa dipertahankan untuk waktu yang lama, tetapi dia juga tidak berniat menyerah begitu saja.
...🌺🌺🌺...
Shea merasa jantungnya berdegup kencang saat Luis melepaskan jasnya, memperlihatkan otot-otot lengannya yang terbentuk sempurna dalam Vest V-Neck tanpa lengan. Dia merasakan hawa panas yang tiba-tiba mengelilinginya, dan kegugupan pun merayap ke seluruh tubuhnya.
Saat mata mereka bertemu, Shea merasa seolah-olah tersambar petir. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus, dan dia berjuang mati-matian untuk menyembunyikan kegugupannya di hadapan Luis. Tetapi setiap kali dia mencoba menahan pandangannya, mata itu terus menariknya, membuatnya sulit berkonsentrasi pada apa pun selain kehadiran Luis.
Dalam hatinya, Shea mengutuk dirinya sendiri karena reaksi yang tidak terkendali terhadap pemandangan di hadapannya. Dia berharap Luis tidak menyadari betapa dia terganggu oleh penampilannya, tetapi dalam hati kecilnya, dia juga berharap agar Luis tahu betapa menariknya dia di matanya.
Sementara itu, Luis tampaknya tidak menyadari dampaknya pada Shea. Dia duduk dengan tenang, menikmati hidangan di depannya sambil sesekali menatap Shea dengan senyum ramah. Baginya, malam ini adalah tentang menikmati waktu bersama keponakannya, tanpa menyadari gejolak yang terjadi di dalam hati Shea.
Shea merasa seperti terperangah saat Luis tiba-tiba bertanya padanya. Dia berusaha tersenyum dengan wajah yang kaku, berharap bisa menyembunyikan kegugupannya. "Oh, tidak, Paman. Aku baik-baik saja, tidak ada yang salah," jawabnya dengan suara yang sedikit gemetar.
Namun, Luis tidak sepenuhnya yakin dengan jawabannya. Dia melihat ke dalam mata Shea yang memancarkan ketidaknyamanan. "Apakah kau yakin?" Tanyanya lagi, suaranya penuh perhatian.
Shea menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menjawab, "Ya, Paman, aku benar-benar baik-baik saja. Mungkin aku hanya agak lelah setelah hari yang panjang," ucapnya, berharap Luis akan menerima penjelasannya.
Luis menatap Shea sejenak, seolah-olah mencari kebenaran di balik kata-katanya. Namun, setelah beberapa detik, dia mengangguk dengan pengertian. "Baiklah, jika begitu. Tetapi jika kau merasa tidak enak badan atau butuh istirahat, beri tahu aku segera," ujarnya dengan nada hangat.
Shea mengangguk, merasa lega karena berhasil melewati momen canggung itu. Namun, di dalam hatinya, gejolak emosi masih membara, dan dia berharap agar Luis tidak menyadari betapa pengaruhnya begitu besar baginya.
...🌺🌺🌺...
...BERSAMBUNG ...